Happy Reading!
Now Playing || Rock With You - SEVENTEEN
"Manusia munafik, sekali munafik tetap munafik.
Percaya kepada nya sama saja membunuh diri secara perlahan, wanita ini adalah ular berbisa berbahaya dan licik se licin belut"-Antartika-
__________________
Author POV
Hari minggu adalah hari yang cocok untuk bersantai ria, baik berkumpul bersama keluarga, teman-teman atau hanya sekedar rebahan sembari menonton drama korea. Ya, mungkin dari ketiga pilihan itu Antartika akan memilih berkumpul bersama teman-teman nya yaitu sikembar AviElice.
Kini Antartika tengah bersiap-siap untuk jalan jalan bersama dengan kedua sahabat nya. Karna setiap hari minggu Antartika tidak akan bekerja atau libur tapi, terkadang Antartika akan pergi ke Cafè jika dia muak berada di rumah. Namun, setelah kedua sahabatnya itu sadar dari tidur panjang nya. Antartika sudah tidak pernah lagi bekerja pada hari minggu.
Saat sudah di lantai dasar, Antartika langsung disuguhkan dengan pandangan harmonis keluarga itu. Mereka bercanda gurau seakan tidak ada masalah dihidup nya. Tawa bebas yang mengudara, rangkulan mesra dari Gio untuk Luna. Senang rasa nya melihat Gio bisa tertawa. Namun, tidak dengan senyum palsu milik Luna.
Setelah melihat itu, Antartika berlalu meninggalkan rumah menuju tempat tujuannya.
BenuAntartika
"Udah lama? " tanya Antartika kepada si kembar.
"Enggak kok, barusan datang. " jawab Elice.
"Iya, barusan Tik." timpal Aviel.
Antartika hanya menganggukkan kepala lalu menarik kursi yang ada di antara si kembar.
"Pada mau pesan apa? "tanya Antartika.
"Kayak biasa. "ucap si kembar kompak. Antartika terkekeh kecil mendengarnya. Si kembar ini selalu kompak soal makanan.
"Selera kalian gak pernah berubah ya?" ucap Antartika.
"Macam mana mau berubah tidur nya kami terus bah. Infus nya di kasih makanan kami. Itu pun di tangan kami nya di tangan kami nya di bikin. " ujar Elice dengan logat Batak nya. Gadis ini dulu memiliki teman dari medan saat SD yang berdarah Batak dari Medan.
Seperti yang kita ketahui bahwa anak kecil sangat mudah belajar akan hal baru, makanya Elice bisa berbahasa Indonesia logat tapi Batak.
"Eh? Lo masih bisa ngomong pake logat Batak ? " tanya Aviel.
"Yaiyalah bisa emang Lo? IQ kaleng-kaleng. " canda Elice dengan menaik - turun kan kedua alisnya di sertai senyum mengejek.
"Nyebar Aib lo ahk. " sungut Aviel.
Antartika yang mendengar perdebatan keduannya hanya bisa geleng kepala sembari tersenyum geli. Kedua sahabat nya ini sungguh manusia yang absurd.
Perdebatan kedua nya masih berlanjut. Antartika hanya menonton saja. Lumayan acara debat gratis.
Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 5 Antartika pamit karna masih ada urusan. Aviel menawarkan untuk mengantar Antartika namun dia menolak.
BenuAntartika
Setibanya Antartika di salah satu Restoran bergaya Eropa tersebut, mata indahnya menelusuri seluruh penjuru tempat itu. Hingga dia menemukan yang di carinya.
Pemandangan yang Errr... Sungguh romantis sekali,tangan saling bertaut, mata yang saling memandang dan senyum yang terpampang jelas di bibir mereka. Oh ayolah, Antartika masih terlalu polos untuk di nodai dengan pemandangan itu.
Bukan Antartika kalau tidak bisa mendatarkan wajah cantik di balik masker nya itu, mata nya menatap sinis wanita itu. Sungguh sangat menjijikkan!
Mengeluarkan benda pipih persegi panjang dari saku celana panjangnya lalu memotret moment kemesraan itu. 'Menjijikkan!' batin Antartika. Setelah itu menyimpan kembali smartphone nya dan berjalan keluar Restoran tanpa menoleh ke belakang.
Sorot mata nya begitu dingin, mata nya berwarna hitam sepekat malam tanpa bintang atau bulan.
BenuAntartika
"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang? " suara bariton itu terdengar tegas.
"... " Antartika bungkam.
"Jawab! "
"..."
"Antartika! " suara Gio semakin kencang.
"Bu.kan u.ru.san An.da" ucap Antartika dengan penuh penekanan.
"Itu urusan saya karena saya Aya-"
"Oh Ya?" ucap Antartika pura-pura terkejut.
"Jangan potong ucapan saya, anak sialan! " bentak Gio.
"..." sorot mata Antartika semakin dingin, memandang datar pria yang seharusnya menjadi cinta pertama nya itu.
"Harusnya kamu tiru Fika! Dia itu tidak pernah keluyuran kayak kamu! "
Tidak pernah? Apa dia bercanda? Lalu apa yang di katakan saat seorang gadis emmm... Atau mungkin wanita (?) pergi ke club setiap Sergio dinas keluar negeri atau kota? Itu kan yang harus Antartika tiru? Jangan bercanda!
"Maaf, sedikit pun kata meniru orang lain tidak pernah terlintas di pikiran ku dan apalagi orang itu Fika, hahahaha, jangan bercanda Tuan Sergio yang terhormat. "
"Saya tidak bercanda anak sialan! Dasar tidak tahu malu, tidak tahu terimakasih! " bentak Gio.
"Oh... Ternyata begitu Tuan, saya memang tidak tahu malu dan terimakasih tapi saya bukan anak sialan asal Tuan tahu." balas Antartika.
"Tampak sekali kau terlahir dari perempuan kurang berpendidikan bahkan cara menghormati orang tua saja kau tak tahu, berbeda dengan Fika dia terlahir dari rahim perempuan berpendidikan! Sangat berbeda jauh! " amarah Antartika naik saat itu juga mendengar Bunda nya di jelek jelek kan. Namun, dia berusaha tenang.
"Kurang berpendidikan? Apa anda tidak salah? Bunda saya memang hanya tamat SMA namun apa beda nya dengan istrimu sekarang? D3 saja 5 tahun baru lulus dengan sogokan uang yang banyak, wowww... Sungguh sangat berpendidikan! Lagi pula sebaik baiknya Fika dan seberapa besar anda menyanjung dia, tetap saja tidak ada darah seorang tuan Sergio di tubuhnya! "
Plak...
"Diam kau anak sialan!" satu tamparan dan makian itu diterima Antartika.
"Bela saja terus manusia manusia ular itu!" ucap Antartika lalu beranjak meninggal Sergio untuk ke kamar nya.
BENCI!
Antartika benci keadaan, benci waktu, benci pada dirinya yang masih saja lemah di hadapan sang Ayah, dan benci pada kehidupan nya. Bahkan, air mata nya saja tidak bisa turun saat ini.
Tbc.
Up pertama tahun ini!!! ❤
Bandar Manik, Simalungun,Sumatra Utara
28 February 2022With Luv,
Joice ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BenuAntartika ✔️
General Fiction⚠️WARNING⚠️ [SEBELUM BACA HAPAP FOLLOW AKUN AUTHOR NYA] ⚠️Plagiat Menjauh⚠️ BenuAntartika ~Ceritaku tentang perasaan ku yang sempat mati... Ceritaku tentang goresan goresan yang di ciptakan waktu akan hatiku... Ceritaku tentang kehidupanku... Cer...