Perasaan itu seperti angin,
Tak terlihat
Namun dapat dirasakan_____________________________________
Matahari menyinari kota dengan kehangatannya pagi itu. Sasha dengan sepatu yang terpasang erat di kakinya, masih ragu untuk mengambil langkah ke sekolah barunya, di SMA.
Gugup, itu yang Sasha rasakan.
Hari ini, sudah ia putuskan. Ia akan mengungkapkan perasaannya, kepada laki-laki yang telah ia kagumi sejak 2 tahun lamanya.
Sasha bingung, bagaimana caranya? Apa yang terjadi jika perasaannya bertepuk sebelah tangan? Bahkan ia tidak tau apakah laki-laki yang ia kagumi mempunyai pasangan atau tidak.
Bagaimana jika semuanya gagal dan menghancurkan persahabatan mereka?
Namun haruskah ia memendamnya lebih lama lagi?
"Sasha.. kenapa sayang?"
Suara yang seketika terdengar itu menyadarkannya dari lamunan. Ibunya dengan gunting pemotong rumput di tangannya berjalan mendekati Sasha yang nampak semakin murung.
"Kenapa? Katanya ada janji sama Arga,"
Dinda mengelus lembut puncak kepala anaknya itu setelah kata-katanya selesai.
"Iya Ma, ini mau berangkat.."
Sasha memasang senyum palsunya. Ia menyalami Dinda, lalu segera melangkahkan kakinya berjalan keluar rumah. Ia yakin, dirinya telah membuat Arga menunggu terlalu lama.
Atau sebaliknya?
Sasha bisa merasakan hawa dingin sekaligus segar di pagi itu. Perlu berjalan turun dari bukit untuk sampai ke sekolah barunya. Tapi pertama-tama, mari temukan Arga.
Sasha berjalan, sesekali melihat ke kanan dan kekiri. Menelusuri objek yang ia cari.
Sasha mengeluarkan kamera dari tas kecilnya, lalu berjalan sembari mengambil beberapa gambar.
Hingga lensa kameranya mengarah ke seseorang yang sangat ia kenali, bahkan tanpa melihat wajahnya.
Ia melihat Arga berjalan tepat di depannya. Mereka berjanji akan bertemu di halte bus.
Sasha menghentikan langkahnya sejenak. Mengumpulkan semua keberanian dan energi yang ia dapatkan dari sarapan pagi ini.
Sasha berlari kearahnya dengan pandangan kosong. Lalu menahan pundak laki-laki di depannya. Dirasa, Arga membalikkan tubuhnya ke hadapan Sasha yang kini berdebar-debar.
Lalu dengan kepala tertunduk.
"Aku... Suka sama kamu!"
Lega, apa yang ingin ia sampaikan telah tersampaikan. Sasha tertunduk, melepas tangannya dari pundak Arga, lalu menggenggam erat kamera di tangannya.
"Sejak kapan?"
Dan, balasan terdengar."....SMP,"
Sasha menahan senyuman yang hampir terukir di wajahnya yang masih tersembunyi.
"Oh... Makasih, tapi.."
"Gue kayanya ga kenal lo,"
Sasha terkejut,
Lo gue?
Ga kenal?Dengan keberanian, Sasha mendongakkan kepalanya. Walau ia tidak tau, seberapa besar malu yang harus ia tanggung setelah ini.
Sasha hanya bisa cengengesan melihat reaksi laki-laki yang bukan tujuannya itu.
Sedangkan, Arga terlihat berdiri di bawah atap halte bus. Menatap Sasha dengan mulut yang menganga. Nampak seperti tak percaya dengan apa yang baru saja ia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Raja Ada Ratu
Teen Fiction[ON GOING] "Kisah tentang Matahari, hadir untuk Bulan yang kehilangan bintangnya," Dulu.. kau yang berkata, perasaan ini salah. Bahkan kau lebih memilih dirinya. Perlahan, aku tersadar dan mengikuti keinginanmu. Namun disaat aku menemukan kebahagia...