√Human Trash with Anime System 🔚🔚🔚

bab 9

Istana Kerajaan Kekaisaran Phoenix Hitam

Pintu masuk istana dipenuhi dengan gerbong mewah. Orang-orang yang mengenakan pakaian berbeda keluar dari gerbong dan masuk ke dalam istana. Hari ini adalah jamuan makan malam dan kaisar akan mengumumkan siapa yang dipilih sang putri sebagai tunangannya.

Di dalam salah satu gerbong ada seorang pria muda tampan dengan rambut putih beruban. Penampilan dan auranya tajam seperti pedang. Di wajahnya ada senyum arogan saat dia melambaikan kipas di tangannya. Di sebelahnya ada seorang wanita dengan kecantikan tak tertandingi. Rambut putih platinumnya longgar dan dipadukan dengan gaun biru mudanya, dia tampak seperti peri yang mengeluarkan lukisan.

Mereka adalah Bai Shen dan Bai Mei, mereka berdua ada di sini untuk menghadiri perjamuan. Bai Shen sedang melihat ke luar jendela dengan senyum arogannya, dia menyaksikan saat para wanita cantik keluar dari kereta mereka seperti semacam parade. Pada awalnya, dia tidak ingin menghadiri jamuan karena dia tidak ingin melihat putri sombong yang tidak menghormatinya. Tapi sekarang dia senang bisa melihat kecantikan yang tak terhitung jumlahnya.

Bai Mei yang berada di samping kakaknya memiliki senyum elegan di wajahnya yang dingin. Dia memperhatikan adiknya menatap dan menatap 'rubah' di luar. Dia memiliki keinginan untuk menjelek-jelekkan wanita yang memasuki pandangan saudara-saudaranya.

"Yong Master dan Nona Muda, ayahmu Lord Bai telah memerintahkan kami untuk mengawal kalian berdua di dalam istana. Tolong ikuti kami" sebuah suara keluar dari kereta.

"Oke" dengan satu jawaban mereka berdua keluar gerbong dan mengikuti lelaki tua yang dikelilingi oleh penjaga.

Ketika mereka dikawal, mereka berdua menerima tatapan orang-orang yang masuk ke dalam istana. Para pria memandang Bai Mei dengan kekaguman, nafsu dan cinta, sementara wanita memandangnya dengan cemburu murni. Pandangan yang diterima Bai Shen dari laki-laki dan perempuan dihina, jijik dan jijik. Ketika Bai Shen melihat tatapan mereka, senyum arogan di wajahnya menjadi lebih lebar.

Keduanya dikawal di aula utama istana. Kamar besar dengan langit-langit yang sangat tinggi, patung-patung emas, dan lukisan-lukisan indah hampir di setiap sudut aula. Para tamu berbicara satu sama lain, sekelompok tuan muda tertawa keras saat berbicara. Sekelompok wanita muda duduk di atas meja sambil berbicara dengan elegan satu sama lain.

"Ini benar-benar tempat yang indah" Bai Shen melihat sekeliling mencoba menemukan sesuatu. Matanya tertuju pada seorang gadis cantik yang mengenakan gaun putih. Dia memiliki rambut hitam yang diikat dengan kepang.

Ketika Bai Shen melihat gadis itu, matanya bersinar dan berkata, "Seekor domba yang hilang, adalah tugas saya untuk menunjukkan jalan padanya" karena dia akan mendekati gadis yang tampak gugup. Sebuah tangan yang dingin mencengkeram pundaknya dengan kuat, dia merasakan bahunya patah saat tangan itu memegangnya dengan erat. Dia berbalik dan melihat saudara perempuannya menatapnya dengan senyum manis. Gigi putih mutiara menunjukkan seperti semacam permata. Bai Shen bergidik dalam hati saat dia mundur di samping adik perempuannya yang tersenyum.

"Adik kecil, apakah kamu tidak puas dengan kakak perempuan?" dengan matanya yang indah menatap lurus ke mata Bai Shen, dia berkata dengan sedikit kesal.

"Bagaimana mungkin aku tidak puas dengan kakak perempuan di sampingku. Aku berkata, bahkan jika kamu memberiku banyak sekali wanita cantik, aku bahkan tidak akan melirik mereka sedikitpun" mengangkat kepala dan dadanya tinggi-tinggi, Bai Shen membalas kakaknya. Senyum tegak di wajahnya membuatnya tampak seperti orang yang sangat sopan.

"Kakak perempuan sangat senang dengan balasanmu ~" Bai Mei tersenyum dengan indah ketika dia mendengar saudara-saudaranya menjawab. Tubuhnya bergerak saat dia memeluknya dan mencium kedua pipinya. Wajahnya berubah merah padam saat dia melepaskan kakaknya dari pelukan.

Bai Shen tertegun saat dia berdiri seperti batu. Masih segar baginya, kehangatan dan kelembutan dari tubuh saudara perempuannya. Aroma memabukkan yang ia hirup dan sensasi hangat dan basah di pipinya. Dia menatap adiknya dan mendapati wajah cantiknya merah seperti apel. Matanya bertanya-tanya di sekitarnya seperti dia panik.

Dia meregangkan lengannya dan memegang tangan dingin kakaknya. Dia merasa adiknya menggigil ketika dia memegang tangannya. Asap sudah keluar dari telinga saudara perempuannya dan keringat mulai muncul di dahinya. Bai Mei melihat adiknya hanya untuk melihat senyum lucu di wajahnya. Dia memiliki keinginan untuk menampar kepala kakaknya tetapi dia membuang pikiran itu dan hanya dengan kuat menggenggam tangan kakaknya.

——————–

Aula itu hampir penuh dengan tamu. Semua orang menunggu kedatangan kaisar, sementara para lelaki lajang bersemangat berdoa kepada dewa apa pun yang mereka percayai untuk dipilih sebagai tunangan putri sulung.

"MAJESTI-NYA YANG MUNGKIN SUDAH TIBA!" teriakan nyaring membuat seluruh aula hening. Seorang pria mengenakan mahkota emas masuk, dia melepaskan aura megah saat dia berjalan maju. Di belakangnya adalah dua pangeran dan dua putri. Mereka semua memiliki sikap yang sama kecuali putri sulung Yun Yi. Ekspresi arogan di matanya masih ada di sana ketika dia mengembara matanya mencoba menemukan sesuatu di antara para penonton. Ketika matanya berhenti pada arah tempat Bai Shen dan kakak perempuannya, dia tersenyum seperti gadis kecil yang malu-malu dengan wajah merah.

Ketika Bai Shen melihatnya tersenyum padanya, dia merasa merinding di seluruh tubuhnya dan rambut di belakang lehernya berdiri tegak. Bai Mei di sisi lain memiliki pandangan dingin saat dia menatap tajam ke arah sang putri yang tersenyum. Dia berdiri di depan adik laki-lakinya saat dia menghalangi pandangan sang putri.

"KAMI SESUNGGUHNYA MAJESTY THE EMPEROR!"

"KAMI MENYAMBUT PRINCES DAN PRINCESSES!"

Semua orang berlutut dan berteriak serempak, wajah mereka penuh hormat ketika mereka menatap kaisar. Bai Shen dan saudara perempuannya juga berlutut, Bai Shen memandangi kaisar di depan. Tetapi untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, dia melihat bahwa kaisar sedang menatapnya dengan wajah penuh keengganan. . . . .