"Hyunjin..."
Gigi Seungmin gemelatukan, pandangan matanya nyalang meradang menatap sosok saudara kembarnya yang berjalan mendekat; sempoyongan dalam loby rumah sakit.
Hari sudah benar-benar larut malam, seharusnya ia segera pulang bersama Jeongin, sedetik setelah medan operasinya malam ini berakhir beberapa menit yang lalu. Tapi rencana itu gagal, nyatanya ia harus menghadapi kekacauan lain setelah saudara kembar bodohnya itu tiba-tiba datang dengan keadaan mabuk parah dan sedang cidera.
Hyunjin yang ditatap Seungmin seperti itu merengut tidak terima, "Changbin.... kenapa adikku ada disini?"
Changbin, pemuda yang membawa dia jauh-jauh datang kemari memutar bola mata, "Karena dia bekerja disini, dumbass."
"Aku tidak sakit... Kenapa aku dibawa ke rumah sakit?!" Hardiknya kemudian.
"Sure. Kau tidak sakit."
"Aku sudah memperingatkan untuk tidak minum terlalu banyak, H. Kenapa kau mabuk?!" Seungmin menimpali dan membentak tertahan. Ia kemudian menoleh ke-kanan dan ke-kiri. Beruntung loby rumah sakit sudah sepi malam ini.
Meski dimarahi, Hyunjin malah mengulang perkataan saudaranya dengan nada mengolok-olok, "Kinipi kiu mibik...."
"Apa lagi yang idiot ini lakukan sekarang, Changbin?"
"Dia melompat-lompat diatas trampolin, lalu terjembab jatuh ke tanah dengan posisi terjelungkup. Yang aku tahu setelah itu, tangannya sudah seperti ini."
"Tanganku masih ada tiga!"
"Tanganmu patah, idiot. Ayo Changbin, seret dia ke ruanganku."
"TIDAK MAU!" Teriak Hyunjin tiba-tiba. Suaranya sangat lantang hingga menggema keseluruh penjuru ruangan, "Aku tidak mau dirawat oleh dokter bodoh sepertimu! Kau hanya akan memarahiku seperti ibu!"
"Aku tidak akan memarahimu kalau kau menurut!"
"Pembohong! Aku tidak mau!"
"Baik...." Seungmin berusaha sekuat tenaga meredam seluruh emosinya yang telah meluap sampai ke ubun-ubun. Ia sudah sangat kesal hingga rasanya ingin sekali mematahkan tangan Hyunjin yang lain agar pria itu cacat selamanya.
"Kau mau apa, Hyunjin? Dan jangan teriak-teriak. Ini rumah sakit."
"I WANT MY JEONGIN!"
"Sudah kubilang untuk tidak teriak-teri—
Pemuda itu sudah maju selangkah, memposisikan tangannya di udara sebagai ancaman untuk memukul kepala kakak kembarnya tersebut, namun urung karena Hyunjin tiba-tiba terduduk dilantai...
... kakinya menendang-nendang, mulai merengek, kemudian menangis seperti anak kecil.
"IBUUUUU..."
"Oh my god..." Bisik Seungmin dan Changbin bersamaan.
Inilah mengapa Seungmin selalu melarang Hyunjin pergi mabuk-mabukan diluar rumah. Ia akan menjadi tidak terkontrol dengan mood swing yang luar biasa. Hyunjin akan menjadi sangat sulit di kendalikan dan satu-satunya cara agar pemuda itu menurut adalah dengan menyanggupi seluruh kemauannya.
"Hey.. Kau mau bertemu Jeongin?" Seungmin harus sadar kenyataan, karena kalau di lawan Hyunjin akan semakin menjadi-jadi, dan ia tidak mau kekacauan ini terdengar sampai ketelinga pasien.
Dokter tersebut akhirnya berlutut, mengulas senyum lembut setelah bertemu pandang dengan saudaranya tersebut.
"Mau..." Jawab Hyunjin pilu. Tangisnya terhenti seketika.
![](https://img.wattpad.com/cover/270636913-288-k587205.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pills and Cigarettes Re-Publish
Fanfic[COMPLETED ON JULY 2021] Cerita ini pernah debut di tahun 2019, tapi di hapus oleh wattpad (atau di report?) di tahun setelahnya. Saya upload ulang karena sayang