Bersih, sejuk, asri, dan nyaman. Empat kata itu tepat untuk menggambarkan suasana tempat dimana Dara, Saka dan Laura belajar selama tiga tahun. Banyak kenangan yang mereka dapat selama itu. Memang tidak semua kenangan indah, namun mengingat kenangan buruk bukanlah hal yang pantas. Cukup dijadikan pelajaran saja.
Canda, tawa, air mata─menemani segala kisah yang mereka buat di sini. Tidak hanya ilmu agama dan pengetahuan yang diperoleh, mereka pun belajar bagaimana menjaga pertemanan agar tetap berhubungan baik dan selalu utuh.
Dara bertemu Laura saat MPLS tiga tahun yang lalu. Dara menghampiri Laura yang saat itu menyendiri karena takut untuk berkenalan. Tanpa disangka, mereka masuk ke kelas yang sama─mereka pun makin dekat karena banyak berbincang. Memang hanya disatukan di kelas yang sama selama setahun, namun pertemanan mereka tetap baik dan awet sampai lulus.
Sedangkan, Dara kenal Saka karena ketidak-sengajaan. Mereka belum mengetahui nama masing-masing, tapi rasa jahil yang tinggi sudah muncul lebih dulu. Ya, Saka tiba-tiba mengejek Dara dan gadis itu pun kesal. Siapa sangka, yang awalnya Dara sangat sebal kepada Saka, kini lelaki itu menjadi salah satu sahabat terbaiknya.
>•<
"Wow, otak gue langsung nampilin segala kenangan. Aneh tapi nyata," ucap Laura begitu ia masuk ke pintu masuk utama.
"Dulu, tiap pagi pasti di sini pada ngantri buat nge-tap kartu." ucap Dara sembari melihat mesinnya. "Kartu punya gue masih ada gak ya?"
Saka memilih untuk menutup mulutnya. Mungkin ada sekilas kejadian yang teringat, sehingga ia masih merasakan emosinya.
"Ke area kelas satu, yuukk?"
"Ayo!" jawab Dara lalu menggandeng lengan Laura. Wajahnya menampilkan senyuman bahagia.
Sampailah mereka di lorong kelas satu. Dara dan Laura langsung masuk ke kelas mereka dulu-duduk di bangku favoritnya. "Jangan ada yang duduk di kursi kami!" kata Laura seolah mengulangi perkataannya dulu.
"Hahah, dipikir-pikir apa spesialnya bangku ini ya, sampe orang lain gak boleh pake,"
"Nostalgianya berdua aja nih?" ucap Saka yang akhirnya membuka suara.
"Kamu kan gak sekelas sama kita. Bentar ya, habis ini ditemenin ke kelas sebelah," jawab Dara yang sibuk mencorat-coret di papan tulis.
"Eh dulu tuh, kakak pembimbing waktu MPLS kan suka nulis username IG di papan tulis kan," ucap Saka.
"AAAKKK! Iya bener. Dulu langsung gue follow aja, siapa tau di follback sama kakel yang ganteng hahahah," balas Laura dengan heboh.
"Dah yuk, ke kelas sebelah aja."
"Udah lumayan berubah ternyata," ucap Saka sambil mengelilingi deretan meja belajar. "Kalau dulu, susunannya tuh bentuk huruf 'L'."
Dara mengernyit bingung, "Hah iya? Tiap hari begitu?"
"Nggak. Cuma tiga hari seminggu aja, biar gak bosen," jawab Saka.
"Lo biasanya duduk dimana?" tanya Laura.
Saka tampak mencari-cari dulu kursi favoritnya, "Ini nih, yang udah agak ngelupas lapisannya."
"Kursi yang lain ngelupas juga kan?" tanya Dara dengan heran.
"Tapi kursi favorit aku tuh ngelupasnya berbentuk samurai, hahahah,"
"Kelakuan lo banget deh!" geram Laura.
Mereka bertiga asik menelusuri segala ruangan sekolah dan tidak lupa sambil berceloteh apa yang pernah terjadi di ruangan itu. Sedangkan Dara seperti terlarut dalam pikirannya yang berkecamuk. Satu per satu memori terputar jelas di otaknya─bahkan ia bisa ingat kapan itu terjadi dengan rinci.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionDara dan Saka adalah teman baik sejak SMP, mereka dipersatukan kembali di SMA yang sama. Awalnya, tidak ada bumbu cinta di antara mereka, sampai akhirnya Dara menaruh hati pada sahabatnya. Memang, jalan cerita mereka tidak mulus, ada saja halangan m...