Seperti biasanya Defan hari ini mengendarai motor sport-nya menuju Dream Tower. Selama di perjalanan, Defan sadar dirinya dibuntuti oleh seseorang. Kini motor itu berhasil mendahului motor Defan dan mencegatnya. Lelaki yang berhasil menghentikan perjalanan Defan itu, membuka helm fullface-nya dan menunjukkan wajah yang tak asing lagi bagi Defan.
"Kenapa lagi?" Tanya Defan yang sudah membuka helmnya seraya turun dari motor.
"Sekarang apa?! Lo udah bisa ikut acara ini? Udah punya temen baru lo?!" tanya laki-laki itu berjalan menantang ke arah Defan.
"Gue ga pernah punya temen lama atau temen baru." jawab Defan datar seraya meninggalkan laki-laki itu.
Namun belum saja Defan sampai di motornya, bahu Defan ditarik dari belakang hingga Defan berbalik arah menghadap laki-laki itu. Saat itu juga tonjokan melayang tepat di pipi kiri Defan yang menyebabkan sudut bibirnya terluka.
Defan sontak mencengkram kerah leher laki-laki itu dan hendak melayangkan tinjunya. Namun gerakan tangan Defan terhenti sebelum berhasil mendaratkan tinjuannya di pipi lawan. Ia hanya mengepalkan tangan geram seraya melihat wajah orang di depannya itu.
"Kalau gue tonjok lo, gue nggak ada bedanya sama lo!" Defan melepaskan kerah baju laki-laki itu hingga sedikit terdorong.
Ia meninggalkan orang itu menuju motornya. Ia tidak boleh telat dan mengecewakan timnya.***
"Defan lo kenapa? Lo habis berantem?" Tanya Freya seraya menatap Defan.
"Bro lu berantem dimanaa?!" Tanya Ditho yang tak kalah terkejut melihat wajah sahabatnya itu
"Nggak apa-apa. Biasalah masalah di jalan." Jawab Defan santai seraya duduk dan meletakkan ranselnya.
Freya pergi keluar meninggalkan meja tim beberapa menit dan kembali tepat saat pembawa acara memasuki ruangan.
"Sini luka lo!" Freya mengeluarkan obat oles dari plastik belanjanya dan meraih wajah Defan.
"Nggak usah!" Tolak Defan cepat menyingkirkan tangan Freya dari wajahnya.
"Nurut aja bisa nggak sih? Gue nggak peduli lo mau berantem, tapi jangan pas mau lomba kayak gini." Freya mulai mengolesi sudut bibir Defan yang terluka.
Defan melunak dan membiarkan Freya menyentuh wajahnya. Pandangan matanya tertuju pada wajah Freya yang amat serius mengobatinya.
"Udah selesai." Freya menutup obat olesnya dan terpaku sesaat melihat Defan yang sedang menatapnya. Freya langsung mengalihkan pandangannya secepat mungkin bersamaan dengan MC yang mulai membuka acaranya.
"Hari pertama dan kedua akan ada mentoring mengenai dunia digital untuk masa depan. Kemudian hari ketiga setiap tim akan membuat inovasi di bidang teknologi selama tiga hari berturut-turut." MC itu mulai memandu kegiatan pagi ini.
Sudah dua hari, semua peserta di sana mendapat banyak pelatihan da pengetahuan baru di bidang IT. Hari ini waktunya setiap tim menciptakan karya terbaiknya.
"Waktu kalian untuk menciptakan produk inovasi teknologi selama 72 jam dimulai dari sekarang!!" Teriak pembawa acara diiringi dengan bunyi sirine yang menandakan waktu perlombaan dimulai.
Lima puluh tim wajib menyelesaikan produk inovasi dan teknologinya selama 72 jam. Beragam inovasi dikerjakan oleh setiap tim, mulai dari teknologi di bidang pangan, obat-obatan, barang kebutuhan sehari-hari, aplikasi, hingga otomotif.
Tim Freya memiliki ide membuat robot pintar yang dapat membantu pekerjaan sehari-hari, penggunaannya dipermudah karena dapat dijalankan dengan aplikasi pada smartphone. Tentu bukan hal yang mudah untuk anak SMA yang belum pernah belajar mengenai teknologi robotic. Namun ide ini tercetus dari pemikiran Defan dan pengalamannya mengikuti lomba bersama Ditho saat SMP. Selain itu mereka didukung oleh kegiatan ekskul di sekolahnya, pantas saja jika mengingat betapa hebatnya sekolah itu dalam memfasilitasi kegiatan siswanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You
Ficțiune adolescenți"Kamu harus pikirin nyawa yang hilang, kamu nggak boleh biarin mereka bebas gitu aja." pinta Freya. "Aku nggak bisa! Mana mungkin aku harus korbanin kamu." bentak Defan. "Mengungkap kebenaran bukan berarti harus mengorbankan kebahagiaan...