Hari 2

1.9K 241 19
                                    

Hari pertama di mana Sakura harus bekerja di rumah sakit Sunagakure. Ia diantar oleh beberapa ninja penjaga suruhan Gaara. Padahal ia sudah berkali-kali mengatakan tidak perlu sampai melakukan itu. Namun Gaara memaksa, membuat Sakura mau tak mau menurutinya karena saat ini ia sedang berada di desa orang.

"Sakura-san, setelah melakukan pengecekan rutin biasanya anda melakukan apa?" tanya salah satu ninja medis di sana, Yuura.

Sakura memegang dagunya, "hmm... kembali ke kantor dan memeriksa berkas-berkas?"

Ekspresi Yuura yang menganga membuat Sakura sedikit terkekeh. Gadis itu sangat lucu.

"Apa anda tidak kelelahan? Anda sangat sibuk sekali, Sakura-san."

"Kalau kelelahan itu hal yang pasti. Tapi kalau kau melakukannya dengan segenap hati dan mengingat tujuan utamamu di sini untuk apa, seiring waktu berjalan kau akan melupakan itu," jelas Sakura sambil tersenyum.

Kedua mata Yuura nampak berbinar. Berdecak kagum setelah mendengar kata-kata yang dilontarkan Sakura. Inner Sakura mengatakan, "kau gadis yang besar mulut sekali Sakura, shannaro>○<!"

"Ah, Sakura-san, aku harus permisi. Masih ada beberapa pasien yang harus kuperiksa, jaa ne!" ucap Yuura, ia membungkukkan badannya sekilas lalu melenggang pergi.

Sakura langsung merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku sejak pagi. Ia tidak menyangka jika pasien di Sunagakure lebih banyak daripada di desanya sendiri. Terlebih mungkin karena sedang ada wabah.

Sembari berjalan menyusuri koridor rumah sakit, Sakura beberapa kali mencuri pandang ke tiap jendela pintu kamar pasien. Lalu, matanya tiba-tiba tersorot oleh salah satu ruangan yang terlihat sepi. Ia pun mendekat ke ruangan tersebut.

Kreeek...

Sakura membuka pintu lalu menyembulkan kepalanya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya ia masuk ke sana. Matanya terbelalak ketika menemukan sebuah boneka beruang berwarna coklat di atas ranjang pasien.

Ruangan ini terasa berbeda, baik penataan maupun hawa yang dirasakan. Antara menenangkan sekaligus menimbulkan rasa cemas.

"Kau sendirian di sini ya, Boneka-chan?" Sakura berbicara sendiri pada boneka tersebut.

Karena berpikir itu adalah milik pasien yang sebelumnya diam di ruangan itu, ia pun memutuskan untuk membawanya. Setidaknya boneka itu akan aman jika ia menyimpannya. Dan bisa diberi ketika sang pemilik menanyai di mana bonekanya.

Setelah seharian Sakura di rumah sakit, ia pun kembali ke tempat istirahatnya. Sebuah bangunan sederhana yang nyaman. Jika keluar jendela, pemandangan malam desa itu terlihat sangat cantik dan indah.

Tok, tok, tok!

Sakura membuka pintu. Lalu tampak sosok Temari, "Gaara ingin kita makan malam bersama."

"Eh, kenapa?"

"Kau bertanya kenapa padaku? Aku saja tidak tahu. Biasanya dia selalu memilih diam di kantornya daripada ke rumah untuk sekadar makan dan tidur yang katanya bisa dilakukan di tempat kerjanya."

Sakura terkekeh, "baiklah. Tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian."

Tak lama kemudian, Sakura pun keluar dari kamar. Di perjalanan, Temari selalu berdecak sebal sekaligus kagum karena ia merasa tersaingi dengan paras cantik yang dimiliki Sakura.

"Jika kau adalah warga asli, mungkin kau akan menjadi primadonanya Sunagakure," ujar Temari ketika mereka tiba di depan pintu kediaman keluarga Gaara.

"Kau terlalu berlebihan, Temari-san," ucap Sakura yang sebenarnya senang namun ia harus tetap menjaga image di depan ninja terbaik desa pasir ini.

Mereka pun masuk ke dalam. Di sana sudah ada Kankurou dan tentunya Gaara yang langsung berdiri ketika melihat Sakura yang berjalan menghampirinya.

"Selamat datang, Sakura," ucap Kankurou sambil membungkukkan badannya sekilas, dibalas hal serupa oleh Sakura.

"Sakura, duduklah. Jangan kaku, anggap saja seperti di tempatmu sendiri," jelas Temari sambil duduk di sebelah Kankurou.

Gaara menarik kursi di sebelahnya, mempersilakan Sakura untuk duduk di sana. Temari dan Kankurou yang melihatnya langsung mengalihkan pandangan, berpura-pura tidak melihat.

"Jika kau tidak suka makanannya, kau bisa bilang padaku dan minta yang lain," tutur Gaara yang sudah kembali duduk di kursinya.

Sakura pun duduk, "ah, tidak. Kupikir mencoba makanan Sunagakure tidak ada salahnya," ia tersenyum sampai kedua matanya menyipit.

Setelah percakapan singkat, mereka memulai makan. Hanya ada suara piring dan sendok-garpu yang saling beradu, mengisi heningnya ruangan itu. Sakura benar-benar tidak suka suasana yang canggung.

"Sakura..." lirih Gaara di sela-sela makannya, "jika kau tidak betah di tempat tinggalmu yang sekarang, kau bisa tinggal di sini."

Temari yang mendengarnya langsung menelan makanan, "ya, kau boleh tinggal di sini, Sakura. Kau bukan orang asing bagi kami."

"Tapi jangan biarkan Kankurou mengusikmu dengan boneka-boneka miliknya ya," sambung Temari sambil menyikut Kankurou, membuat pria itu berdecak sebal.

"Ah, tidak. Aku merasa nyaman saja tinggal di tempat itu," jawab Sakura dengan senyum ramahnya.

Sakura jadi teringat boneka yang baru ia temukan di rumah sakit tadi. Ia baru ingat jika ada yang robek di bagian boneka itu.

Setelah selesai makan, Sakura meminta izin untuk langsung pulang. Dan tentu saja Gaara memaksa untuk mengantarnya dengan dalih sekalian kembali ke kantor Kazekage.

"Terima kasih banyak, Gaara-san," ucap Sakura ketika mereka sudah sampai di kediaman Sakura, "jika kau butuh sesuatu, kau boleh katakan padaku."

Gaara hanya membalas dengan tatapan dinginnya. Tapi Sakura memakluminya karena pria itu memang seperti itu.

7 Days with GaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang