Luka di Yogyakarta

14 10 0
                                    

Dulu aku pernah mendengar kalimat, jika jatuh cinta di Jogja, maka akan jatuh sejatuhnya, tetapi patah hati di Jogja lukanya akan abadi di tiap sudut kota.

Dan kalimat itu adalah benar.

••••

Sabtu, 11 April 2015

"Penumpang yang kami hormati, sesaat lagi kereta api akan tiba di tujuan akhir stasiun Yogyakarta, kami persilakan Anda untuk mempersiapkan diri."

Mendengar instruksi dari pramugari, aku bersiap-siap untuk turun saat kereta api sudah memasuki stasiun.

Desing roda terdengar nyaring saat kereta api melambatkan lajunya. Saat kereta sudah benar-benar berhenti dan pintunya sudah terbuka, aku melangkah ke luar, rasanya penuh debar karena ini pertama kalinya aku menjejakkan kaki ke kota favoritku-Yogyakarta.

Sambil menunggu jemputan di luar stasiun, aku merekam keindahan malam di daerah istimewa ini menggunakan indra penglihatan agar nanti menjadi memori yang paling diingat oleh kepala.

"Permisi, Mbak."

Fokusku teralihkan pada seseorang yang memanggil.

"Iya, ada apa, Mas?"

Laki-laki itu mengambil sesuatu di dalam saku celana.

"Gantungan kunci kupu-kupu ini punya, Mbak?" tanyanya.

Aku langsung melihat ke tas yang aku kenakan. Setelah aku perhatikan ternyata memang ada yang kurang.

"Eh, iya, Mas. Itu punyaku."

"Kupu-kupunya mau terbang, makanya dia lepas," ucapnya sambil menyerahkan gantungan kunciku.

Aku terkekeh. "Nakal dianya, untung ada orang baik yang nemuin, makasih, ya."

"Sama-sama, Mbak ...?"

"Faranisa Zaynah, panggilannya Nisa. Pendatang baru Yogyakarta."

Dia tersenyum. "Oh, kalau gitu selamat datang di Jogja, Mbak Nisa."

"Terima kasih, Mas ...?" Aku balik bertanya seperti yang ia lakukan tadi.

"Lingga Rajendra, masinis kereta yang Mbak Nisa tumpangi tadi. Sekali lagi selamat datang di kota istimewa, katanya jangan jatuh cinta di sini, cukup bawa luka biar Jogja yang mengobatinya."

Aku kembali terkekeh mendengar penuturan masinis kereta itu. "Sayangnya aku ke sini gak bawa luka, curiga nanti jatuh cinta."

Dia juga ikut terkekeh. "Yaudah, aku duluan, ya, Mbak."

"Iya, hati-hati."

Punggung itu berjalan menjauh, sampai tertutup dengan banyaknya manusia yang berlalu-lalang.

Masinis kereta api Yogyakarta, semesta memilihmu untuk mengembalikan gantungan kunci kupu-kupuku. Kukira ini hanya kebetulan semata, tetapi semesta sudah menyiapkan rencana besar untuk kita.

••••

Sabtu, 2 Mei 2015

Sudah dua puluh satu hari aku di Jogja, sebenarnya kedatanganku ke kota ini bukan untuk berlibur melainkan berkerja karena mendapatkan tawaran di salah satu perusahaan seni.

Malam ini aku berencana ke jalan Malioboro. Refreshing pikiran dari padatnya kesibukan.

Kata teman kantorku, Ke Jogja tanpa pergi ke Malioboro rasanya belum lengkap karena yang ada di Malioboro akan menyempurnakan keistimewaan Jogja.

Sesampainya di Malioboro, mulutku tak hentinya menganga. Benar, Malioboro adalah indah yang tidak bisa didefinisikan dengan kata.

Lampu-lampu yang menyala di setiap sudut jalan, angkringan, delman, serta ramainya pejalan kaki, Jogja benar-benar seperti ekspektasiku selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

End Of Their StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang