20. Pengakuan

533 64 5
                                    

Sebelumnya...

"Kenapa gelisah?" tanya Fathan. Naura terdiam dibuatnya. "Kamu bukan sedang menunggu ojol, kan? Melainkan sedang menunggu Azam."

Happy Reading...
____________

Mata Naura membola mendengar pernyataan Fathan, berkerut kening juga dibuatnya. Bisakah Naura menafsirkan setiap kata yang keluar dari mulut Fathan adalah sebuah kecurigaan, atau ada makna lain dari kata tersebut.

Naura tau penyebabnya, namun tak berniat menanggapi apa lagi untuk memperpanjang masalah tersebut.

"Aku lagi buru-buru, Mas.  Permisi!"

Naura berjalan melewati Fathan, lalu berhenti saat Fathan menahan tangannya.

"Batalkan ojol nya, biar aku yang antar kamu pulang."

Naura menyingkirkan tangan Fathan. "Enggak usah, Mas. Makasih."

"Aku mau bicara sama kamu," ucap Fathan menahan langkah Naura. Naura berbalik menatap Fathan. "Sebentar ... sebentar saja. " Fathan mengulang permintaannya.

Naura menatap Fathan dalam diam. Ragu, namun tak tega juga menolak permintaan pria itu. Terlebih lagi, banyak hal yang harus Naura jelaskan pada Fathan.

"Sebentar?" tanya Naura, lebih pada memastikan.

"Aku nggak bisa jamin," Fathan memperjelas, "tapi akan ku usahakan untuk mempersingkat waktu," lanjut Fathan saat Naura menyipit curiga padanya.

Naura menghela nafas sejenak. Mengambil handphone dari saku tasnya lalu mengetikkan sebuah pesan.

"Ayo," ajak Naura setelah selesai mengirim pesan.

Dengan cepat Fathan membuka pintu mobil untuk Naura. Naura terdiam sesaat, lalu masuk tanpa mengucapkan kata terima kasih.

Sepanjang perjalan Naura terus saja diam, sesekali menatap handphone ditangannya menunggu balasan. Naura menghela nafas. Sepertinya tidak akan ada jawaban dari pesannya tersebut, Naura lantas memasukan handphone nya ke dalam tas.

"Kamu mau makan apa? Kita makan bentar, ya?"

Naura menoleh menatap Fathan yang terfokus pada jalanan.

"Aku mau naik mobil kamu karna kamu bilang mau bicara, Mas," sungut Naura.

"Iya ... kita bicarakan setelah makan ... atau kita bicarakan sambil makan ... ya?" tanya Fathan menatap Naura sekilas.

Naura menghela nafas menatap Fathan. "Kita percepat aja, Mas ... aku nggak mau terjadi masalah nantinya."

"Masalah apa?" tanya Fathan.

Naura diam.

"Bukan sekali dua kali, loh, Ra, kita jalan berdua seperti ini ... kalau memang bakalan ada masalah, kenapa harus sekarang. Kenapa bukan dari dulu?"

Naura masih diam, hanya memalingkan wajah dari Fathan.

"Ra," sapa Fathan.

Naura tetap saja diam. Fathan menghela nafas, membawa mobilnya ke pinggir jalanan lalu menghentikannya. Melihat Fathan yang menghentikan mobil, Naura lantas menatap pria itu.

"Masalah apa maksud kamu?" tanya Fathan lagi.

Naura menghela nafas. Malas untuk membahas hal itu sekarang. Namun Naura pun tak tahan dengan segala hal yang mengganjal dihatinya, membuatnya merasa sesak sendiri.

"Aku pacaran sama, Mas Azam ... bukan, lebih tepatnya, kami akan tunangan," jelas Naura. Kini perasaannya lega setelah mengungkapkan hal itu pada Fathan. Hanya menunggu bagaimana reaksi pria itu saja.

PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang