01 - Get Down

6.2K 586 177
                                    

Lamborghini Aventador berwarna light blue yang sudah selesai disiapkan, siap pula digunakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lamborghini Aventador berwarna light blue yang sudah selesai disiapkan, siap pula digunakan. Namun, sang pemilik masih duduk sarapan di ruang makan super mewahnya sendirian. Menghabiskan sandwich isi tuna mayo yang selalu jadi menu favoritnya selain nasi goreng omellete.

"Tuan, mobilnya sudah panas." Seorang asisten rumah tangga pria berseragam biru tua melaporkan di belakang kursinya.

Si Tuan Muda hanya mengangguk. Pria ART itu menunduk sekilas, sebelum meninggalkan majikannya di kursi makan bercat keemasan. Lalu sedang sibuk mengunyah, seorang pembantu baru melintas di hadapan sang Tuan.

"Heh!" panggilnya dingin.

Yang dipanggil pun menghentikan langkah, lalu menoleh. "Iya, Tuan?"

"Kalau jalan di depan gue tuh nunduk. Kenapa tegap banget?"

Wajah dan intonasi Michael membuat manik si ART melebar. Ia langsung menundukkan tatapan. "Maaf, Tuan. I-iya, nanti sayaㅡ"

"Coba lo nunduk."

ART muda itu langsung menurut.

"Kurang rendah."

Kembali menurut dan makin menunduk.

"Nah, segitu. Udah ngerti sekarang?"

"S-sudah, Tuan," jawab gadis malang itu masih menunduk hampir 90 derajat. Padahal, tak perlu serendah itu juga. Majikannya itu mengerjai saja.

Michael mengamati sebentar hingga merasa puas. "Udah. Tegak lagi. Gue mau liat muka lo sekarang," katanya.

Si ART kembali menegakkan tubuh, menatap Michael ragu-ragu sebab takut kembali disemprot.

"Nama lo siapa? Gue lupa."

"Laras, Tuan," jawabnya sopan sambil menatap meja makan. Tak berani menatap wajah majikannya.

Michael mengangguk-angguk, memperhatikan dengan datar penuh misteri. Laras mengintip sedikit, lalu menunduk lagi.

"Lo ikut gue ke kampus," perintah pemuda itu, mutlak.

Kedua mata Laras tak ayal membesar. Kaget dan heran, lantas hati-hati untuk bertanya, "Maaf, Tuan. Tapi... kenapa saya diajak juga, ya?"

Kunyahan Michael terhenti, pandangannya menajam, lalu menggebrak meja makan kayu jatinya dengan keras. Tubuh mungil Laras sontak terlonjak, refleks menutup mata sembari menahan jantung yang kaget luar biasa.

"Gak usah banyak tanya! Gue cuma mau nyuruh lo ikut gue ke kampus, kenapa harus ditanyain, sih?! Ya berarti gue mau ajak lo, gak usah ditanya-tanyain lagi!"

Rasanya Laras ingin menangis dibentak seperti itu. Seumur-umur, belum pernah ia diperlakukan sekeras begitu. Namun, harus tetap kuat, tidak boleh cengeng dengan keadaan. Ia mesti membiasakan diri dengan perangai sang majikan.

UNSTABLE (New Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang