Memang benar apa yang dikatakan orang-orang, hidup memang penuh dengan ketidakpastian. Ada terlalu banyak pilihan yang bisa manusia pilih dengan akhir yang tidak sama dan sulit ditebak. Setiap pilihan itu memiliki konsekuensi yang mempengaruhi jalan yang akan kita tempuh selanjutnya. Kalau bisa digambarkan mungkin akan terlihat seperti jaring laba-laba, saat sebuah mangsa telah terperangkap di sana, akan sulit untuk berbalik dan mengambil pilihan lain.
Ranee tidak bisa menebak ruangan seperti apa yang menantinya dibalik pintu. Jalan hidupnya sekarang terkesan abu-abu. Lelaki yang bernama Jeffrey itu masih terkesan misterius baginya. Ada banyak tanya yang ingin Ranee tanyakan padanya. Melihat dari percakapan mereka sebelumnya, pertemuan mereka di pasar ikan tentu bukanlah sebuah kebetulan. Kalau Ranee boleh menebak, apakah Jeffrey memang sengaja mencarinya?
Begitu Ranee membuka pintu, ia disambut dengan lorong yang masih diisi dengan lampu temaram. Kalian bisa membayangkan lorong rumah jaman kuno seperti yang ada di film Harry Potter. Lantai kayunya dihiasi karpet, namun tidak cukup untuk meredam derit suara saat ia dipijak. Jeffrey ada di ujung lorong, menantinya sambil menyandar di kusen pintu sebuah ruangan. Kedua tangannya berada di dalam saku celana, pandangannya lurus seakan menelanjangi Ranee.
"Kau terlihat lebih baik dari terakhir kali aku melihatmu." Kalimat itu keluar dari mulut Jeffrey begitu Ranee sampai di depannya.
"Aku tidak tahu harus bilang apa, tapi terima kasih, ku anggap itu sebagai pujian."
Jeffrey tidak menanggapi, hanya tersenyum simpul sebelum masuk ke dalam ruangan. Ranee kembali mengikutinya, untuk kemudian menemukan sebuah meja dan dua bangku di tengah ruangan. Jeffrey menarik salah satunya lalu memberi isyarat pada Ranee untuk duduk di sana. Gadis itu menurut. Ia kira Jeffrey akan ikut duduk, tapi pemuda itu malah sibuk dengan dirinya sendiri.
"A-ada apa memanggilku ke sini?" Ranee memulai. Pandangannya menatap lurus pada punggung lebar yang berbalut jaket hitam. Ranee kira setelah ia duduk, mereka akan segera memulai pembicaraan.
"Aku tidak memanggilmu." Jeffrey menjawab lugas seraya membuka lemari kaca. Berikutnya ia memilah koleksi piringan hitam yang tertata rapi dalam rak. "Kau yang datang ke sini sendiri, Ranee."
Dahi Ranee mengernyit dalam. Apa yang barusan Jeffrey katakan? Dia tidak salah memahami kan?
"K-kau yang—"
"Aku memang memberi penawaran untukmu." Jeffrey memotong. "Tapi kau sendiri yang memutuskan. Jadi tidak ada pemaksaan di sini."
Jeffrey menyeringai. Ia tahu Ranee kebingungan untuk menjawabnya. Ia memang tidak melihat ekspresi gadis itu. Namun suara ketukan lembut kaki yang beradu lantai kayu cukup memberikan tanda kalau gadis itu tengah gusar.
"Jadi penawaran apa itu?" Ranee mengganti pertanyaannya. Gadis itu sebenarnya tidak sabar menunggu Jeffrey yang sangat bertele-tele. Lihatlah sekarang, bukannya menjawab pertanyaan Ranee, pemuda itu malah sibuk memasang piringan hitamnya pada Gramophone. Detik berikutnya musik yang lembut mengalun, menghapus sunyi yang sempat mengisi ruangan tersebut. Jeffrey berbalik setelahnya, dengan senyum tersungging di bibir, ia mendekat pada Ranee —mendudukkan diri pada kursi yang ada di depan gadis itu.
"Jadi, sebelum aku menjelaskan, bolehkah aku bertanya terlebih dahulu?" Jeffrey melipat tangan di dada seraya menyandar pada sandaran kursi.
"Apa?"
"Apa tujuanmu menemuiku?" Jeffrey tersenyum lagi saat melihat kerutan di dahi lawan bicaranya.
"Waktu itu aku tidak menjelaskan secara detail penawaranku padamu. Jadi apa yang membuatmu percaya dan tergerak untuk menemuiku hari ini?" Jeffrey mengulang pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World
Fanfiction"Take my hand! Let's conquer the world!" - Jeffrey Kohl Start 16 April 2021 Highest rank in: #27 nctjaehyun #7 jaehyunff #4 ff2021 ©tenfullsun 2021