|••Happy Reading ••|
Sebelum kehilangan, seseorang tidak akan tau caranya menghargai
•
•
•
•Berdiri di atas balkon kamar aku melihat tetesan air hujan yang terus terjatuh membasahi tanah. Rintiknya menemani rasa lukaku. Derasnya menemani pilunya tangisanku.
"Wanita bodoh ini menyesal karena sudah menyia-nyiakan sesuatu yang begitu berharga."
Aku melihat ke bawah, aku melihat sekelebat bayangnya dan juga diriku sedang bermain di bawah derasnya hujan. Aku tau itu hanya ilusi, tapi aku mohon biarkan aku melihatnya lebih lama.
Pria itu adalah pria yang aku sia-siakan selama ini, namun pria itu tidak sama pernah sama sekali meninggalkanku. Pria itu selalu ada untukku saat aku butuh sebuah pelukan, dan pria itu selalu ada saat aku dibenci oleh semua orang dan juga pria itu tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan terpuruk sekalipun. Tapi, bodohnya diriku ini menyia-nyiakan pria seperti itu.
Apa kalian tau hal bodoh apa yang aku lakukan? Aku menolak cinta darinya dan aku kembali dalam pelukan kekasih lamaku dulu. Dan apa kalian tau yang membuatku terlihat seperti wanita bodoh di dunia ini? Aku membentak dirinya saat dia berkata bahwa kekasihku memiliki wanita lain. Dan aku berkata bahwa selama ini dia hanyalah tempat pelampiasanku saja. Dia pergi dari hadapanku dengan raut kecewa, dan aku tidak memperdulikannya sama sekali.
Kalian ingin menghina diriku? Silahkan saja. Kalian membenci diriku? Lakukan saja, karena aku juga membenci diriku ini.
Dua bulan kami tidak saling bertemu, dan dua bulan aku dan kekasihku menjalin. Selama dua bulan menjalani hubungan dengan kekasihku aku merasa tidak nyaman, dia terlalu banyak melarang diriku. Dia tidak bisa menerima diriku apa adanya. Aku jadi merindukan pria baik itu, pria yang selalu menerima diriku apa adanya, bukan ada apanya.
Yang membuatku sangat merasa bersalah pada pria itu adalah karena aku membentaknya, ternyata ucapannya waktu itu adalah benar, kekasihku memiliki wanita lain. Aku marah dan aku juga kecewa, dengan kekasihku. Aku pikir dia akan berubah, namun nyatanya tidak. Dia memilih wanita lain karena wanita itu lebih cantik dari diriku.
Aku menangis, dadaku sesak, aku kecewa, dan aku juga kehilangan pria baikku. Saat aku menangis dia selalu ada untuk menghibur dengan memberi sebuah lelucon yang tidak masuk akalnya itu, namun kini aku hanya menangis dalam sepi.
Aku mencari dirinya, aku ingin meminta maaf padanya. Namun dia tidak ada, seperti hilang di telan bumi. Aku tidak putus asa, aku tetap mencari dirinya, aku sangat sangat menyesal. Aku menanyai teman temannya namun tidak ada yang tau. Aku mengecek akun sosmednya, tapi nihil tidak ada yang aktif.
Aku terus mencari kabarnya dan pada akhirnya aku bertemu dengan salah satu sahabat dekatnya. Terlihat tatapan tidak suka dari sahabatnya padaku, tapi aku tidak memperdulikan itu.
"Untuk apa kau mencari dirinya lagi?" tanyanya dengan begitu jelas nada ketidaksukaan.
"Belum puas kau menyakiti hatinya terus menerus? Belum puas kau melihatnya terluka?"
Aku terdiam kaku, air mataku membasahi pipi. "Tolong beri tau aku, di mana dia berada. Aku ingin menemuinya."
"Untuk apa kau menemuinya lagi! Dia bahagia tanpa dirimu," bentak orang itu.
"Tolong, izinkan aku bertemu dirinya kali ini saja, aku mohon padamu. Ini akan jadi yang terakhir," ucapku pelan namun
Pria itu menghela napas kasar, ia mengusap kasar wajahnya. "Aku akan mengantar dirimu, dan kau harus berjanji ini akan jadi yang terakhir kau bertemu dirinya." Aku mengangguk, tidak masalah jika ini yang terakhir. Setidaknya aku sudah meminta maaf padanya.
Pria itu mengantarkanku menemuinya, tapi kenapa menuju rumah sakit? Ah, mungkin dia sedang menjenguk seseorang di sini, pikirku positif.
Kami akhirnya sampai di ruang inap. Aku segera membuka pintu dan melangkah masuk. Kakiku terasa kaku saat melihat orang yang sedang terbaring pucat di atas tempat tidur itu. Aku menoleh ke arah sahabatnya untuk meminta penjelasan.
"Apa kau tidak tau? Pria yang selama ini menemanimu dan selalu mengejar cintamu ith memiliki riwayat penyakit jantung kroner. Apa kau tau itu?!" aku tidak bisa menjawabnya, jadi selama ini pria yang selalu ada untukku memiliki penyakit yang mengancam nyawa seperti ini.
"Sudah kuduga kau tidak tau. Kau terlalu egois, kau tidak pernah sedikitpun melihat dirinya. Kau selalu menganggapnya hal yang tak penting dalam hidupmu. Namun dia menganggap dirimu adalah prioritas pertamanya."
Kata-kata yang keluar dari mulut sahabatnya bagaikan pisau, apa aku terlalu egois? Apa aku sebodoh ini tidak bisa melihat mana orang yang benar benar mencintaiku?
"Dia menyuruhku untuk memberikanmu kotak ini, awalnya aku menolak, namun dia memohon keras untuk memberikannya padamu." sahabatnya itu menyerahkan kotak kecil berwarna biru.
Saat aku ingin membuka Kotak itu, tiba tiba terdengar suara bunyi dari alat monitor yang berada di sampingnya.
Tutt ....
Garis yang ada di mesin itu berjalan lurus.
Aku dan sahabatnya panik, dia segera berlari memanggil dokter.
"Daffa! Kamu harus bertahan."
Tak lama setelah itu, dokter, suster, sahabatnya beserta orang tuanya memasuki ruangan ini.
Para suster menyuruh kami untuk keluar, namun ibunya tidak ingin meninggalkan ruangan itu. Namun karena paksaan dari suaminya, ibunya menuruti. Aku memejamkan mataku berdoa pada Tuhan agar dia selamat.Namun Tuhan berkehendak lain, dia membawa Daffaku pergi untuk selama lamanya. Ibunya berteriak histeris karena ditinggal putra semata wayangnya. Kakiku tidak bisa menopang tubuhku, aku tertunduk lemas saat dokter mengatakan kalau mereka tidak bisa menyelamatknnya.
Hari itu adalah hari yang menyakitkan untukku, aku di tinggal pergi oleh pria baik yang selalu menemani diriku. Sejak hari itu aku membenci diriku, dan sejak hari itu aku juga menyadari akan rasa yang datang terlambat.
Sepertinya langit masih ingin menurunkan derasnya hujan. Derasnya beriringi degan petir yang bergelegar. Aku berdiri di balkon kamarku tanpa menghiraukan bunyi bergelegar dari langit.
Aku menggenggam kotak biru yang Ia beri sebelumya. Aku membuka kotak itu, terlihat sebuah surat di dalamnya. Tertera jelas kalimat yang ada di depannya.
Dari: Seseorang yang pernah mengejar cintamu
Untuk: Seseorang yang aku cintai
Aku tersenyum miris melihat tulisan itu, aku kemudian membuka suratnya. Tertulis isi suratnya yang membuatku menangis sekali jadinya.
'Hai, Nara. Kalau kamu sudah baca surat ini artinya aku sudah kembali pada Tuhan. Tuhan punya rencana lain ternyata, Ra. Saat aku kenal sama kamu, aku pengen banget sembuh biar bisa jagain kamu untuk selamanya. Aku pengen banget penyakit dalam tubuh ini hilang, Ra. Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Penyakit ini mulai kambuh satu bulan lalu. Maaf ya, Ra. Aku nutupin ini semua dari kamu. Kamu jangan nangis dong bacanya, Ra! Aku gak suka liat kamu nangis. Kalau kamu masih nangis aku udahin aja nulis suratnya'
Aku terkekeh, sempatnya dia menulis candaan untuk menghibur diriku. Aku mengusap air mataku yang terus mengalir ini. Aku melanjutkan membaca surat yang ia tulis itu.
'Pasti kamu nyari akukan untuk minta maaf? Tenang aja, Ra, aku udah maafin kamu kok, jadi jangan ngerasa bersalah lagi, okey. Oh, ya. Nara terimakasih sudah membuatku mengenal cinta, dan terimakasih sudah membuatku jatuh cinta. Aku pergi dulu, Ra. Semoga kamu selalu bahagia di sana, semoga kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik lagi untuk menjadi tempat kamu pulang. Nara, jika benar reinkarnasi itu ada, aku ingin bersamamu lagi dan mengejar cintamu seperti dulu, aku ingin jadi rumah sementaramu seperti dulu. Udah dulu ya, Ra. aku pengen tidur, aku pengen istirahat. Sampai jumpa di kehidupan berikutnya, Ra. Aku mencintaimu.'
Air mata yangku coba tahan sedari tadi akhir jatuh membasahi pipi. Aku kembali menangis, sakit sangat sakit membaca surat yang Ia tinggalkan ini. Dadaku sangat sesak seperti di hujan ribuan paku. Ternyata sesakit ini ditinggal oleh orang yang kita sayang.
"Daf, andai aku bisa mengulang waktu. Aku ingin memperbaiki kesalahan dan kebodohanku dulu."
"Dan andai kehidupan kedua itu ada, aku ingin bersamamu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Their Story
Short StoryKUMPULAN CERPEN Setiap hubungan pasti memiliki akhir masing masing. Bahagia ataupun terluka sudah biasa di dalamnya. Semua orang berharap suatu hubungan berakhir bahagia, tapi bagaimana jika sebaliknya? Hubunganmu berakhir tidak sesuai maumu. Hubun...