Hujan di Bulan Juni
Ketabahan dan kesabaran sebuah kasih sayang, seperti hujan di bulan Juni, yang sesungguhnya di dalam kalender bulan Juni, terhitung sebagai bulan yang tidak akan berhujan. Seperti rasa yang selalu ada, akan tetapi tidak pernah terungkap. Bagaikan rindu, yang selalu terasa, tapi tak pernah bisa lepas rasa.
'Tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Tidak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni, dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu' (Darmono, 1989).🌧
Satu bulan lagi telah berlalu. Bulan Juni kini datang menyambut. Terik matahari yang menyinari menunjukkan bahwa musim ini akan berlangsung hangat dan tak terlupakan.
Pagi ini Arrin sendiri, menikmati secangkir English Breakfast sambil memandangi Jakarta melalui jendela apartemennya. Lalu, di mana keberadaan Tarra sampai Arrin harus menghabiskan pagi sendirian?
Tarra beberapa hari ini sibuk, entah apa, Arrin pun kurang paham karena Tarra tidak mengungkapkan hal itu dengan jelas. Yang Arrin tahu, Tarra sedang pergi mengurus beberapa berkas penting, yang Arrin juga tidak tahu untuk apa.
Kenapa Arrin tidak berusaha untuk mengetahui hal Tarra? Bukan, bukannya Arrin tidak ingin tahu mengenai hal yang sedang Tarra lakukan, tapi Arrin sendiri sudah hafal betul perangai Tarra yang tidak mau menceritakan halnya sebelum hatinya sendiri yang siap untuk bercerita, jadi lebih baik Arrin menunggu saja kan? Lagi pula beberapa hari ini Arrin juga sedang tidak enak badan, makanya teh pagi ini Arrin tambahkan sedikit madu agar tidak terasa mual.
Pikirannya memang tertuju ke sana. Dari sejak bulan lalu tidak mendapatkan tamu bulanannya, Arrin sudah memikirkan kemungkinan apa yang terjadi pada dirinya. Bahkan tamu itu tak kunjung datang hingga bulan ini. Tapi jujur, sampai sekarang pun, Arrin merasa tidak siap jika memang benar ada kehidupan lain di dalam dirinya.
"Tapi kayaknya ga bisa gini terus deh" sahut Arrin pada dirinya.
Tangannya tergerak pada perutnya lalu mengusap perlahan seolah jika salah menyentuh maka ada yang tersakiti di sana.
"Kalau ternyata benar, dia bisa kekurangan nutrisi karena ketidak tahuan, atau ketidak mau tahuanku"
Arrin berdiri dari duduknya, merasa pusing dan mualnya sudah bisa teratasi dan memilih masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Biasa, Arrin harus tampil dengan masker dan kaca mata jika akan keluar.
🌧
Arrin kini sudah di kasir Indomaret yang terletak di bawah apartemennya. Tentu saja setelah mengambil benda kotak berwarna biru dan segera memberikan benda itu pada sang kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Courier Bringing Love [Completed]
FanficVRENE LOKAL VER. Seorang kutu buku, pengarang wattpad yang telah menjelma menjadi seorang penulis hebat. Bukan hanya sekadar novel, bahkan juga film dan drama layar kaca. Arrin telah menulis naskah dari semua itu. Penggemar? Banyak! Ada yang menenge...