Hayoung tercekat ketika seorang pelayan menarik korsetnya dengan kuat. Gadis itu harus berulangkali mengukur gaun pernikahannya karena tubuhnya makin kurus. Belakangan ini ia dilanda stress berat mengenai persiapan pernikahannya sendiri. Tentu saja ini membuat Jungkook khawatir.
" Apa kau baik-baik saja? " tanya Jungkook ketika gadis itu selesai dengan urusannya. Pria itu langsung menggenggan tangan kanan Hayoung dan mengusapnya lembut.
Hayoung mengangguk. " It's okay. "
" Mau makan malam bersama malam ini? Di restoran kesukaanmu? "
" Umm, bagaimana kalau di dapur istana? Aku akan memasakanmu sesuatu. Aku ada banyak pekerjaan malam ini. Tidak bi—"
" Kau perlu beristirahat. Biarkan Yeonjun yang mengurus semuanya. Kakakmu sudah menyerahkan semua tugas padanya, kan? " Jungkook menatap gadis itu dengan cemas. Ibu jarinya masih mengusap punggung tangan milik Hayoung dengan lembut.
" Tapi ada beberapa hal yang ku—"
" Tidak. Kita akan makan malam bersama di luar malam ini. "
Hayoung tersenyum melihat pria didepannya yang keras kepala. Akhirnya dia hanya bisa menganggukkan kepala. " Bagaimana kalau malam ini kita ke rumahmu? "
Mata Jungkook langsung bersinar. Senyumannya melebar. " Itu hal yang bagus. Kau bisa mengalihkan pikiranmu dari pekerjaan di istana. "
" Kalau begitu jemput aku di istana jam empat sore. Aku harus berbicara dengan Jinyoung mengenai beberapa hal siang ini. "
Jungkook mengangguk dan mengajak gadis itu berjalan keluar. Hari ini dia yang mengantar Hayoung dan mereka membawa mobil sendiri. Sudah lama Hayoung tidak melihat Jungkook menyetir karena mereka selalu membawa sopir. Namun kali ini tentu saja berbeda.
" Kenapa kau melihati-ku terus? " tanya Jungkook kemudian terkekeh pelan. Pria itu menoleh ke arah Hayoung sebentar kemudian memandang ke arah jalanan di depannya lagi. Salah satu tangannya memegang stir mobil dan yang lain berada dia atas paha Hayoung.
" Tidak. Hanya saja aku sudah lama tidak melihatmu menyetir. " balas Hayoung kemudian menunduk untuk melihat tangan pria itu yang ada di pahanya. Ia menggenggam tangan pria itu dengan erat.
" Oh jadi kau suka melihatku menyetir? Aku pasti terlihat seksi sekali. "
" Tidak juga. " Hayoung tertawa pelan. Tentu saja ia berusaha menyangkal perkataan pria itu. Bagaimana mungkin ia bisa menolak pesona Jungkook yang memakai kemeja bergaris dengan lengan yang tergulung sampai siku? Terlebih ketika ia melihat tato pada tangannya dengan lebih jelas.
" Aku akan menjemputmu jam empat. Jangan lupa. " ujar Jungkook ketika mereka sudah sampai. Pria itu meraih wajah Hayoung dan mencium keningnya lembut.
" Oke. Bye~ "
Hayoung segera keluar dari dalam mobil dan melambaikan tangan melihat mobil itu yang melaju pergi. Baru begitu saja sudah merasa rindu padahal nanti malam bertemu. Ia memegang dadanya dan tersenyum sebelum akhirnya membalikkan badan dan segera pergi dari sana.
***
Jungkook melajukan mobilnya membelah jalanan. Ketika ia sampai di basement kantornya, tiba-tiba panggilan masuk ke ponselnya. Dia langsung mengangkatnya ketika melihat nama Namjoon disana.
" Halo, hyung. Ada apa? " ujarnya ketika panggilan sudah tersambung.
" Aku ingin mengadakan meeting denganmu bersama member yang lainnya. Ini mengenai kerja sama senjata dengan Tuan Black. Aku ingin kau melakukan beberapa hal bersama Taehyung. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon's Metanoia [ON HOLD]
FanfictionKali ini Hayoung kembali dihadapkan pilihan yang berat. Antara Jungkook dengan keluarga mafianya atau mempertahankan statusnya sebagai seorang putri bagi kerajaannya sendiri. *** Ini bukan cerita klasik seorang putri seperti di dongeng. I warn you. ...