Bab 7

1K 101 19
                                    

Setelah mengungkapkan kesedihannya pada Eun, perasaan Dae Hyun menjadi lebih baik. Itu benar..Tuhan sudah memberikan dia kesempatan untuk hidup jadi kenapa Ia harus berlarut-larut dalam kesedihan. Ia hanya harus menjalani hidupnya dengan baik.

Jadi, sore harinya Dae Hyun mengajak Eun berkeliling Seoul. Ketika Eun melihat kincir angin besar di taman bermain dengan mata takjub dan penasaran, Dae Hyun pun memutuskan untuk mengajak Eun bermain di taman bermain. Meski Eun terlihat dewasa, Dae Hyun suka sikap polos Eun yang seperti anak kecil.

Meski hari sudah sore, taman itu memiliki banyak pengunjung. Melihat banyak hal menyenangkan, Eun yang penasaran menarik-narik lengan Dae Hyun untuk mencoba permainan satu persatu. Mulai dari komedi putar, rumah hantu, dan beberapa wahana lainnya. Eun sangat senang dan itu terpancar di matanya yang selalu tersenyum seperti bulan sabit.

Dae Hyun mengajak Eun untuk bermain ice skating. Melihat hamparan es beku, Eun juga sangat bersemangat. Dae Hyun memasangkan sepatu ice skating untuk Eun dan dengan perlahan membawanya ke lapangan.

"Pelan-pelan. Ini licin. Kau akan terluka jika terjatuh." Dae Hyun berkata dengan lembut.

Eun hanya mengangguk setuju karena Ia benar-benar kesulitan untuk berdiri. Jadi Eun hanya bisa berjongkok sambil berpegang pada pagar untuk mencoba menstabilkan tubuhnya daripada melibatkan Dae Hyun dan membuatnya terjatuh.

"Begini. Perlahan." Dae Hyun mencoba mencontohkan pada Eun dan berkeliling lapangan.

Eun melihat Dae Hyun bersenang-senang dan sangat ingin mencoba, namun Ia tidak bisa membuat dirinya berdiri dengan stabil apalagi untuk meluncur. Eun hanya bisa menggigit bibirnya dan menatap Dae Hyun dengan mata lembab penuh permohonan.

Wajah menyedihkan anak anjing itu membuat Dae Hyun tertawa. Pada akhirnya Ia membantu Eun untuk berdiri dengan stabil sambil dengan perlahan menariknya untuk berselancar di es. Ketika Dae Hyun merasa Eun cukup stabil dan mampu untuk berselancar sendiri Ia perlahan melepaskan tangan Eun. Namun baru sebentar Ia melepas dan Eun sudah jatuh terjerembab.

"Da Yun..jahat. Da Yun melepas tangan Eun." protes Eun.

"Maafkan aku. Apakah sakit?" Dae Hyun benar-benar khawatir.

"Hmp..apakah es ini bisa melukai Eun? Eun sangat kuat dan tidak terluka sedikitpun." Eun menyombongkan diri.

"Haha...baiklah. Mari coba lagi."

Mereka bermain-main untuk sesaat, sampai Eun merasa lelah dan menyerah. Namun Ia masih belum bisa berselancar dengan baik. Dae Hyun hanya bisa tertawa melihat wajah cemberutnya dan tidak tahan untuk mencubit pipinya. Akhirnya Ia menarik Eun keluar dari lapangan, takut kalau Eun merasa kedinginan karena mereka tidak mengenakan jaket yang cukup tebal.

Sesampainya di rumah, Eun sudah jatuh tertidur. Dae Hyun menggendong Eun dilengannya dan membawanya ke kamar. Nyonya Im yang ingin menawarkan makan malam seketika tertegun melihat putranya menggendong Eun dilengannya.

"Dae Hyun..apakah kalian sudah makan? Ibu akan meminta Bibi Yoon untuk menyiapkan makanan untuk kalian."

"Tidak usah bu. Kami sudah makan malam tadi. Aku akan langsung tidur."

"Baiklah."

Setelah menutup pintu kamar, Dae Hyun meletakkan Eun di tempat tidur. Namun pria itu menggeliat gelisah dan tangannya bergerak untuk melepas pakaian meski matanya masih tertutup.

"Air." gumam Eun.

Dae Hyun menggeleng tak berdaya, membantu Eun melepas pakaiannya dan membawanya ke bak mandi. Membuka kran air dan mengisi bak mandi hingga air menutupi dada Eun. Akhirnya alis yang mengerut itu pun santai. Dae Hyun membiarkannya berendam dan menutup pintu kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Song of SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang