44

802 149 2
                                    

"Ternyata gue bukan siapa-siapa, ya?" Edgar menatap album potonya bersama Alana, juga Juki dan Cahyo. Ia menatap fotonya bersama Alana saat mereka masih SD.

Dalam foto itu gigi depan Alana ompong, gadis itu tersenyum ke arah kamera, sedang Edgar menatap kamera dengan takut-takut.

Dulu Edgar adalah anak yang pemurung, masalah pertikaian kedua orang tuanya menjadikannya tumbuh sebagai anak yang tertutup. Ia juga jarang berbicara dan cenderung penyendiri, ia juga tidak pandai bergaul. Ia sudah biasa dibully sejak TK.

Saat ada perlombaan kekompakan antara orang tua dan anak di sekolahnya, ia lebih banyak berpasangan dengan pembantu atau sopirnya. Kedua orang tuanya lebih sibuk dengan urusan masing-masing. Ia sudah terbiasa jika tak bertemu orang tuanya berhari-hari.

Saat itu hanya Alana anak yang mau berteman dengannya. Gadis itu tak menyerah mengajaknya bicara, walau Edgar lebih sering mengabaikannya. Ada saja yang diceritakannya, seolah tak pernah kehabisan cerita. Keceriaanya menular pada Edgar. Membuat hari-hari Edgar jadi berwarna-warni. Ia mulai membuka diri dan mulai bergaul dengan teman-temannya.

Edgar yang semula terganggu jadi terbiasa dengan kehadiran Alana. Ia merasa kehilangan saat Alana berhalangan ke sekolah. Bahkan pernah saat Alana opname di rumah sakit karena sakit demam berdarah, Edgar memberanikan diri menjenguknya.

Saat itu bunda Alana sangat kaget, karena ada seorang tuan muda yang menjenguk Alana dengan diantar sang sopir. Sejak saat itulah Edgar mulai dekat dengan keluarga Alana, dengan bunda dan Paul. Ayah Alana telah meninggal sejak Alana berusia dua tahun.

Alana selalu mengatakan, betapa beruntungnya Edgar karena memiliki orang tua yang lengkap, Edgar hanya tersenyum menanggapinya. Andai saja yang dikatakan Alana itu benar, pikirnya. Justru dalam hati ia merasa iri dengan Alana, ia ingin memiliki keluarga seperti Alana. Bunda seperti punya Alana. Kakak seperti punya Alana.

Ia ingin ada yang mengkhawatirkan keadaannya, merawatnya saat ia sakit. Mengambil raport untuknya ....

Ia akan merasa sangat senang jika Alana mengajaknya main ke rumahnya. Bunda, wanita baik hati itu selalu memperlakukan dirinya seperti keluarga, seperti anak sendiri. Ia merasa hangat berada diantara keluarga Alana.

Bahkan Edgar tak sungkan menemui bunda saat dirinya sedang bermusuhan dengan Alana. Baginya Alana dan bunda adalah dua lingkup yang berbeda dalam kehidupannya.

Tak jarang Edgar mengadu pada bunda jika sedang berselisih dengan Alana. Seolah bunda adalah ibunya sendiri. Tak jarang pula Alana merajuk karena bunda malah membela Edgar.

Mengingat bunda ia teringat akan janjinya. Ia tak akan meninggalkan Alana seorang diri. Ia akan menemani gadis itu melewati masa-masa sulitnya. Walau gadis itu menganggapnya bukan siapa-siapa.

Memangnya dia siapa?

Dia hanya teman Alana yang rela melakukan apapun demi Alana, yang lebih mementingkan Alana daripada pacar-pacarnya. Tak jarang ia putus dengan pacarnya karena Alana.

Banyak yang meragukan hubungan pertemanan mereka, termasuk Alexis dan Darrel. Tapi sedikitpun ia tak peduli.

Edgar segera mengambil kunci motornya, ia menyalakan motornya dengan terburu-buru. Sudah dua hari ini ia mengabaikan Alana, ia tak mengangkat teleponnya. Ia juga tak datang ke rumahnya. Bukan karena sakit hati, tapi ia hanya ingin menenangkan diri.

Saat ini Alana pasti menangis seorang diri. Gadis itu begitu rapuh, Alana hanya mengandalkan dirinya.

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang