lo sama dia itu cuman sebatas teman. Enggak usah sok ngarepin hal yang belum tentu bakal kejadian. Apalagi cuman virtual. Kesannya kaya Lo yang berharap tinggi eh tiba-tiba dijatuhin gitu aja. Sakit hei!
-Dilan Bagaskara-
Lisa keluar dari mobil dan tak lupa berterima kasih kepada sopir nya. Ia terlihat tak begitu semangat setelah mendapat telepon dari Daffa.
Baginya kejadian kemarin hanya membuat nya sedih. Gadis itu sudah berusaha untuk baik-baik saja. Namun nyatanya tidak, Lisa tidak baik-baik saja.
Perjalanan nya ke kelas terhenti ketika melihat lapangan yang begitu ramai pagi ini. Tak biasanya. Apa ada acara dadakan? Mungkin saja. Karena penasaran Lisa menghampiri salah satu siswi yang juga tengah menatap ke Arah lapangan.
"Disana ada apa? Kok rame banget" tanya Lisa kepada siswi disampingnya.
"Dilan sama Kenan ribut" ujar siswi itu yang sontak membuat Lisa kaget.
Gadis itu segera berlari memecah kerumunan. Matanya memanas melihat orang terdekatnya itu terlibat dalam suatu perkelahian yang cukup parah.. "Dilan" panggilnya dengan lirih.
Dilan menghentikan tangannya untuk memukul Kenan, matanya mencari keberadaan suara yang memanggilnya tadi. Hingga matanya tertuju pada sosok gadis yang menatap dirinya takut. Dia Lisa.
Dengan segera Dilan berjalan menghampiri Lisa dan menatap mata indah itu. "jangan berpikir yang aneh-aneh okey?" Dia mencoba menggapai pergelangan tangan Lisa namun lebih dulu di tepis oleh sang gadis.
"Aku enggak pernah ngizinin kamu buat terluka kan lan? Tapi kenapa kamu enggak dengerin?"
Dilan mengusap wajahnya. "Maaf. Ada hal yang enggak bisa gua kasih tau ke Lo"
"Terlalu banyak hal yang enggak bisa aku kasih tau ke kamu"
Lisa terdiam sejenak, kata-kata itu hampir sama dengan yang Daffa ucapkan. Apa semua orang memang selalu menyembunyikan sesuatu kepadanya. Apa ia tidak berhak tau tentang hal itu?
Lisa berfikir bahwa Dilan berbeda. Ia kira cowok itu akan berterus terang kepadanya tentang hal apapun.
"Lisa? Lo enggak papa?" Tanya Dilan. Cowok itu menarik tangan Lisa untuk menjauh dari kerumunan.
Lisa menatap tangannya yang di genggam oleh Dilan. Lalu melepaskan nya begitu saja. Tentu hal itu membuat sang mpu mengerutkan keningnya bingung. "Luka kamu perlu di obatin, kita harus ke UKS" ujarnya sambil berjalan duluan.
Sampainya di UKS. Lisa langsung mengambil kotak P3K dan menyuruh Dilan untuk duduk. Gadis itu dengan teliti mengobati wajah Dilan. Sesekali ia ikut meringis Kala melihat betapa banyaknya luka disana.
"Maaf"
Hanya itu. Satu kata yang di lontarkan nya kepada Lisa.
"Kamu enggak salah. Aku aja yang terlalu berharap untuk bikin kamu jauh dari perkelahian" Dilan menggeleng menolak argumen Lisa. "Jangan gitu ih! Kalo kamu gerak nanti aku susah obatin nya!"
Dilan kembali diam. Cukup pasrah karena ia pun tak tahu apa yang harus dilakukan jika Lisa dalam mode marah seperti ini.
"Kemarin pelangi nelfon" Cowok itu membulatkan matanya. "Kena-"
Lisa terkekeh. "Dia nanya kabar aku lan. Abis itu sambungannya selesei" Lisa merapihkan kotak P3K tadi lalu menaruhnya di atas nakas. "Kayak gimana ya? Dia tuh enggak ada gitu berusaha ngejelasin kenapa dia baru bisa kemarin ngehubungin aku. Sesulit itukah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad'ending || Lisa
Fiksi Remajaawalnya memang seperti pelangi, indah dan mungkin cukup untuk aku percaya, namun pada akhirnya pelangi itu tidak akan bertahan selamanya , ia akan tetap pergi tanpa kabar. -Lisa Azora