"J, yakin kau baik-baik saja?"
Jeongin menoleh kepada pemuda yang berjalan disampingnya, kemudian melempar senyum kecil yang ia paksakan.
"Aku baik-baik saja, Ji."
"Tapi kau berjalan seolah ada bola basket di selangkanganmu." Bantahnya.
Bagaimana tidak, aku disodok dua penis sekaligus. Batin Jeongin sebal, namun memilih tidak mengatakan apapun dan tetap tertatih-tatih berjalan.
"Kenapa tidak istirahat saja dirumah?" Tanya Jisung sekali lagi. "Aku yakin Jisu akan memberi ijin, daripada kau disini dan membuat keadaanmu semakin parah, Doctor J..."
Nurse Lee, atau Jisung masih terus berceloteh sambil setia mengikuti Jeongin disetiap langkahnya. Bersikeras untuk mengimbangi langkah dokter tersebut ke ruangan tempat ia bekerja meski ruang kerja-nya sendiri berada jauh di sisi lain rumah sakit.
"I'm perfectly fine, Jisung. Tidak perlu berlebihan..."
Jisung melengos tidak percaya, dia melihat sendiri bagaimana Jeongin limpung hingga beberapa kali harus berhenti melangkah.
"Ah, Shit..." Rintih pemuda itu kemudian.
Rasa perih di lubang anus-nya benar-benar intens sampai menjalar ke tulang belakang. Rasanya pedih dan panas secara bersamaan, Jeongin yakin pantat-nya sudah benar-benar memar sekarang.
Melihat hal itu, Jisung melotot panik. Menahan kedua tangan Jeongin yang baru saja hampir terjatuh dengan kedua kaki bergetar dan mata terpejam,
"Kau mau aku antar ke seseorang? Aku bisa melihat schedule dokter yang siaga sekarang juga."
Belum sempat Jeongin menolak, Jisung sudah beranjak mendudukan Jeongin ke bangku terdekat. Ia kemudian berlarian masuk kedalam ruangan suster di area tersebut, lalu datang kembali tak lama kemudian dengan membawa kursi roda di tangannya.
"Nurse Lee..."
"Jangan putar bola matamu, aku benar-benar panik sekarang. Ayo cepat! Dokternya sudah menunggu."
Jeongin hanya bisa mengangguk pasrah setelah itu, membiarkan Jisung mendorong kursi roda-nya perlahan melewati beberapa dokter dan intern yang lalu lalang.
Lagi-lagi Jeongin mendengus, padahal dengan sedikit olesan emla krim, ia sudah akan baik-baik saja dan bisa menjalankan aktifitas seperti semula. Tapi mau bagaimana lagi, Jisung terlihat sangat panik dan perhatian. Ia tidak sampai hati menolak gelagat baik pria itu dan memilih menuruti kemauannya saja.
"Jadi kemana kau membawaku?"
Rumah sakit memang cukup sibuk di pagi hari karena para staff biasanya mulai mondar-mandir melakukan morning medical check up kepada para pasien yang menginap. Ia tidak yakin ada dokter yang sedia saat ini.
Suster Jisung membawanya cukup jauh hingga ke lantai tiga, dan perasaan Jeongin jadi mulai tidak nyaman.
"Ruangan doctor Hwang." Jawab Jisung.
Fuck. Jeongin menegak kasar air liurnya,
"Doctor.... who?"
"Hwang."
"Docor... Hwang... Seungmin?"
"Memang ada berapa banyak Doctor Hwang di rumah sakit ini? Tentu saja Hwang Seungmin."
"Tapi..."
"Kau keberatan? J, jangan pilih-pilih.. Tidak ada dokter lain yang bisa membantumu, hanya dia yang siaga sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pills and Cigarettes Re-Publish
Fanfic[COMPLETED ON JULY 2021] Cerita ini pernah debut di tahun 2019, tapi di hapus oleh wattpad (atau di report?) di tahun setelahnya. Saya upload ulang karena sayang