Senin pagi, adalah hari yang dibenci kebanyakan murid.Upacara bendera, itulah alasan mereka membenci Senin pagi yang indah ini.
Tapi aku menyukai upacara bendera, setidaknya itu membuatku mengingat perjuangan para pahlawan pada jaman dahulu saat memperjuangkan Merah Putih berkibar.
Oh iya, aku belum mengenalkan seseorang yang mampu membuatku kehilangan kata-kata ketika berhadapan.Ia adalah Nindia Priscanara.Panggilannya Nindi, seorang gadis ramah yang selalu terbalut oleh jilbab.
Aku tak berani menyatakan perasaanku, kupikir pasti aku akan ditolak dan juga itu akan berdampak pada tujuanku meraih cita.
Lebih baik aku fokus ke tujuan awalku.
Hari Senin, aku lalui dengan baik.Aku bergegas pulang ke rumah untuk berlatih fisik, tentu saja ditemani seorang pelatih yaitu Om Wira.Om Wira merupakan salah satu teman ayahku, dia sangat baik kepadaku.
Tempat latihan kami yaitu ditaman dekat rumah.Latihanku dimulai dengan pemanasan kemudian berlanjut ke latihan yang lainnya.
Hari sudah menjelang magrib, aku bergegas pulang menuju rumah.
"Om Wira, Raka pamit pulang dulu." pamitku kepada Om Wira.
"Iya, hati-hati dijalan."
Sesampainya dirumah, bunda sudah berdiri di depan pintu untuk menungguku.Aku segera mencium punggung tangan bunda.
"Raka, cepat mandi setelah itu sholat Maghrib," titah bunda dengan tegas tapi tetap menunjukkan kasih sayangnya.
"Siap! laksanakan!" jawabku sembari memberikan hormat kepada bunda.
***
Ibadah sudah kujalani, kini aku duduk di meja makan hanya bersama bunda.Suasana sangat hening sebelum bundaku membuka suara.
"Raka,gimana?" tanya bunda sembari sibuk dengan sendok ditangannya.
"Gimana apanya, Bun?"
"Kamu masih pengen jadi tentara?" lanjut bunda dengan pertanyaan yang lebih jelas.
"Iya, Bun.Raka masih pengen," jawabku sembari memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut.
"Tapi bunda takut.Bunda cuma punya kamu satu-satunya.Bunda masih takut jika kehilangan seseorang lagi dalam hidup bunda."
Aku menghentikan sejenak kegiatan ku menyantap makanan beralih menatap bunda yang tiba-tiba menjadi sendu.
"Bunda, percaya sama Raka.Raka janji ngga akan tinggalin bunda sendiri." janjiku pada bunda.Padahal aku tahu jika kelak aku menjadi tentara, maka itu berarti aku harus menerima resiko jika gugur dalam tugas dan pergi meninggalkan bunda untuk selamanya.
"Bunda, masih dukung Raka kan?"
"Iya, bunda akan mendukung segala cita-cita mu, nak" jawab bunda dengan senyuman yang menyejukkan hati.
"Makasih, bunda yang cantik."
Restu dari orang tua merupakan salah satu faktor keberhasilan.Maka dari itu aku harus tetap bisa menyakinkan bundaku ini.
"Ya Allah... berikan kemudahan bagi hamba dalam meraih cita-cita ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA BAGASKARA (Selesai)
Short StoryMengkisahkan perjuangan Raka Bagaskara dalam meraih cinta dan cita-cita nya sebagai prajurit. (Hanya sebatas cerpen.) © 5/7/2021