Ini kisah 7 bersaudara yang absurd, 7 sudara yang memilik sifat saling sayang satu sama lain, namun terkadang mereka juga bisa membuat onar. Mereka adalah tiang tegak kokoh, dan tujuh cahaya yang
bergabung menjadi satu membentuk pelangi yang indah...
Sebelum itu vote dan komen saya sarankan, terimakasih <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♥|puzzle piece|♥
Hari ini orang-orang di rumah tak sesibuk biasanya, bang Martin yang biasanya sudah pergi bekerja kali ini goleran dengan tangan memegang ponsel. Dika juga begitu biasanya dia sudah ganteng siap-siap ke kampus malah menemani Jinan main PS.
Jean sudah berangkat jaga warung tadi, kali ini partnernya bukan Jinan tapi Candra. Kenapa bukan Jinan? Jawabannya karena Candra memang lagi butuh uang tambahan. Sedangkan Nana dia malah sibuk dengan buku resep masakan milik bunda. Haikal? Tentu saja bocah itu masih berada di pulau kapuk dengan memeluk sayang guling bersprei Tayo. Itu bukan kamarnya Haikal sih, dia cuma numpang tidur aja di kamarnya Jinan sama Candra. Lagipula Candranya mau tidur di kamarnya dulu.
Kamarnya Jinan tuh enak tahu, kipasnya wush-wush kalo di kamar Haikal mah boro-boro wush-wush, di colokin aja langsung gak berfungsi. Dika selaku roomate Haikal langsung turun tangan. Bocah itu bakal mengomel seharian dengan gaya bunda marah-marah dan itu akan membuat telinga Dika panas setengah mati.
"Mas, bangunin Ekal gih. Mau abang ajak ke pasar buat beli sayur, tadi bunda nyuruh tapi abang lupa." Martin mengguncang tubuh Dika pelan, Dika yang sedang asyik main hanya mendengus dan langsung pergi ke arah kamar Jinan dan Candra.
"Mainin dulu punyaku, ntar kalah bang!" teriaknya di tangga, lalu Martin mengangguk dan mengambil stick PS yang berada di dekat Jinan. Game yang dimainkan saat ini adalah game balap, Martin yang tidak pernah memegang stick PS berkata polos pada adiknya.
"Dek, ini mainnya gimana?" Boro-boro dimaninkan stick PS tersebut malah dibolak balik lalu ditekan tekan. Dan jadilah Dika kalah dalam permainannya melawan Jinan.
"Abang, masa gak tau cara main PS?"
"Nggak, ini tuh mainan apaan sih?"
"Ya Allah gusti pangeran, ini tuh dulu di jaman abang mah udah booming parah. Masa gak pernah main sih?" Jinan mengangkat stick itu. Lantas Martin menggeleng, dia jujur tidak tahu tentang mainan playstation.
"Ora, abang dulu kan mainnya gak ke warnet. Abang dulu mah main sama anak komplek deket sini, kayak anaknya Bu Retno si Ojan terus anaknya Bu Mela si Lucas, sama anaknya Bu Ajeng si Hendery. Anak jaman sekarang mah dikit-dikit hp." Jinan terkekeh pelan, di komplek sini nggak ada yang seumuran sama dia. Dari kecil Jinan mah mainnya sama Candra dan abang-abangnya.
"Itu mas mu bangunin si Haikal kok lama sih?" tanya Martin dengan mengunyah kripik pisang yang dibeli bapak kemarin. Oiya bapak lagi beli makanan burung makanya nggak ada dalam kericuhan rumah.
