Rupa-rupa warna yang ada di dunia membuat Ranee sadar bahwa kehidupan tidak sesederhana hitam dan putih. Kendati hidupnya dalam beberapa tahun belakangan bisa disebut sial, tapi Ranee masih bisa melihat sisi baik dari takdir yang dijalaninya. Berada di tempat antah berantah ini tanpa orang yang dikenalnya dari masa lalu sejujurnya cukup Ranee syukuri. Pasalnya ia bahkan tidak menemukan hal yang dapat ia kenang dengan baik dari masa lalu itu. Semuanya menyedihkan. Kata 'malang' selalu bersanding dalam satu kalimat dengan Ranee.
Dulu Ranee selalu dicemooh karena terlahir sebagai orang miskin. Orang tuanya meninggalkan banyak hutang sementara kakak laki-lakinya tidak peduli dengan nasib adik kecilnya yang ia tinggalkan sendiri di rumah gubuk tua. Saat itu Ranee masih berumur 10 tahun. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang setelah bekerja. Sayangnya mereka tidak tertolong, meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Orang yang menabrak memberi ganti rugi namun kakak laki-lakinya mengambil semua uang itu, kabur untuk mengubah masa depannya sendirian. Secara instan, Ranee resmi menjadi sebatang kara.
Berada di lingkungan kumuh dan miskin tidak selamanya bisa membuat manusia berempati. Hanya sedikit dari tetangganya dulu yang mau membantu. Mereka sudah pusing untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka dari itu akhirnya Ranee memilih untuk keluar sekolah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Jadi apa yang bisa Ranee syukuri dari masa lalunya? Kalau disuruh memilih, mungkin Ranee lebih suka jika ia tidak terlahir ke dunia.
Baiklah, hentikan. Tidak ada gunanya mengeluh. Hidup tetap harus dijalani. Sudah Ranee bilang sebelumnya, dia takut mati. Selain itu, setidaknya sekali dalam hidupnya, Ranee ingin merasakan bahagia.
"Bahagia.. bahagia.. ya aku harus bahagia." Ranee terus bergumam sambil membersihkan kotoran dalam perut ikan. Seperti biasa, ada saja pelanggan rewel yang meminta pelayanan lebih saat membeli ikan yang harganya tidak seberapa. Tapi Ranee mana mampu menolak? Yang ada Rumi tidak akan segan mengulitinya terlebih dahulu jika Ranee sampai menolak perintah wanita tua itu.
"Hei, sudah selesai belum?! Cepat sedikit kerjanya! Dasar lelet!"
Kalau tidak ingat aku bergantung pada dirinya, sudah ku sumpal mulut itu dengan kotoran ini.
"Baik nyonya!" Ranee mempercepat gerakan tangannya, membelek perut ikan dengan pisau dalam sekali tarikan, lalu menarik keluar semua isi perut itu.
Menjijikkan.
Kumuh dan bau. Bagaimana bisa Ranee akan mengubah nasibnya jika ia selalu terjebak di tempat jelek ini?
Apa aku harus kabur kembali?
Ranee memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika ia memutuskan untuk kabur. Ia membilas semua ikan yang telah ia bedah sebelum menyerahkannya pada Rumi. Ranee terpaku sejenak, menatap dirinya dari pantulan air yang menggenang.
Kau memang menyedihkan.
"Aku harus bahagia." Ranee membulatkan tekadnya. Ia akan mengambil keputusan.
"Aku memiliki penawaran untukmu nona. Hubungi aku jika kau berminat." Perkataan orang itu membuat Ranee kembali penasaran. Jika diingat lagi, Ranee pernah melihat mata itu sebelumnya. Jauh sebelum ia berada di sini.
Apakah aku harus menemuinya hari ini?
🍑🍑🍑
"Bagaimana?"
"Jeffrey belum kembali, Tuan."
"Ck, sebenarnya apa yang dilakukan anak itu?" Kenny langsung meremat kertas laporan yang baru saja diterimanya. Susan, sang sekretaris langsung meringis. Itu adalah laporan yang harus ia berikan kepada tim marketing sore ini juga. Namun melihat apa yang barusan dilakukan Tuannya, sepertinya Susan akan mendapati wajah-wajah kecewa para rekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World
Fanfiction"Take my hand! Let's conquer the world!" - Jeffrey Kohl Start 16 April 2021 Highest rank in: #27 nctjaehyun #7 jaehyunff #4 ff2021 ©tenfullsun 2021