4

2.1K 227 16
                                        

you dumb bitch i clearly have feelings for you

***

"Pegangan yang erat, baby." 

Belum sempat Jeongin menanyakan apa maksud perkataan tersebut, tubuh telanjangnya tiba-tiba diangkat begitu saja. Pemuda Yang reflek mengaitkan kedua kakinya ke pinggang Hyunjin selama dia berjalan perlahan menuju sisi yang lebih dangkal dalam kolam renang. 

Keduanya kembali berciuman setelah itu. Jeongin membuka mulutnya membiarkan Hyunjin mendominasi, menjilat dan menggigiti lehernya yang terekspos seperti predator.

" 'gonna fuck you dry..." Bisik Hyunjin sensual, seluruh tattoo ditubuhnya terlihat gemerlapan akibat basahan air dan lampu kolam renang, "Aku tidak akan menahan diri lagi, boy boy. Menjerit-lah sepuas hatimu karena hanya ada kita di ruangan ini."

Atas dasar perintah itu, Jeongin-pun mendesah keras-keras, tidak peduli suaranya menggema disetiap sudut dinding karena Hyunjin dan segala pesona yang ia miliki telah membuat seluruh tubuhnya lemas tidak berdaya. 

Dinginnya air kolam tidak kuasa mendinginkan tubuh keduanya yang terbakar api asmara. Hyunjin membuka belahan pantat Jeongin lebar-lebar, sementara Jeongin sendiri bergerak menurunkan posisi pantatnya perlahan kearah ereksi Hyunjin yang sedang tegak mengacung; mencari-cari pintu masuk anusnya. Pemuda itu menggigit bibir, terpejam merasakan kelamin Hyunjin mulai melesak masuk sedikit demi sedikit. 

"A-ah... sakit." 

Rasanya perih sekali. Meski dia bukan perawan, dinding anusnya tetap berkedut nyeri sebab Hyunjin benar-benar melakukan penetrasinya tanpa lubricant maupun preparation seperti yang ia bilang. Menusuk pantat Jeongin begitu saja tanpa mempedulikan pemuda itu menjerit-jerit kewalahan. 

"H, pelan-pelan, sakit..." Pinta Jeongin lirih.

Nafas Hyunjin semakin memburu mendengar bisikan putus asa itu, ia sama sekali tidak bersuara, masih fokus menanamkan seluruh penisnya kedalam sana meski anus Jeongin berkedut-kedut luar biasa. 

Mendesah, tubuh kecil Jeongin kian menegang; terombang ambing dalam genangan air kolam renang yang tenang, melenguh untuk kesekian kali dalam rengkuhan Hyunjin yang terus mencandu tubuhnya seperti ekstasi.  "A-ahhn... H-Hyunjin..." 

Hyunjin membenamkan penisnya kedalam anus Jeongin cukup lama, mencumbu bibir Jeongin sebagai permohonan maaf karena tidak mampu mengontrol dirinya tadi, membisikan kalimat penenang, berkata bahwa Jeongin sangat cantik malam ini, dan Hyunjin benar-benar jatuh hati padanya. 

Lalu, setelah nafsu kembali menyerang mereka berdua, Jeongin tidak mampu melakukan hal lain selain menangis menerima setiap sodokan Hyunjin yang semakin lama semakin buas menyodomi pantatnya. Menghajar titik kenikmatan didalam sana tanpa ampun meski Jeongin telah mencakar punggung dan mengigit bibirnya hingga terluka.  Mereka terlanjur hanyut dalam nafsu yang menggebu-gebu itu.

Dan di malam yang penuh jeritan dan desahan tersebut, Jeongin tahu hidupnya tak akan pernah lagi sama. 

***

Jeongin menyampirkan lab coat-nya ke sandaran kursi dengan hembusan napas lelah. 

Dokter muda itu terdiam memandangi relfeksinya sendiri dihadapan cermin. Tubuhnya terasa letih bukan main. Selain lelah karena baru saja menuntaskan operasi pengangkatan tumor ketiga-nya di hari ini, ia juga lelah karena tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup. Hyunjin baru memulangkannya kembali ke apartemen pukul 2 pagi, sedangakan jam 5 pagi-nya ia sudah harus standed by di rumah sakit menjalankan seluruh schedule-nya yang sangat padat. 

Pills and Cigarettes Re-PublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang