I'm Watching You

60 9 2
                                    

Setelah keluar dari komplek pecinan tempat Jeffrey berada, Ranee bergegas pergi ke halte bus. Gadis itu segera melompat ke dalam bus yang akan membawanya pulang. Setidaknya akan memakan waktu 20 sampai 30 menit untuk sampai ke tempat Rumi. Selama itu pula pikirannya berkecamuk tentang perkataan Jeffrey padanya. Yang paling membuatnya kepikiran adalah cerita tentang Rumi di masa lalu. Apakah itu benar?

Ranee memang tidak pernah melihat ada foto keluarga terpasang di rumah Rumi. Ranee pikir mungkin wanita tua itu memang tidak punya keluarga. Pun Rumi tidak pernah bercerita tentang keluarganya. Oh salah, mereka memang tidak pernah saling berbagi cerita. Sepanjang ia mengenal Rumi, wanita tua itu selalu diam. Rumi baru membuka suara saat wanita itu memberi perintah. Tapi itu wajar kan? Apalagi mereka orang asing, hubungan mereka tidak lebih dari seorang babu dan majikan. Ditambah lagi, mereka memiliki bahasa ibu yanh berbeda.

Rumi selalu berbicara dengan gerakan isyarat kalau Ranee tidak mengerti apa yang ia katakan. Tidak jarang wanita itu akan marah-marah pada Ranee dalam bahasa ibunya yang kebanyakan belum Ranee ketahui artinya. Ranee akui, wanita tua itu cukup mengerikan saat marah. Ia bahkan hampir pernah mendapat bocor di kepala -kalau ia tidak gesit menghindar- saat Rumi melemparnya dengan talenan. Itu karena kebebalannya dalam memahami perintah.

Tiba-tiba perasaan Ranee menjadi kalut. Gadis itu hanya berharap semoga ia sampai sebelum Rumi pulang. Bukannya Ranee percaya sepenuhnya dengan cerita Jeffrey. Namun tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Kalau memang ia ketahuan pergi dan wanita itu marah, Ranee berniat kabur saat itu juga. Rumi tidak akan mungkin bisa mengejarnya. Si tua bangka akan terlalu lemah untuk dapat melakukannya.

"Kau jangan meremehkannya seperti itu." Ranee terlonjak kaget mendengar suara itu, suara yang ia dengar beberapa menit yang lalu. "Dia memang tua, tapi dia tidak bodoh."

Demi ikan tongkol yang Ranee potong setiap pagi, sejak kapan Jeffrey duduk di sampingnya?!

"Kau seperti habis melihat hantu." Jeffrey terkekeh ringan.

"Kenapa kau di sini?"

"Sebegitu takutnya ya sampai kau tidak menyadari sekitarmu?" Jeffrey mengarahkan pandangannya ke depan, menatapi orang-orang yang terlihat lelah dengan omong kosong dunia.

"Ini kan tempat umum. Aku bebas untuk berada di mana saja aku mau."

Ranee reflek mendengkus. Jawaban Jeffrey terdengar sangat klasik. Namun ia tidak suka diikuti seperti ini.

"Aku tidak mengikutimu. Jangan terlalu percaya diri."

Apa?!

Ranee menoleh pada Jeffrey sekali lagi. Kali ini tatapannya dipenuhi sorot ketidakpercayaan.

Bagaimana bisa?!

"Kau pikir aku bisa membaca pikiranmu ya?" Diamnya Ranee justru membuat Jeffrey kembali terkekeh geli.

"Kau seperti buku yang terbuka, Nona." Jeffrey kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Ada seorang nenek tua yang tengah menuruni tangga bus dengan kakinya yang lemah. "Kau harus belajar mengatur ekspresimu, belajarlah untuk membawa diri, banyak orang jahat di dunia ini."

Diam-diam Ranee merasa tersentuh dengan nasehat itu, namun apa hak Jeffrey mengatakan hal seperti itu padanya? Mereka berdua tidak memiliki hubungan. Perkenalan mereka terasa canggung dan tidak memiliki arti lebih.

"Bukankah kau turun di halte depan itu?" Pertanyaan Jeffrey akhirnya menyadarkan Ranee dari lamunan. Tanpa berpamitan pada Jeffrey, gadis itu segera bediri dan berjalan ke pintu keluar. Ada beberapa orang yang ikut turun bersama Ranee.


🍀🍀🍀


Kesunyian menyambut Ranee ketika gadis itu masuk ke dalam rumah. Sungguh Ranee sangat lega, itu berarti ia berhasil menyelinap sebelum Rumi tiba. Meskipun begitu entah kenapa Ranee tetap merasakan perasaan tidak enak. Seperti ada sesuatu yang terlupakan.

New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang