Sepulang dari rumah sakit, Sakura langsung pergi ke kantor Kazekage. Yuura bilang kalau Kankurou menyuruh Sakura untuk mendatangi Gaara. Entah ada apa pria itu tiba-tiba menyuruhnya ke sana.
Sakura pun mengetuk pintu tersebut lalu masuk setelah mendapat sahutan, "selamat siang, Kazekage-sama," ucap Sakura sambil membungkuk sekilas.
Gaara yang semula duduk memunggunginya pun berbalik. Menatap manik emerald Sakura dengan tatapan dinginnya.
"Kudengar seseorang mendatangimu kemarin," celetuk Gaara. Sakura yang mendengarnya langsung gelagapan.
"Ya, Kazekage-sama."
Gaara tidak beranjak dari kursinya. Tatapannya masih sama, "karena aku pemimpin di sini, bukankah sudah sewajarnya aku tahu siapa orang baru yang mendatangimu itu?"
Sakura menatap Gaara dengan muka cengo. Ia bisa saja mengatakan kalau Sasuke yang mendatanginya kemarin, namun ia sedikit takut semisal akan terjadi apa-apa jika orang-orang Sunagakure terutama Gaara mengetahuinya.
Perlahan langkah Gaara terdengar nyaring di telinga Sakura, membuat jantungnya entah mengapa jadi terasa berdebar sangat cepat.
"Apa kau tidak mau mengatakannya padaku..." ucapan Gaara tercekat, "Sakura?"
Sakura menatap Gaara yang sudah berada sangat dekat di depannya. Hal konyol karena seluruh tubuhnya kini terasa berdenyut.
"T- tidak, Kazegake-sama-" ucapan Sakura terhenti ketika ia membungkuk tapi kepalanya malah menabrak dada bidang pria berambut merah di depannya itu.
"Oh, jadi kau tidak mau memberitahu padaku?"
Sakura terkejut dengan respon lawan bicaranya karena ucapannya sendiri. Ia langsung menjauh dari Gaara, "m- maafkan aku. Tapi bukan itu yang kumaksud, Kazekage-sama."
"Kau memanggilku seperti itu lagi?" Suara dingin Gaara terasa menusuk di telinga Sakura. Mungkin laki-laki itu akan cocok jika tinggal di Yukigakure.
"Maaf, Gaara-san."
Gaara menghela napasnya gusar sambil kembali duduk di kursinya dengan kaki yang menyilang. Ia menopang wajahnya di tangan kanannya. Kedua matanya menatap ke arah Sakura.
"Jadi?"
Sakura menaikkan kedua alisnya, bingung. Namun tak lama ia pun mengerti karena melihat Gaara yang terus menatapnya, "Sasuke-kun."
Kursi Gaara langsung berputar menghadap jendela, "kenapa bisa ada Uchiha di desaku?"
"Kupikir aku tidak boleh begitu terus terang memberitahukan padamu mengapa Sasuke-kun ada di sini, Gaara-san."
"Kenapa?" tanya Gaara sambil berbalik dan menatap Sakura lagi.
"Entahlah, aku hanya merasa tidak perlu mengatakannya padamu. Maafkan aku," jawab Sakura sambil membungkukkan badannya lagi sekilas.
"Apa kau tidak bisa bersikap tidak formal dan biasa saja padaku, Sakura?"
Sakura tersenyum canggung. Tangannya refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf, aku sedikit gugup."
[tadinya aku mau bikin teks Gaara naikkin sebelah alisnya, tapi langsung keinget kalo dia ga punya alis maafkan aku tuan Kazekage Yang Terhormat 😭]
"Gugup kenapa?"
Sakura cengengesan, "aku hanya mengira kalau kau mungkin akan memarahiku atau mengusirku dari sini."
"Aku tidak mungkin melakukan itu pada wanita yang kelak akan menjadi warga desaku sendiri."
Cukup lama Sakura mencerna ucapan Gaara. Namun ia tetap saja tidak mengerti, "aku tidak paham ucapanmu, Gaara-san."
"Lupakan."
"Ah, b- baik."
Keheningan melanda sejenak. Entah apa lagi yang harus dibicarakan. Gaara yang mati topik dan Sakura yang menunggu pria berambut merah itu mengangkat suaranya.
"Ingin pergi bersama?" tanya Gaara, karena bingung harus apa lagi Sakura pun menyetujui ajakannya.
Mereka pergi ke sebuah toko tanaman. Awalnya Sakura sedikit bingung, namun ia tetap mengikuti Gaara. Mereka pun masuk ke dalam toko itu.
Sakura melihat senyuman dari wajah Gaara ketika pria itu memandangi kaktus-kaktus yang tersusun dengan rapi di rak tanaman. Ia pun mendekatinya, senyuman itu menular padanya.
"Kau suka kaktus?"
"Ya."
Tak lama kemudian, Gaara membawa dua pot kaktus berukuran sedang pada pemilik toko. Ia membelinya. Gaara pergi tiba-tiba, membuat Sakura berlari mengejarnya yang sudah menjauh.
"Gaara-san, kenapa kau malah meninggalkanku?" tanya Sakura dengan napasnya yang tidak stabil.
"Aku tidak meninggalkanmu."
"Kau pergi begitu saja dan melupakanku!"
"Tapi kau mengejarku."
Mereka berhenti sejenak di sebuah taman kota. Sebenarnya sedikit ragu jika harus menyebut tempat itu taman, mengingat desa ini penuh dengan pasir. Ah, mungkin nama gurun pasir kecil lebih cocok.
Gaara pun duduk di bebatuan panjang yang sepertinya difungsikan sebagai kursi. Lalu Sakura ikut duduk di sebelahnya. Gaara meletakkan kedua tanaman itu di sebelah kanannya. Tidak ingin membuat jarak dengan Sakura yang ada di sebelah kirinya.
Dugh!
"Huaaaa..." jerit tangis anak laki-laki kecil yang terjatuh di depan mereka membuat mereka kepanikan. Kaki mereka refleks menghampiri anak tersebut.
Anak itu mendongak, menatap Gaara dengan matanya yang sudah bengkak, "K- Kazekage-sama..."
Gaara langsung meraih tangan anak tersebut. Ia menggendongnya dan mendudukinya di tempat ia duduk tadi, "Sakura, kau pasti tahu apa yang akan aku katakan."
Sakura mengangguk. Ia langsung mengalirkan chakra hijaunya ke luka di lutut anak tersebut. Anak itu terlihat takjub meskipun masih sesenggukan.
"Nah, sudah selesai," ujar Sakura sambil tersenyum, ia lalu menepuk pucuk kepala anak itu, "lain kali hati-hati ya. Jika ini terjadi lagi, belum tentu akan ada yang menolongmu."
Anak itu mengangguk. Sakura terkejut ketika anak itu langsung memeluknya, "terima kasih banyak. Ibu negara memang yang terbaik!" ucapnya lalu melepas pelukannya, melempar senyum lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days with Gaara
Fanfiction━━━━━━ 𝐀𝐍𝐈𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂 © 31/05/2021 haarunorin !¡ disclaimers ¡! Naruto © Masashi Kishimoto Inspired by anime: Naruto Shippuden and other writers