Bab 6 : Broken Heart

2 0 0
                                    

Drrrtttt...

Ponselku bergetar diatas meja, membuatku terbangun dari tidur siangku yang lumayan sudah panjang. Aku membaca nama yang tertera dilayar ponsel milikku. Ernest. Eh Ernest? Pipiku otomatis mengembung begitu saja. Aku cepat-cepat mengangkatnya.

"Aku mau manggung nih, ikut nggak?" Ernest langsung saja nyerocos begitu ku mengangkatnya. 

Aku jingkrak - jingkrak tanpa suara. Yes! Yes! Yes!

"Mau...Mauu..." Aku mengangguk penuh semangat paadahal Ernest juga nggak bakal tahu aku mengangguk.

"Yaudah, aku tungguin ya, 15 menit lagi berangkat."

"Siap, siap,.." aku langsung berhambur ke kamar mandi tanpa mematikan telpon. Aku takut terlambat. Mendadak jantungku seperti mau copot sangking senangnya.

#

"Nest, kamu nggak ngajak dia kan??" Rendy melirik Ernest dingin. Ernest tertawa menoleh pada Rendy. Begitu aku datang.

"Maaf?" tanyaku tersinggung pada Rendy. Apa maksud pertanyaan keberatan yang barusan ia lontarkan? lagian buat apa juga dia ikut.

"Sorry Rend, biar rame gitu." Ernest masih tertawa renyah. "Cantik banget kamu hari ini." Puji Ernest ke arahku. 

Aku tersenyum tersipu malu, akhirnya Ernest membiarkan aku ikut tanpa harus merengek seperti biasa. Bahkan dia menelfonku. Jangan - jangan akan ada acara penembakan nanti, aku tidak bisa membayangkan kelanjutannya. 

"kamu nggak akan pake baju itu kan?". Rendy menunjuk kearah bajuku, seketika membuyarkan lamunanku.

"Kenapa? ada masalah?" aku tersenyum sinis ke arahnya, aku tahu apa yang dia pikirkan. Dia pasti sedang mencemooh pakaianku yang sudah mirip mahasiswa tajir melintir khas kampus swasta. Kemeja tanpa lengan dengan rok selutut bahan kulit dan sepatu boots setinggi mata kaki. Karena yang mengajak adalah Ernest, aku nggak mau Ernest malu di depan teman - temannya karena mengajak anak SMA sepertiku.

"Kayak tante -tante" dengus Rendy. Aku hanya menjulurkan lidahku dan mengabaikan keberatannya. Yang penting Ernest bilang aku cantik. Aku buru - buru masuk mobil sebelum Ernest berfikir ulang untuk mengajakku pergi. Rendy duduk di sebelahku dengan wajah juteknya, aku yakin dia pasti benci melihatku ada di mobil ini, tapi bodo amat. 

#

" Masuk yuk!" ajak Ernest saat baru turun dari mobil. Aku mengangguk kemudian mengamit lengan Ernest. Siapa tau di dalam aku bisa disangka pacarnya Ernest. Dan Ernest juga tidak keberatan aku memeluk lengannya. 

" Kalau ngantuk, kamu tidur aja nanti di mobil."Tuturnya lembut sembari melirik jam tangan yang menunjuk pukul 18.30 , "Kayaknya, baru mulai agak maleman." Tentu saja aku menggeleng,

" Aku kan pengen lihat kamu,...". Ucapku manja tapi jujur. "Aku nggak akan tidur, janji" aku mengacungkan jari tengah dan telunjukku membentuk huruf V. Mana mungkin aku bisa tidur di premier aku bisa menonton langsung Ernest manggung setelah bertahun-tahun ditolak

"Baiklah,..awas kalau sampe tidur". Dia mengacak rambutku pelan dan tersenyum hangat seperti biasa. "Rendy juga nanti ikut manggung loh". Tambahnya. Aku mengernyit seketika.

"Oh ya?". Aku menoleh kearah Rendy yang menatapku sinis dengan ragu. Anak ini bisa apa? Seingatku Belinda pernah bilang melihat Rendy bermain gitar, aku tetap sangsi dengan kata-kata Bebe. Pasti gara-gara Bebe suka saja pada Rendy. Jadi, meskipun Rendy gebuk-gebuk gitar juga akan dianggap level expert oleh Bebe.

"Hum..". Ernest mengangguk. Aku tidak mendebat apapun dan memilih memperhatikan lokasi Ernest manggung. Marina Beach Club and Yatch, lokasinya ada di pinggir pantai. Kota Banyuwangi memang memiliki banyak pantai, dan di dekat kota sendiri ada pantai yang banyak dibangun cafe-cafe. Mulai warung kopi, Coffee Shop dan Restaurant. Tempat ini salah satu Restaurant yang hits dan memiliki banyak pengunjung karena lokasinya yang dekat pantai dan ada Yatch juga buat yang ingin menyewa. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang