Because, I Know

1.4K 120 9
                                    

GaaHina.
Masih lanjutan yang kemarin....






Gaara terbangun ketika telinganya mendengar suara-suara berisik yang berasal dari arah dapur apartementnya. Ia pun terpaksa membuka kedua bola mata hijaunya, terduduk dengan malas sambil mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Melirik jam di atas nakas, yang menunjukan pukul enam lewat seperempat, tanpa menunda lagi Gaara segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ha! Rutinitas di pagi hari sebagai seorang pelajar tahun terakhir memang hal yang membosankan.

Pemuda itu keluar dari kamarnya dengan keadaan tubuh jauh lebih segar, ia tersenyum tipis ketika melihat seorang wanita yang masih sibuk berkutat dengan masakannya.

"Pagi, Hinata."

Sapanya sambil melingkarkan kedua tangan memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Bibirnya mengecup sisi leher Hinata membuat si wanita dengan sengaja mendorong kepala merahnya untuk menjauh.

"Sarapan dulu Gaara-kun."
Titahnya yang ditanggapi malas oleh pemuda itu, namun selang berapa detik ia pun menurut dan membiarkan dirinya duduk di kursi meja makan.

Hinata melepas apronnya dan segera ikut bergabung dengan pemuda itu di meja makan.

Gaara memang tinggal seorang diri di sebuah apartement yang tidak jauh dari sekolahnya, semenjak hubungan keduanya yang telah resmi beberapa bulan lalu, Hinata memutuskan untuk sesering mungkin mengunjungi pemuda itu hanya untuk memasak makanan untuk Gaara. Kadang di pagi hari atau sore sehabis pulang mengajar.

Pemuda itu tidak masalah, malah terkesan kegirangan. Tak jarang pula ia memaksa Hinata untuk menginap namun selalu mendapat penolakan dari wanita itu.

Hinata jelas menolak, bagaimanapun hubungan mereka masih lah guru dan murid. Apa kata orang jika mereka tahu keduanya menjalin hubungan bahkan tinggal bersama.

Gaara mungkin akan bersikap cuek, namun tidak dengan Hinata yang jauh lebih perasa dan tidak enakan.

Hinata memakan sarapannya sambil membaca ulang soal-soal ulangan harian yang akan diadakan hari ini.
Kacamata berframe hitam masih setia membingkai di kedua mata indahnya. Gaara senantiasa memerhatikan Hinata, walau wanita itu memakai pakaian formalnya namun tidak dapat merubah wajah wanita itu yang masih cocok menjadi anak sekolahan. Hinata seolah gadis SMA yang memakai pakian orang kantoran.

Ia membereskan berkas-berkasnya lalu menenggak segelas jus jeruk kesukaannya dengan cepat, matanya menatap pemuda yang masih memakan sarapannya dengan tenang.

Gaara dengan seragam khas sekolah menengah atasnya, begitu muda dan bersinar. Hinata termenung, pikirannya melayang jauh memikirkan jarak usia antar dirinya dan pemuda itu. Dalam benaknya ia bertanya-tanya apakah mereka pantas untuk bersanding? Dilihat dari sudut manapun ia terlalu tua untuk Gaara. lalu kenapa? Kenapa ia masih bersikukuh menerima ajakan pemuda itu untuk menjalin hubungan.

Gaara masihl ah sangat muda, bisa saja cintanya pada Hinata hanya sekedar cinta monyet belaka. Dan setelah pemuda itu menemukan yang lebih menarik dari Hinata, pasti wanita itu ditinggalkannya.

"Ada apa?"
Tanya Gaara dengan tatapan tajamnya.

Hinata yang kepergok tengah melamun itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ia balik menatap pemuda itu, dan sekali lagi memperhatikan wajah tampannya dengan seksama.

"Gaara." Panggilnya dengan ragu, pemuda itu mengernyitkan dahinya bingung mendapati perilaku Hinata yang tidak biasa.

Pemuda itu pun beranjak dan berjalan menuju tempat Hinata, ia jongkok di hadapan wanita itu sambil menggengam tangan Hinata. "Kau kenapa? Memikirkan sesuatu?" Tanyanya khawatir.

Fanfiksi Hinata (Hinata Centric)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang