11. Merasa bodoh

537 54 10
                                    

Azam melajukan mobilnya di jalanan. Menginjak rem begitu ia teringat akan apa yang ia lakukan. Azam merasa bodoh, mengapa ia pergi begitu saja padahal ia tidak melakukan apa-apa. Apa yang Naura lihat bukanlah hal yang sebenarnya. Ia dan Salsa tidak ada hubungan apa-apa. Jadi untuk apa ia melarikan diri?

"AH!"

Azam memukul setir dengan tangannya. Meraup rambutnya hingga ke belakang bersamaan dengan tubuhnya yang tersandar. Menegakkan tubuh, memutar mobilnya kembali menemui Naura.

Mobil Azam berhenti satu meter dari tempat ia memarkirkan mobil. Menatap sekeliling saat turun dari mobil. Tidak lagi menemukan Naura, Fathan dan juga Salsa disana. Bahkan mobil Fathan tidak lagi terlihat. Kemungkinan mereka sudah meninggalkan tempat itu, begitu Azam pergi.

"Azam!"

Senyum Azam tersungging saat seseorang meneriakkan namanya. Menoleh, senyum itu lalu memudar saat yang ia dapati bukanlah orang yang ia harap.

"Kenapa balik lagi?" tanya Salsa, terasa seperti sindiran bagi Azam.

Azam kembali menatap sekitar. Salsa masih berada di tempat itu, kemungkinan saja Naura dan Fathan juga masih berada di sana.

Salsa mengikuti arah pandang Azam lalu menyebut nama Azam.

"Azam," panggil Salsa.

"Oh, ya," Azam berbalik menatap Salsa, "kamu kenapa belum pulang? Fathan dan Naura, mana?" tanya Azam, kepalanya kembali sibuk menatap sekeliling.

"Mereka sudah pulang nggak lama setelah kamu pergi," jelas Salsa.

"Aah," Azam mendesah kecewa. Bahkan raut wajahnya tampak muram. "Jadi kenapa kamu masih ada disini?" tanyanya pada Salsa.

Salsa menghela nafas kecewa, namun masih menampakkan sikap manjanya.

"Aku ditinggal," adunya pada Azam.

Azam berkerut alis. "Ditinggal siapa?" tanyanya bingung.

Dari awal bertemu, Azam sudah melihat Salsa seorang diri. Jadi siapa pula yang meninggalkannya jika ia hanya sendirian saja.

"Fathan dan Naura," katanya Salsa.

Perasaan bingung sebab perkataan Salsa membuat kening Azam semakin berkerut.

"Kamu ditinggal pergi oleh Naura dan Fathan?" tanya Azam, sudut bibirnya tertarik ke atas dengan ekspresi wajah bingung.

Salsa mengangguk dengan mengapit bibirnya bersikap manja, menatap Azam dengan sorot matanya yang dibuat kecewa. Azam pun ikut mengangguk mengikuti bagaimana pergerakan Salsa lalu dengan sikap tenangnya Azam menatap Salsa.

"Nggak apa-apalah! Kamu, kan bisa naik taksi ... lagi pula kamu ke sini sendirian, kan?" tanya Azam tak ingin terpengaruh dengan aduan Salsa.

"Azam," rengek Salsa bersikap manja.

Azam hampir saja memutar bola mata jika tidak menahan diri atas sikap Salsa.

"Pulang bareng aku saja kalau begitu." Azam menawarkan tumpangan.

"Sungguh?" tanya Salsa tidak percaya.

Azam mengangguk. "Hem," gumamnya. "Masuk!" perintahnya mengedikkan dagu ke arah mobil.

Dengan senyum sumringah Salsa melangkah senang, masuk ke dalam mobil Azam. Azam pun ikut masuk ke dalam mobilnya.

Dalam perjalanan Salsa sibuk bercerita, atau lebih tepatnya berusaha menarik perhatian Azam.  Meski tidak mendapat tanggapan, Salsa tetap saja melakukan pendekatan.

PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang