11 - Can You?

188 24 12
                                    



Happy New Year, semuanya🥺 kalian apa kabar? Aku kangen😭

Maaf karena baru update lagi, ya? I'm so sorry..🥺

🥀🥀🥀



"Semuanya baik-baik saja, Bi?"

Bibi Hyeji mengangguk tersenyum sambil memberikan tas Hyeji pada Taehyung, "Semua baik-baik saja, Taehyung. Hyeji tidak mual seharian ini dia bahkan makan banyak siang tadi."

Taehyung menghela napas lega setelah mendengar kalimat itu selesai, "Ah begitu, terima kasih, Bi.."

"Astaga untuk apa berterima kasih, Hyeji juga keponakanku. Hati-hati dijalan, ya."

Keduanya berpamitan pada Paman dan Bibi Hyeji lalu kembali ke mansion. Selama diperjalanan, Hyeji banyak diam membuat Taehyung sesekali melirik kearahnya.

Sampai di mansion, Hyeji mendahului Taehyung berjalan ke kamar, untuk membersihkan dirinya lalu bersandar di tempat tidur sejenak. Selama Hyeji sibuk membersihkan diri, Taehyung duduk di sofa kamar sambil mengecek beberapa email pesan pekerjaan yang harus dia urus esok hari. Setelah Hyeji selesai, Taehyung menutup laptopnya dan mendekati tempat tidur.

"Tunggu, aku ingin bicara padamu," Taehyung menahan Hyeji yang akan berbaring membelakanginya.

Hyeji menghela napas pelan dan mempertahankan posisinya, bersandar di headboard, menunggu Taehyung bicara.

"Apa bisa kuminta padamu untuk percaya padaku?"

Tidak ada jawaban.

Taehyung belum menyerah, "Percaya padaku, Hyeji.. Semua yang aku lakukan ini tidak akan membahayakanmu apalagi anak kita, aku tidak akan mengorbankan salah satu dari kalian, atau keduanya.. Bisakah?"

Merasa terus diacuhkan, Taehyung mengambil kedua tangan Hyeji untuk digenggam, begitu kecil terbungkus di dalam genggaman tangan Taehyung, "Dengarkan aku, yang berada di dalam dirimu adalah anakku, kau juga istriku, tidak akan aku mengorbankan kalian berdua. Percaya padaku, Hyeji."

Taehyung mengulurkan tangannya untuk mengangkat wajah Hyeji pelan agar menghadapnya. Selama beberapa detik tatapan mereka bertemu dengan sorot tidak terbaca. Akhirnya Hyeji menghela napas kembali sambil memutus kontak mata mereka.

"Kau berjanji akan memberitahu semuanya padaku satu saat nanti?"

"Aku janji. Tolong bersabar dan turuti aku ya?"

"Iya." Setelah itu Hyeji melepas genggaman mereka dan berbaring membelakangi Taehyung.

Taehyung membersihkan dirinya kemudian menyusul Hyeji ke alam mimpi.

🥀🥀🥀

"Jangan lupa makan siang, ya? Aku sudah meminta maid untuk mengingatkanmu minum vitamin, aku berangkat dulu."

Hyeji mengangguk, meskipun Hyeji sudah setuju dengan perjanjian mereka Hyeji masih malas bicara dengan Taehyung.

Taehyung mencium kepala Hyeji kemudian mengusap perutnya, lalu pria itu berangkat untuk bekerja.

Hyeji tidak diam, dia masih akan berusaha mencari tahu yang sebenarnya terjadi.

'Hey, Hyeji.'

"Hey, Jimin. Taehyung sudah berangkat."

'Baiklah, tapi informasi yang aku berikan padamu tidak akan cuma-cuma, kau harus membayarku, simbiosis mutualisme, bagaimana?'

Hyeji menghela napas, "Kau mau uang?"

'Tidak, uangku sudah banyak, aku hanya ingin sebuah chip berwarna ungu yang Taehyung punya, kau memberiku chip ungu itu dan akan aku beberkan semuanya.'

Terdengar tawa dari Jimin, Hyeji mengernyit bingung, "Chip? Ungu? Apa isinya?"

'Hm.. isinya sangat penting, jika aku memilikinya aku bisa menghancurkan Taehyung. Mutualisme bukan? Setelah kau mendengar semuanya juga kau pasti akan setuju denganku.'

Menghancurkan Taehyung? Dengan sebuah chip?

'Kau bisa memikirkannya lebih dulu, hubungi aku jika kau sudah mendapatakan chipnya.'

Hyeji berdehem, "Baiklah. Kututup dulu."

Tangannya mengusap perutnya sendiri, Hyeji bingung, dia kebingungan. Hyeji harus percaya pada siapa? Taehyung atau Jimin? Mereka sama-sama membuat Hyeji ragu, mereka berdua sulit dipercaya, salah melangkah sekali saja Hyeji bisa kehilangan segalanya.

"Aku harus apa.."

Taehyung─ suaminya, Jimin─ orang asing yang baru ia kenal.

Bagaimana jika Jimin benar?

Tapi bagaimana jika Jimin hanya memanfaatkan Hyeji? Untuk menghancurkan Taehyung?

Apa Hyeji menunggu saja? Hingga Taehyung mengatakan semuanya? Tapi bagaimana jika semuanya terlambat?

Ya Tuhan, memikirkannya membuat Hyeji mual.

🥀🥀🥀

Malam ini Hyeji mendadak ingin makan chocolate cake, ia mengidam kue coklat. Padahal matanya sudah sedikit mengantuk tapi malah terbayang kue coklat.

Tapi Hyeji bingung bagaimana cara mengatakannya pada Taehyung.

"Aku beli sendiri saja."

Hyeji beranjak dari tempat tidurnya dan hendak keluar, namun itu mengundang atensi Taehyung, "Mau kemana?"

"Keluar. Sebentar."

Taehyung mengernyit, "Kemana?"

Hyeji berdecak, "Aku mau kue. Aku mau beli kue."

Tatapan Taehyung melunak kemudian mendekati istrinya, "Kau mau kue? Kenapa tidak bilang saja? Aku bisa belikan. Kue apa yang kau mau?"

"Chocolate cake."

"Akan aku belikan, tunggu disini sebentar ya? Biar aku saja yang pergi." Taehyung mencium kepala Hyeji kemudian mengambil dompetnya dan memakai coat untuk bersiap keluar, "Ada lagi yang kau inginkan?"

"Ice. Ice vanila." Cicit Hyeji.

Taehyung mengangguk, "Tunggu disini sebentar, aku akan segera kembali."

Pada akhirnya Hyeji kembali ke tempat tidur, menunggu Taehyung kembali. Hyeji mengusap perutnya, "Mommy harus bagaimana, ya? Mommy harus percaya pada siapa.."

Taehyung yakin dia pergi kurang dari 20 menit, tapi saat kembali istrinya malah sudah tidur, atau mungkin ketiduran karena tab untuknya bermain game masih ditangannya. Chocolate cake dan ice vanila akhirnya masuk ke kulkas untuk Hyeji besok.

"Cepat sekali tidurnya.." ucap Taehyung seraya membereskan tab milik Hyeji, Taehyung juga tidak lupa merapihkan posisi tidur Hyeji agar tubuh istrinya itu tidak sakit.

Sejenak Taehyung memandangi wajah Hyeji, "Maafkan aku, Hyeji. Maafkan aku untuk segala rasa sakitmu, maafkan aku.."










🥀🥀🥀

Pendek dulu ya, pemanasan🥺

Update lagi kapan? as soon as possible ya😽 see ya in the next chapter😼

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Victory • KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang