30. Kertas Tugas 📃

59 41 31
                                    

Mulut bisa saja berdusta, tapi mata dan hati tidak sanggup berdusta.
~Aulia Melati Putri~

☆☆☆☆

Assalamualaikum semuanya!!!!! Selamat pagi menjelang siang 😀
BH kembali lagi di Part ke 30 ni, wahh tambah dalam aja ya keciratanya...

Setiap hari gak bosen bilang maaf ya kalau masih banyak typonya hihihi....

Soo Happy reading zhyeng 😊

☆☆☆☆☆

"Hallo, Melati?"


Suara itu lagi? Suara yang tidak aku ingin dengar setelah insident tadi, aku ingin menjauhinya bila perlu sampai ke ujung dunia pun akan ku hindari.

"Hallo, ini bener kan nomornya Melati?"

"-'-"

"Aku tau kamu denger suara aku kan dari situ?"

"Kalo udah tau denger, terus mau apa?" Batinku, tak berani menjawabnya secara terang-terangan.

"Aku cuma mau bilang, maaf untuk yang tadi. Bianca sebenernya orangnya baik kok,"

"Baik dari mana coba!" Batinku,

"Baik dari otaknya, bicaranya, hatinya, dia baik sebenernya."

"Wah cenayang ni orang! Kok bisa tau sih dalam hati aku ngomong apa,"

"Tenang aku gak punya ilmu cenayang kok, aku cuma ngira-ngira kamu ngomong apa disana."
"Terus?"

"Gak papa sekarang kamu gak mau ngomong sama aku, tapi aku bakal pastiin Bianca gak berani lagi macem-macem sama kamu. Intinya aku nelpon cuma mau minta maaf itu aja, makasih ya udah mau dengerin. Bye Jasmine." Tuturnya mengakhiri panggilan,

Entah kenapa rasanya ingin sekali tertawa, tapi ku tahan. Nanti bunda mengira aku sudah tidak waras, walaupun memang sedikit tidak waras sudah membiarkan orang mengobrol dengan suara angin di kamar ku. Jangan tanya mengapa aku begitu berani dengan Eky ya, aku memang seperti itu, tidak takut akan siapapun termasuk Eky kakak kelas sekaligus ketua Osis di sekolahku.

****

Hampir saja aku kesiangan untuk berangkat ke sekolah. Hari ini hari terakhir MOS, kami diminta menyelesaikan tugas tanda tangan kami hari ini, namun sialnya saat aku mencari kertas itu tidak ada di dalam tas ku.

"Melati, ayo nanti telat!" Ucap bunda di teras rumah,

"Sebentar bunda, kertas ku hilang."

Argghh... Ingin sekali aku menjambak orang yang sudah mengambil kertas itu, benar-benar tidak ada di dalam tas. Isi kamar ku pun sudah aku geledah satu-satu, tapi tidak kunjung terlihat. Dengan pasrah aku berjalan keluar rumah, menuruni tiap anak tangga di teras rumah panggungku. Semoga saja ada ke ajaiban kertas itu kembali ke dalam tasku dalam ke adaan utuh, hanya itu yang ku ucap dalam hati.

"Bunda liat kertas ku gak di kamar?" Tanya ku pada bunda saat turun dari kendaraan,

"Mana bunda lihat teh, kan kamu yang ada di kamar terus."

"Ya udah aku masuk dulu ya bun, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Aku hanya memberikan anggukan mengerti pada bunda, lalu mulai memasuki gerbang sekolah dengan wajah lesu tak bersemangat.

BROKEN HOME (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang