"Halo Rain" Sapa Ramah seorang perempuan yang memakai jas berwarna putih dari dalam ruangan.
Rain membalasnya dengan senyuman "Hai dokter kia"
Rain dan Lily pun segera duduk berhadapan dengan sang dokter.
" Gimana nih kabarnya sebulan belakangan ini? Sebulan yang lalu saya chat kamu untuk kontrol tapi kamu malah tolak" Ucap kia menatap Rain yang masih tersenyum.
" Biasa dok bandel nya kumat kalau disuruh kontrol ini aja harus ada kesepakatan dulu baru dia semangat kontrol" Saut Lily sesekali melirik ke arah anaknya.
Dokter kia terkekeh sebentar "memang apa kesepakatannya Bu?"
" Dia izin ikut olimpiade tapi saya kasih syarat, dia boleh ikut tapi harus rajin kontrol" jawab sang ibu.
" Tapi gak apa apa kan dok kalau Rain ikut olimpiade?" Lanjut Lily bertanya.
Dokter kia berpikir sejenak "em..sebelumnya kita check-up dulu yuk ritme jantung Rain , setelah itu saya akan pertimbangkan"
Berjalan di atas treadmill selama 60 menit mungkin hal yang biasa bagi seorang Rain Thalassa , kini ia kembali melakukan hal itu.
60 menit berlalu kini Rain tengah berbaring di atas Brankar dengan alat yang sudah terpasang di dadanya (EKG) Dengan alat tersebut, impuls atau aktivitas listrik jantung akan terpantau dan tampak berupa grafik yang ditampilkan di layar monitor.
Setelah grafik Jantung Rain terlihat di monitor Dokter Kia menatap sang empu dengan tatapan sendu , Rain membalas tatapan sendu itu kemudian ia menerbitkan senyuman di bibirnya. Rain tahu apa maksud dari tatapan itu.
"Sebulan ini kamu kambuh berapa kali?" Tanya kia.
Rain tampak berpikir " 2-3 kali , mungkin?"
Terdengar helaan nafas dari bibir kia "Rain saya sudah bilang berapa kali sama kamu? kalau kamu kambuh tuh langsung hubungi saya atau segera ke rumah sakit"
" Dokter Rain capek.., 16 Tahun Rain selalu bolak-balik Rumah sakit. iya Rain tau Rain egois karena bilang begini, Rain tau kalau bukan cuma Rain yang capek tapi mamah juga , Kalau ada tombol menyerah pasti Rain sudah mencet tombol itu dari lama" Ucap Rain lirih menyuarakan isi hatinya pada kia.
Mata kia berkaca kaca dibuatnya "Jangan pernah bilang sepeti itu Rain , Kamu pasti sembuh" saut kia lalu mengelus bahu Rain yang masih bersandar pada brankar.
Rain tersenyum tipis lalu mengangguki penuturan kia , meskipun rasanya itu tidak mungkin.
"dokter kia, Rain boleh minta sesuatu?" Tanya Rain.
" Apa?" Jawab dokter kia.
" Nanti tolong bilang ke mamah kalau keadaan aku makin membaik ya?" Ucap Rain sedikit mengecilkan suaranya , mengingat sang ibu berada di luar ruangan check-up ini.
Dokter kia membulatkan matanya "Rain?"
" Kamu serius? Saya gak---
" Please dok , Aku mau liat senyum mamah Aku gak mau ngeliat wajah mamah yang terus lesu setiap aku habis Check-up" Jelas Rain memotong ucapan Dokter Kia.
Rain kembali menatap Kia lalu mengengam tangannya "Please" ucapnya lirih
Kia tak bisa berkata ia kelu dengan penuturan yang keluar dari mulut Rain , Akhirnya kia pun menganggukan kepalanya.
Rain tersenyum hangat "makasih dok"
Lily telah masuk kedalam ruangan setelah di perbolehkan oleh kia , kini ia menunggu Rain yang sedang berada ditoilet untuk duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen Fiction[ SELESAI ] Rain.. kamu itu hujan, aroma-mu itu candu , kepergianmu itu pilu. - Angkasa Atharrazka