2

3.4K 541 238
                                    

Awas banyak typo bertebaran.

'Hei lihat, kasihan sekali anak itu.'

'Haha iya, aku juga merasa kasihan.'

'Kapan matinya sih dia?'

'Mungkin besok.'

Bisik-bisik memenuhi organ pendengaran gadis dengan balutan jaket berwarna blue navy. Pandangan tetap lurus kedepan, tak memperdulikan bisik-bisik yang berada di dekatnya.

Sekarang ini sedang di laksanakan jam pelajaran olahraga. Banyak teman kelasnya yang meliriknya, seakan-akan berkata 'Enak sekali ya dia bisa duduk-duduk di bench, hanya karena penyakitnya yang mudah kambuh.'

Dari pintu gym, terlihat para kakak kelas hits yang sedang tebar pesona. Salah satu dari mereka berjalan menuju [name] dan berkata..

"Ayo ikut aku!"

[Name] ditarik secara paksa oleh antek-antek kakak kelas hits yang berbicara pada [name] tadi.

Para kakak kelas tadi membawa [name] ke gudang belakang sekolah yang sudah lama tak terawat. Disana memang tempat para senior menindas junior yang terlihat lemah dan cupu.

Bugh

Suara yang ditimbulkan akibat benturan keras dari badan [name] dengan tembok dibelakangnya.

"Wajah mu sangat cantik, tapi sayang aku tak bisa mempercantiknya." Seru Yachi seraya menangkup kedua pipi [name] lalu mendorongnya dengan keras sehingga kepala [name] membentur dinding dibelakangnya.

Alasan Yachi tak bisa melukai wajah [name] karena tak ingin seseorang yang dia sukai mengkhawatirkan [name] karena luka yang dibuatnya.

" Bisakah kalian tak mem- bully ku? Waktu ku hampir habis didunia ini, jadi biarkan aku menikmati hidupku sebentar." Ucap [name] dengan lemas.

Yachi hanya tersenyum manis mendengarnya, lalu memerintahkan para antek-anteknya untuk mengkeroyok [name].

"Girls bersiap menyerang."

Dengan wajah sombongnya, antek-antek Yachi mengeluarkan sabuk yang terbuat dari kulit. Kalian pasti bisa membayangkan bagaimana sakitnya jika terkena cambukan dari sabuk tersebut.

"Bersiaplah sayang." Seru Yachi sambil mengelus pipi [name].

「【︿】」

Matahari mulai tenggelam, sinar jingganya menyinari beberapa tempat yang terkena sinarnya. Burung-burung berkicau membuat sebuah melodi yang terdengar indah di telinga [name].

Kendaraan berlalu lalang di samping [name]. Saling menyauti klakson masing-masing.

Kaki melangkah terseok-seok menuju apotek yang berada di dekat sekolahnya.

"Ara [name]-chan sudah lama tak bertemu ya?" Ucap apoteker itu.

[Name] hanya tersenyum tak membalas sapaan dari wanita muda yang berprofesi menjadi apoteker itu. "Obat pereda nyeri."

"Seperti biasa ya [name]-chan, ada yang mau ditambah lagi?" Ucap [f/n] seraya menyiapkan pesanan yang [name] sebutkan tadi.

[Name] hanya menggeleng sebagai jawaban, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku roknya.

"Tak usah dibayar [name]-chan, untuk kali ini aku kasih gratis buat [name]-chan!"

Apoteker ini memang akrab dengan [name], mereka sebenarnya se-umuran, hanya saja penjaga apotek ini tak mempunyai uang untuk melanjutkan pendidikannya. Maka dari itu, dirinya memilih untuk bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya.

BOSS! || Suna RintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang