SPACE (DK)

153 7 2
                                    

Happy reading, sorry for any typo:)

Lagi-lagi panggilan mendadak, dipagi buta seperti ini sudah harus buru-buru karna tak ada persiapan apapun sebelumnya, mana lagi julukan karyawan terbaik dan terteladan seantero perusahaan yang sekarang terasa seperti tuntutan.

"Apa aku perlu menyiapkan bekalmu untuk diperjalanan?"

Jam 2 pagi dini hari, matamu bahkan belum bisa terbuka sempurna, terkejut tiba-tiba suamimu dipaksa berangkat ke kota lain untuk urusan pekerjaan, lagi.

"Tidak perlu, aku sudah tidak punya waktu" katanya sambil terus mondar-mandir bahkan kemejanya belum terpasang dengan benar.

Lee seokmin, pria kelahiran tahun 97 yang sekarang sangat sibuk dengan pekerjaanya yang padat. Tidak heran sekarang jika dalam waktu 2 bulan dia bisa berpindah 3 sampai 4 kota. Sifat dan sikapnya yang giat dan juga sopan menjadikanya karyawan yang dipuji satu perusahaan, mulai dari kalangan atasan hingga pekerja pembersih keliling tau keunggulan seorang lee seokmin. Senyum lebarnya yang tak pernah luntur selalu menjadi ciri khas lee seokmin si ramah ini.

Kepulanganya kerumah juga tak ada yang spesial. Ketika akhirnya bisa sampai rumah suamimu akan sibuk beristirahat dan tak lama kemudian kembali terhipnotis oleh pekerjaanya. Kau tidak pernah mau komplen tentang hal itu, kau juga tau seberapa lelah seokmin bahkan dia pantas mendapatkan istirahat lebih yang hanya dibandingkan 1 hari setengah setelah berganti kota dinas. Dia tidak pernah mau mengecewakan atasanya dan selalu berusaha mengerjakan tugasnya sebaik dan serapih mungkin. Tapi syukurnya seokmin mendapatkan banyak kelebihan seperti promosi yang lancar dan kepercayaan atasanya kepadanya.

Namun banyak hal yang sekarang membuatmu khawatir, cemas dan bahkan tak jarang kau pun merasa takut. Keberadaanya yang jarang ada dirumah membuat komunikasi kalian menjadi tidak baik, sekalinya kau mau berbicara kepadanya kau hanya akan menawarinya makan atau seokmin akan meninta hal yang ia perlukan padamu, kau tidak mau menjadi penganggu istirahatnya. Jelas banyak waktu-waktu yang dulu kalian bisa nikmati selayaknya pasangan suami istri yang hilang sekarang. Begitu banyak pikiran negatif yang sering hinggap dikepalamu, yang malah membuatmu bersedih sendiri tanpa bisa mengungkapkan perasaanmu. Tentunya ini sangat buruk untukmu.

"Chagiya.."

"Wae?"

Sekarang suamimu sudah siap dengan persiapan dadakanya untuk menuju kota yang diperintahkan atasanya, taksi juga sudah menunggu di depan pagar rumahmu. Ingin rasanya kau menasehatinya dengan cerewet untuk selalu menjaga kesehatanya, jangan melupakan jam makanya, begitu pula dengan jam tidurnya, memberimu kabar setiap hari dan masih banyak lagi, tapi lagi-lagi mulutmu segan.

"Wae? Malhae ppalli.."
(Kenapa? Cepatlah katakan..)

"Josimhae.."
(Hati-hati)

"Dangyeonhaji"
(Tentu saja)

Ternyata hanya itu yang biasa kau sampaikan, sangat tidak mewakili pesan yang ingin kau sampaikan bukan?
Akhirnya taksi membawa suamimu ke bandara meninggalkan pekarangan komplekmu.
.
.
.
.
.

Kini sudah beberapa hari setelah keberangkatan sang suami. Kau menjalani semuanya seperti biasa, sendirian lagi di rumahmu. Tapi untuk satu hal yang pasti kekhawatiranmu tidak pernah absen menemanimu, malahan serasa makin menjadi-jadi, bagaimana caranya kau bisa mengekspresikan emosimu ini?

Bagaimana jika dia kelelahan tapi tetap memaksa bekerja? Bagaimana jika makanan dikota baru tidak cocok dengan perutnya? Bagaimana jika alerginya kambuh dan persiapan obat-obatanya tidak lengkap? Apa dia tidur dengan nyenyak? Apa dia makan sehari 3 kali? Apa tempat barunya nyaman untuk tidur? Dan masih banyak lagi pikiran-pikiran jahat tentang suamimu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Our Imagination Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang