02 - Snapped

4.7K 502 193
                                    

"Honey...."

Seorang gadis mengetuk-ngetuk pelan tangan kekasihnya dengan pulpen. Akan tetapi, kekasihnya itu tidak menggubris.

"Mike...."

Yang dipanggil pun menghela napas, lantas menoleh mengalah ke arah perempuan yang sudah dipacarinya setahun belakangan. Di kelas, mereka duduk di kursi bersebelahan.

"Apa, By?" Ia mulai meladeni.

Itu Abigail Florencia, Abby. Gadis 22 tahun yang berstatus sebagai pacar Michael.

"Pulang kampus aku mau makan di luar sama kamu. Ada cafe yang baru buka. Aku mau coba, katanya di situ mahal-mahal makanan sama minumannya." Abigail berbisik-bisik, menginfokan lalu tersenyum cantik.

Tangan Michael yang sedang sibuk mencatat penjelasan dosen menghentikan gerakan sejenak, lalu kembali menoleh. "Iya, boleh." Ia tersenyum tipis.

"Thank you, Honey." Abigail menyahut halus dan manis.

"Iya." Lalu, Michael lanjut mencatat.

Abigail sudah terbiasa dengan nada-nada dingin dan datar pacarnya. Tak masalah, sebab meskipun begitu, Michael adalah pacar yang tampan, memuaskan, dan banyak uang.

Tidak pernah malu Abigail saat memamerkan Michael pada sahabat-sahabatnya sesama kaum hedon. Benar, Abigail juga anak orang kaya, ayahnya adalah walikota yang sedang menjabat di salah satu kota provinsi DKI Jakarta. Namun mirisnya, sedikit kurang kasih sayang orangtua.

Michael tiba-tiba teringat, ia datang ke kampus dengan Laras. Bukan, bukannya tidak mau membuat Laras terganggu, malah merasa keberadaan Laras yang akan mengganggunya dengan Abigail.

"Abby."

"Ya?"

"Nanti malem aja, gimana? Soalnya sore ini aku harus langsung pulang," ungkap Michael.

Abigail sedikit mengernyit. "Mau ngapain emangnya? Tumben. Biasanya gak pulang juga gak apa-apa." Ia tersenyum nakal.

Michael menyeringai kecil. "Iya, tapi aku mau bawa pulang pembantuku dulu. Sekalian mau cek laporan-laporan di kantor. Lagian, mana enak kalau dia ikut kita berdua pacaran, hm?" katanya, lalu mengangkat sebelah alis.

"Pembantu?" Abigail semakin mengernyit heran, tetapi Michael hanya mengangguk ringan.

"Ngapain kamu bawa pembantu? Kamu mah suka aneh, kebiasaan..." gerutu gadis berambut lurus sepinggang itu dengan dahi berkerut.

"Aku bosen, makanya aku ajak dia. Udah, kamu tenang aja. Mau, gak nanti malem? Kita bobok di Raffles?" Michael bertanya dengan irama dan tatapan menggoda.

Di kamus Michael dan Abigail, bobok di sini bukan tidur, tapi... ya mungkin kalian sudah mengerti.

Abigail langsung melebarkan sudut bibir yang tadinya tertekuk ke bawah. Sebal dan herannya hilang seketika. "Mike, kamu bisa banget sih bikin aku mleyot...." Ia bersandar manja di bahu sang pacar.

"Abigail! Michael!"

Pemudi-pemuda nakal yang baru dipanggil tegas itu pun tersentak kaget, refleks menatap dosen yang sudah memandang geram mereka.

"Kalau mau pacaran, di luar! Di sini tempatnya belajar!"

Abigail menunduk, tapi tidak dengan pacarnya yang memandang datar sang dosen. "Saya dari tadi nulis, Pak," responsnya cukup dingin.

UNSTABLE (New Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang