Awas banyak typo bertebaran.
Suna bergegas menuju markas. Walaupun keadaan tubuh dan mentalnya sangat tidak baik-baik saja, prioritas utama Suna sekarang adalah teman-temannya.
Mayat Gin sementara Suna tinggal di tepi jalan tersebut. Suna terpaksa melakukannya. Jika saja ia bisa, pasti Suna sekarang sedang bersama mayat Gin. Tapi Suna tak bisa.
Suna ngebut dengan motor yang entah punya siapa ia ambil. Ia terus-terusan bergumam 'Cepat, cepat, cepat, ayo cepat.'
Beberapa menit berlalu, dirinya sudah sampai di markas.
Keadaan markas sangat berantakan. Puing-puing bangunan banyak bertebaran dimana-mana, mayat rekan sekaligus musuhnya sudah tersaji di depan matanya.
Sepertinya markasnya di bom, pikirnya.
Suna masuk untuk mencari teman-temannya. Debu-debu dan bau anyir darah memasuki indra penciumannya, refleks Suna menutup hidungnya.
"Oi Atsumu! Osamu!" Teriak Suna.
Serasa tidak ada yang menjawabnya, Suna berteriak lagi. "Atsumu! Osamu! Jawab aku!"
Dorr
Terdengar bunyi tembakan di ujung sana, sepertinya itu sinyal dari si kembar. Suna segera berlari menuju sumber suara.
Matanya melihat Atsumu yang setengah badannya tertimpa beton. Ia yang melihat Atsumu meringis kesakitan segera menghampirinya.
"Hei, akan aku bantu mengeluarkan mu."
Tangannya dengan susah payah menyingkirkan beton yang menimpa Atsumu. Setelah berhasil menyingkirkan betonnya, Suna membaringkan Atsumu di tepi.
"Dimana yang sakit?" Tanya Suna dengan suara parau.
"Tangan ku...rasanya mati rasa." Seru Atsumu dengan suara rendah, menahan sakit.
"Baiklah, bertahanlah sebentar lagi. Dimana saudara mu?"
"Eugh sepertinya tak jauh dari lokasi ku berada tadi." Jawab Atsumu sesekali meringis.
Suna segera mencari Osamu, dirinya mencari ke sana dan ke mari dengan tertatih-tatih.
Matanya menangkap tangan seeorang. Di punggung tangannya terdapat tato rubah. Itu Osamu!
Segera Suna menyingkirkan beton yang menimpa Osamu. Saking beratnya, jari tangan Suna sampai berdarah-darah.
Akhirnya Suna berhasil menyingkirkan betonnya. Suna segera menepuk-nepuk pipi Osamu, tapi tak ada reaksi.
Suna dengan segera menaruh kupingnya di atas dada kiri Osamu. "Jantungnya masih berdetak."
Tanpa pikir panjang tentang resikonya, ia segera menelpon ambulan.
ఠ_ఠ
Selagi menunggu ambulan datang, Suna terus terusan mencari rekannya.
Beberapa menit lalu Suna menemukan Akagi di antara bongkahan beton. Kondisinya tak jauh beda dengan Atsumu, hanya saja luka yang diterima Akagi lebih ringan.
Lama tenggelam dalam pikirannya, ia tak sadar sudah berada di belakang markas.
Suna sedikit mengerutkan dahi, karena dari setadi ia tidak menemukan satu pun orang yang lebih tua dua tahun darinya (maksudnya anak kelas 3).
Matanya bergulir ke kanan dan ke kiri guna mencari atensi yang di cari.
Bukannya menemukan yang di cari, malahan Suna melihat musuh bebuyutannya duduk di sebuah bangku lusuh yang berdiri di atas bongkahan beton. Dibagian kepalanya terpasang mahkota sang raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS! || Suna Rintarou
FantasyGoddess of Fortune never loved you. ! this book is only fiction, don't hate one character just bcs you reading this book ! Haikyuu ©Haruichi Furudate