Sesampainya di depan rumah Alana, Edgar kaget karena rumah dalam keadaan sepi. Tak seperti biasanya, pagar juga dalam keadaan terkunci.
"Lagi nyari Alana, ya?"
Tetangga depan rumah Alana yang terkenal biang gosip datang menghampirinya. Edgar menangkap ada sesuatu yang sedang terjadi.
"Setelah kamu putusin, si Alana sakit. Kemarin baru aja dibawa bundanya ke rumah sakit, sampai sekarang belum kembali. Mungkin opname. Makanya ...."
"Rumah sakit mana?" Edgar segera memotong ucapan ibu-ibu biang gosip itu.
"Rumah sakit Sehat Itu Mahal."
Edgar segera memacu motornya menuju rumah sakit yang disebutkan ibu-ibu biang gosip itu, mari kita sebut aja Bu Tejo (biar gue enak ngetiknya)
Bu Tejo mencibir kepergian Edgar yang tiba-tiba. Ia memandang punggung Edgar dari kejauhan. Menghirup wangi Edgar yang tertinggal. Maklumlah, parfum mahal.
"Wangi banget 'tuh bocah. Eh, ngomong-ngomong dia kok main pergi aja, sih. Belum terimakasih lagi, dasar!" Bu Tejo menggerutu sambil meninggalkan pelataran rumah Alana.
"Besok kudu dibahas di tukang sayur nih."
***
Edgar memarkir motornya dengan terburu-buru. Ia bahkan lupa mencabut kunci kontak motor mahalnya. Dengan berlari ia menuju ke pusat informasi, menanyakan nomor ruangan Alana.
Ia menunggu lift yang akan membawanya naik ke ruangan Alana. Karena merasa terlalu lama menunggu pintu lift terbuka, ia memutuskan menaiki tangga darurat saja.
Tak kurang sepuluh lantai telah ia daki (elah, daki lagi) ia tak menghiraukan keringatnya yang bercucuran.
Saat ia melewati lorong ruangan Alana, beberapa suster yang berpapasan dengannya tersenyum sambil berbisik-bisik. Bagaimana tidak, mereka terpesona pada Edgar yang saat itu memakai kaos pas badan berwarna hitam, kontras dengan kulitnya yang putih, belum lagi keringat yang malah membuatnya terlihat seksi, membuat mereka salah fokus.
Edgar berdiri di depan ruangan Alana, ia mengintip dari kaca pintu. Tampak bunda yang sedang menunggui Alana seorang diri. Di sampingnya terbaring Alana yang sedang tertidur pulas.
Edgar memasuki ruangan itu dengan perlahan, takut membangunkan Alana. Bunda yang sedang mengaji melihat ke arahnya.
"Kamu datang, Gar?"
Bunda menutup kitab kecil yang dipegangnya dan meletakkannya di nakas. Edgar segera menghampiri bunda dan mencium tangannya.
"Dia kenapa, Bun?"
"Biasa, magh-nya kambuh."
"Kok nggak ngabarin aku?"
"Udah, waktu itu Paul yang nelpon kamu. Katanya ponsel kamu nggak aktif." Bunda menepuk bahu Edgar seraya tersenyum teduh. Membuat Edgar semakin merasa bersalah. Saat itu ia memang menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari.
"Maafin aku, Bun ...."
"Nggak papa, Gar. Waktu itu Bunda pikir kamu sedang sibuk. Maklum lagi musim UMPTN kan, ya?"
"Keadaan dia gimana, Bun?"
"Udah baikan 'kok. Tenang aja. Dia emang bandel, udah jarang makan, sekalinya makan malah makan bakso pedes, ya gini deh."
"Bunda nungguin dia sendirian?"
"Ada Paul, kebetulan lagi tugas di sini dia, sekarang lagi ngambil obat di apotek."
Edgar menatap khawatir ke arah Alana. Gadis itu nampak sangat kurus sekarang. Ia tak menyangka masalah cinta bisa membuat seseorang rapuh seperti ini.
"Gar, Bunda mau ke kantin sebentar. Kamu tunggu dia sebentar, bisa?"
"Oh, iya, Bun. Silakan."
Bunda meninggalkan Edgar dan Alana berdua di ruangan itu. Ia memandangi tangan kurus Alana yang tertancap infus.
"Lo kenapa sih, Lan? Bego banget jadi orang! Gara-gara cowok aja bisa sampai sakit gini. Move on kek, cowok 'kan masih banyak. Dasar bucin. Kesel gue lihat lo lemah gini." Edgar mengomel seorang diri.
Tiba-tiba tangan Alana bergerak. Edgar jadi bingung harus berbuat apa. Alana kembali bergerak gelisah dalam tidurnya.
"Lan, lo mau apa?" tanya Edgar panik. Ia ingin memanggil dokter tapi Alana malah menahan tangannya.
"Mas Adrian, Mas Adrian ...."
"Lan, sadar ini gue!" Edgar kesal karena dalam tidurnya Alana masih saja bertemu Adrian.
"Mas Adrian ...."
"I-iya, gue Adrian." Edgar mengiyakan saja ucapan Alana. Gadis itu kembali tenang dan tertidur kembali.
"Gue akan bawa lo ketemu dia, Lan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
UmorismoNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.