01. Menjamu Jamu

12.3K 319 46
                                    

Hujan pada malam itu membuat pengunjung pada Kedai Karma menjadi berkurang. Mungkin karena masih terlalu awal untuk jam buka.

Biasanya Karma buka dari jam 11 hingga subuh tiba. Bersama Arga, sepupunya.

"Hujan, Mas" ujar Arga pada Karma. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu sesekali membuat Karma tak yakin untuk membantunya.

"Gapapa. Nanti juga reda" jawab Karma.

"Kalo gak ada yang beli gimana, Mas?" tanya Arga lagi.

Karma menatap Arga. Dia heran, biasanya anak ini cenderung pendiam dan tak banyak tanya. Tapi malam ini, dia sedikit berbeda dari biasanya. Mungkin karena hujan dan membuat suasana hatinya menjadi berubah sedikit. Karma kemudian tersenyum, "Rejeki udah ada yang ngatur, Gaaa"

Arga pun mengangguk.

"Kamu bikin teh kek, apa kek, biar tenang dikit ya" ujar Karma.

"Iya, Mas" jawab Arga. Dia pun langsung menuju tempat masak untuk membuat teh.

Kedai itu hanya berukuran 6x6 saja, di lantai atas ada tempat kecil seperti kamar untuk beristirahat.

Di Kedai itu Karma menyajikan berbagai macam makanan sampai minuman murah. Seperti warung kopi. Karma juga menjual bubur kacang hijau, sekoteng, bahkan rokok batangan.

"Kamu gak enak badan?" tanya Karma pada Arga.

Arga menjatuhkan wajahnya, menggeleng.

"Kalo sakit bilang aja loh ya. Daripada nanti tambah parah" ujar Karma.

"Aku gak sakit, Mas" jawab Arga.

"Oke"

Hingga langkah kaki dari dua orang yang sepertinya pasangan muda, datang memasuki ruang kedai tersebut.

"Selamat Malam, Mas, Mbak. Ingin pesan apa?" tanya Karma.

Lelaki itu turut membalas sapaan Karma dengan anggukan segan, tapi tidak dengan sang wanita yang hanya sibuk membersihkan baju dan rambutnya yang basah.

"Yakin banget makan disini?" tanya perempuan yang bernama Anita tersebut.

Dan kekasihnya yang ramah tadi bernama Baron, turut menjawab, "Ini tempat yang deket. Udah lah, Yang. Diluar ujan, kamu udah sakit nanti tambah sakit, lagi"

"Aku gak bakalan sakit kalo bukan karena kamu, tau gak!" cetus Anita.

Baron melirik lagi ke arah Karma, lalu  Karma turut memberikan senyuman pada Baron. Begitupun Baron turut membalas senyuman itu.

"Cepet deh, pesenin makanan!" tukas Anita. "Tempat apaan coba kayak gini, menunya aja gak ada"

"Iya, Sayang. Maaf ya. Aku kesana sebentar. Kamu tunggu sini. Kamu mau makan apa?"

"Apaan aja! Kalo perlu campurin sianida, biar mati sekalian gue!" tukas Anita pada Baron.

Baron, si penyabar turut mengelus-elus bahu Anita, namun Anita melepasnya risih. Kemudian Baron pun berjalan menuju meja barista. Disana dia dapat melihat Arga yang tengah duduk meminum teh panas. "Hai, Mas" sapa Baron pada Karma.

"Iya, Mas. Mau pesan apa?" tanya Karma.

"Mmm... ada... nutrisari hangat, Mas?"

"Ada"

"Itu dua ya"

"Baik, Mas. Ada lagi?"

"Ada bakso?"

"Ada kok, Mas"

"Dua juga ya, Mas. Baksonya aja"

"Baik, Mas. Saya buatkan dulu ya, Masnya duduk aja dulu disana"

"Makasih ya, Mas"

Kedai Karma (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang