NY City Hospitals
---
Suatu hal yang sangat membosankan untuk tiga orang yang sedang menunggu di dekat ruang UGD. Jane Mike dan Blue, mereka menunggu dokter keluar dari dalam sana memberikan penjelasan tentang Bright. Frank, ia juga sedang di tangani karena lengannya yang terluka. Bram dan Grace masuk ruangan perawatan karena tubuh mereka kurang stabil, dikurung bertahun-tahun membuat mental keduanya lemah sehingga dibutuhkan penanganan medis. Kini yang tersisa hanya tiga bersaudara, sudah cukup lama Bright berada di ruang UGD tapi baik perawat maupun dokter belum ada yang keluar.
Blue mondar-mandir di depan ruangan, sedangkan Jane dan Mike hanya duduk. Jane mengobati wajah Mike yang lebam-lebam akibat pertarungan dengan anak buah Luke tadi.
"Sialan, apa yang mereka lakukan didalam sana—kenapa lama sekali?" Ucap Blue, ia melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
"Keadaan Bright sangat parah, mungkin itu yang membuat mereka lama menanganinya" Jawab Jane. "Sini, gantian kau yang harus ku obati" Sambung Jane karena ia sudah selesai mengobati luka Mike.
Mike pun berdiri dari duduknya kini gantian Blue yang duduk di samping Jane dan Jane pun mulai mengobati psikopat ini. Mike menatap pintu UGD kemudian beralih menatap dua saudaranya, "Entah mengapa Bright tidak memakai baju pelindung seperti kita, jika dia memakainya pasti peluru tidak akan melukainya" Kesal Mike.
Blue menganggukkan kepalanya, "Ya, aku juga kesal karena itu"
Jane mencengkram dagu Blue agar kepalanya tidak bergerak karena Jane belum selesai mengobatinya. "Bright yakin bisa melindungi dirinya" Kata Jane sambil mengoleskan obat di pipi Blue.
Mike menghela napasnya, "Dia yang tidak pakai pelindung, dia juga yang berujung di rumah sakit"
Lalu tidak ada lagi percakapan diantara ketiga bersaudara itu , Jane masih mengobati Blue sedangkan Mike bersandar di dekat dinding pintu ruang UGD. Ketiganya menunggu dokter keluar sehingga rasa kantuk menyerang Mike tetapi ia berusaha kuat karena disini masih banyak keluarganya yang terkapar di atas brankar rumah sakit. Tak lama pintu UGD terbuka menampilkan dokter wanita muda berambut blonde dengan membawa sebuah map ditangannya.
Blue dan Jane langsung berdiri dari duduknya, mereka pun menghadang sang dokter begitupun Mike. "Bagaimana keadaan Bright?" Tanya Blue tanpa basa-basi.
Dokter muda itu melepaskan teleskop di telinganya, "Keadaan pasien sangat parah, kepalanya mengalami pendarahan dan luka di perutnya cukup lebar" Jelasnya, "Kami akan melakukan operasi untuk mengeluarkan pelurunya. Mohon pihak keluarga menanda tangani ini untuk kelangsungan operasi pasien" Sambungnya lagi sambil memberikan map yang ia pegang dan pena.
Jane mengambil map tersebut lalu membukanya untuk membaca apa yang tertera di dalam, setelah selesai membacanya ia langsung menanda tangan. "Kami akan membayar uang administrasinya, lakukan saja yang terbaik untuk keselamatan Bright" Kata Jane sambil memberikan map dan pulpen kepada dokter cantik di hadapannya.
Dokter tersebut mengangguk sembari tersenyum, "Operasi akan dilakukan malam ini juga sebelum peluru itu bersarang di dalam perutnya. Baiklah, kalau begitu saya permisi"
"Terimakasih dokter" Ucap Mike dan dokter hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan ketiga saudara Bright.
Tak lama kepergian dokter tersebut pintu ruang UGD terbuka lebar, beberapa perawat mendorong brangkar keluar dari ruangan itu. Jane terdiam kaku melihat keadaan Bright yang mengenaskan—kepala saudaranya itu di balut perban yang berlumuran darah karena pendarahannya yang tak henti-henti wajahnya banyak luka lebam, dan kulit Bright juga pucat. Jane Blue dan Mike ikut merasakan sakit melihat keadaan Bright, pasalnya pria itu tidak pernah mengalami hal seperti ini seumur hidupnya dan baru kali inilah mereka menyaksikan Bright terbaring di brankar rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Boo [Bright x Win]
Romance"Kau masuk ke kandang serigala, bunny" ---- Bright Vachirawit, pria kejam dan ketua mafia terbesar di Thailand Win Metawin, seorang mahasiswa yang hanya menghabiskan waktunya untuk kuliah dan bekerja. Namun, ia tidak tau kalau tempatnya bekerja adal...