03.Jangan Berisik

11 2 2
                                    

Tepat pukul 6 sore kami sampai di pos pertama,para lelaki saling bekerja sama untuk membangun tenda,sedangkan para perempuan memasak untuk makan malam nanti.

Tiga buah tenda berdiri tegak,bertepatan dengan hari yang kian gelap,perut yang sudah bunyi sedari tadi meminta untuk segera diisi,beruntungnya makan malam kami telah siap,kami semua makan dengan berlaukan mie instan dan tempe goreng,menu andalan saat di gunung,ahh entah memang perutku yang sudah sangat lapar atau makanan ini yang memang sangat enak,kami semua makan dengan lahap.

Setelah santap malam kami bersiap untuk istirahat,karena besok harus bangun pagi dan mulai lagi untuk berjalan,aku satu tenda dengan Arung,dan Abian,sedangkan Danu dan Jafar mereka bersama kang Nova,sisanya para perempuan di tenda satunya.Tubuh yang sangat lelah membuat kami mudah untuk terlelap.

Entah mimpi apa,Arung tiba-tiba menjatuhkan kakinya di badanku,tidak terlalu sakit tapi berhasil membuatku terkejut dan terbangun,samar aku mendengar suara orang ngobrol,sepertinya Danu dan dua lelaki itu belum tidur,aku sedikit mengintipnya dan benar saja tenda mereka masih terang.

Malam masih sangat panjang,aku harus berusaha untuk tidur,perlahan aku memejamkan mata,tapi belum sepenuhnya tidur aku dikagetkan dengan suara seperti benda besar yang jatuh di dekat sini,aku berniat untuk keluar dan mengeceknya tapi tiba-tiba angin bertiup kencang sepertinya pertanda akan hujan deras,aku mengurungkan niatku,pikirku mungkin itu hanya suara ranting yang jatuh karena tertiup angin.

Hampir dua jam aku mencoba tidur tapi otak ini seperti masih ingin bermain-main,benar saja tak berapa lama hujan turun,suara rintikannya sangat keras membuatku semakin susah tidur,aku masih berusaha memejamkan mata tapi aku kembali dikagetkan dengan bayangan diatas tenda ini karena didalam tenda tidak benar-benar gelap jadi bayangan orang diluar akan jelas terlihat,aku heran kenapa Danu atau yang lainnya keluar hujan-hujan begini,aku mencoba bangun untuk melihat keluar,sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan,di saat aku akan membuka tenda suara berat terdengar lirih dari arah kiriku "sttt...jangan berisik" mendadak bulu kudukku berdiri dan sekujur tubuhku terasa panas,nyaliku seketika menciut,aku memutuskan untuk menutup telinga dan mataku dengan jaket berharap suara itu tidak akan terdengar lagi.

Pagi ini seperti di gunung-gunung lainnya suasana dingin dan berkabut,apalagi setelah guyuran hujan tadi malam,saat aku bangun Reva dan wati sedang sibuk membuat kopi dan susu jahe ah seperti ada yang kurang dari mereka,dimana Sarah?karena heran aku lantas bertanya.

"Wat,Sarah mana belum bangun dia?"tanyaku.

"Udah tapi kayanya dia gak enak badan,coba lu cek sonoh sekalian suruh dia minum"ucapnya sambil menyodorkan segelas susu jahe.

Aku masuk ke dalam tenda dan melihat Sarah yang sedang berbaring,aku menyentuh keningnya pelan,ternyata hangat.

"Sarah bangun,nih minum dulu"ucapku membantu Sarah duduk.

"Makasih,maaf ngrepotin padahal gue gak papa cuman panas biasa"ucapnya.

"Udah lu minum dulu terus lanjut istirahat lagi,gue mau bangunin yang lain"aku berdiri dari dudukku.

Tiba-tiba tanganku dicekal oleh Sarah.

"Gra kita bakalan lanjutin pendakian kan?"tanyanya padaku.

Aku menatap wajahnya sebentar lalu"Gak,kita bakal turun siang ini"ucapku singkat.

"Kenapa?kita udah jauh-jauh kesini masa mau balik sih,jangan karna gue kaya gini kita jadi batal muncak yah!"ucapnya tegas.

Aku menghela nafas panjang."Sarah,kita gak mungkin lanjutin pendakian dengan keadaan lo yang kurang sehat,lagi pula kita bisa balik kesini lagi lain waktu kan?"

Jiwa TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang