Bab 5 : White Flag

1 0 0
                                    


"Kamu bohong kan sama aku?kamu jujur aja deh, kamu bukannya nggak deket sama Rendy, kamu cuma nggak suka aku deket sama Rendy kan???" Tembak Belinda dengan murka. Wajahnya yang tadinya sepert tuan putri sekarang mirip nenek lampir. Dia terlihat seribu kali lebih menyeramkan dibanding saat dia minta tolong padaku untuk dicomblangkan dengan Rendy.

Aku sudah menduga ini bakal terjadi. Aku diculik padahal aku sudah di kelas tidak berani keluar, malah dia yang datang dan membawaku bersama teman - temannya.

Sekarang aku sudah dikepung Belinda dan dayang-dayangnya di belakang lab IPA, sedikit berharap aku bisa pulang ke rumah baik - baik saja.

" Beneran Be, aku nggak deket sama Rendy, tadi itu aku bangun kesiangan dan terlambat, karena Rendy harus bareng aku, jadi dia ikutan telat deh." Aku berusaha menjelaskan dengan jujur dan seksama. Tapi sepertinya tidak mudah. Aku berharap Belinda cukup mengerti kata – kataku.

" Kenapa kalian selalu barengan?"

" Kan udah aku bilang, karena kita tetangga dan rumah kita jauh dari kota, nggak ada yang nganter selain harus bareng sama Rendy."

" Tuh kan!, kalian berarti deket kan?" Belinda memicingkan matanya penuh keyakinan kalau tuduhannya benar. Aku menelan ludah.

" Enggak Be, ini hanya karena kita bertetangga, dan bunda akrab dengan tante Riska. Bunda nggak ngijinin aku naik motor. Hal itu hanya...yah efek keparnoan bunda yang takut aku nggak bisa sampe sekolah dengan selamat, hanya itu." Aku nyerocos tanpa jeda. "Kalau naik angkot gak bisa waktunya karena harus ganti angkot 3 kali." Aku nyengir miris. "Karena pernah nyasar ke Ketapang gara – gara salah nomor angkot." Jelasku panjang sekali. Memang kenyataannya demikian, nggak ada angkot dari Desa Tamansari ke kota Banyuwangi. Bisa naik ojek ke terminal sasak perot itupun harus ganti angkot 2 kali lagi untuk bisa sampai sekolah itupun setelah muter – muter Banyuwangi dulu. Bisa gosok kamar mandi tiap hari nanti.

" Tapi kalian ngobrol-kan dijalan?" Tanyanya lagi, stupid question. Kenapa aku berasa jadi kandidat Putri Indonesia sih banyak pertanyaan.

" Nggak, dia pake helm Valentino Rossi gitu gimana mau ngajak ngobrol?" Jawabku malas.

" Anyway, Kamu tau kan dia jarang ngobrol sama siapapun, dan kamu mungkin satu-satunya yang dia ajak ngobrol, dan kamu pasti tau banyak hal tentang dia." Tuduh Belinda. Tepat seperti apa yang Lidia katakan. Bagaimana lagi cara aku bisa menjelaskan?

"Aku adalah orang yang paling dibenci Rendy, percaya deh!" Semoga Belinda bisa melihat kejujuran di kedua mataku. " Aku juga nggak tau apa-apa tentang dia. Dia cuma hidup di dalam kamar." Ucapku jujur. Aku nggak tau apa-apa tentang Rendy, kecuali hal-hal kecil seperti dia alergi kerang, pecinta the bettles dan hal-hal kecil lainnya. Yah, itupun aku tau secara tidak sengaja.

" Terus maksudnya dia tadi apa?Ngasih topinya ke kamu?" Tanya Belinda serius, aku sebenernya juga ingin tahu alasannya. "Itu berarti dia menganggap kamu penting."

Aku menggeleng cepat.

" Aku nggak berpikir seperti itu, itu karena...karena...". Pikir len!Pikir!. "..dia nggak mau ngangkut aku kalau aku pingsan, jadi dia ngelakuin itu." Aku nyengir, percayalah be!Percayalah!. Doaku dalam hati.

"Yakin?" Tanyanya memastikan. Aku mengangguk kuat-kuat agar dia yakin. Leherkuuu...

" Awas aja ya kalau ternyata kamu deket sama dia, kamu harus mau comblangin aku sama Rendy, kalau enggak..." TUH kannnn..., dia ngeluarin gunting dari sakunya.

Aku menatap ngeri gunting yang mengintip dari saku Belinda.

"Ok..kke.." Jawabku setengah gugup lalu nyengir miris. Kalau seperti ini aku seolah wanita lemah. Hey!, aku memang wanita lemah. " Tapi percayalah, aku nggak deket sama Rendy, jadi aku nggak bisa nyomblangin kalian."

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang