Lantai dan sudut-sudut dinding yang lembab dengan cahaya lampu temaram telah menjadi saksi kehidupan Ranee yang menyedihkan. Hidup sebatang kara di belahan dunia yang tidak pernah terpikirkan untuk ia kunjungi sebelumnya membuat Ranee tidak punya siapa pun untuk berkeluh kesah. Ia hanya berbicara pada dirinya sendiri, menggunakan bahasa ibunya yang hanya ia mengerti sendiri.
Sebagai seorang pendatang ilegal, tentu tidak mudah bagi Ranee untuk mendapat perlakuan yang menyenangkan. Apalagi dengan keterbatasan bahasa yang ia miliki, ia acap kali dianggap gadis dungu dengan penampilan lugu. Kalau mau merendahkan diri sedikit dengan menjadi wanita malam, sebenarnya Ranee bisa sedikit bernapas dengan kehidupan yang nyaman. Namun Ranee tidak tahan dengan napas busuk para lelaki hidung belang itu. Belum lagi harus menuruti perintah gila mereka, Ranee lebih memilih dibunuh saja.
Kenapa begitu? Karena kalau bunuh diri, Ranee tidak berani.
Setelah berhasil melarikan diri dari dunia malam, Ranee akhirnya bertemu dengan Rumi. Seorang wanita berumur 50 tahunan yang menemukannya saat ia tidur di emperan sebuah toko kelontong. Walaupun sama-sama wanita dan Rumi sudah cukup berumur, tidak lantas Rumi menjadi wanita yang bijak dan baik hati seperti di dunia dongeng.
Rumi hidup seorang diri, tidak mempunyai suami dan anak. Mereka sudah mati dalam kebakaran berpuluh tahun yang lalu. Yang tidak Ranee ketahui adalah fakta bahwa Rumi membakar rumahnya saat suaminya tengah terlelap. Bodohnya Rumi, saat itu ia tidak tahu kalau anak laki-lakinya sudah pulang dari sekolah. Bocah itu sengaja bersembunyi di dalam lemari untuk mengejutkan Rumi. Yah, mungkin karena nasibnya yang malang. Ia memang berhasil mengejutkan Rumi, tapi dengan tubuhnya yang ditemukan gosong bersama lemari yang telah menjadi abu.
Singkatnya Rumi membawa Ranee ke rumah dan mengangkatnya menjadi pembantu dengan upah minimum. Ranee cukup berterima kasih untuk itu. Setidaknya ia tidak dijual ke mucikari lainnya yang mungkin akan membuat Ranee tidak pernah bisa terlepas dari kehidupan malam yang menyesakkan.
"Lani!!" Ranee terperanjat saat Rumi memanggilnya. Keterbatasan usia membuat Rumi sedikit kesulitan mengucapkan nama Ranee dengan benar.
"Sedang apa kau?!" Rumi membuka pintu kamar Ranee, membuat Ranee membatu tidak berkutik. Gadis itu masih selalu takut saat melihat mata bulat besar milik Rumi. Buru-buru Ranee segera menyembunyikan kertas yang sedari tadi ada di tangannya ke bawah bantal yang ada di pangkuannya.
"Tidak sedang apa-apa nyonya."
"Cepat selesaikan cuci piringnya! Kau juga belum mengangkat jemuran kan?!"
"Baik nyonya, akan segera saya kerjakan." Ranee lantas menaruh bantal ke atas tempat tidur lalu bergegas keluar kamar. Ranee tidak mau Rumi sampai tahu kalau ia sedang menyembunyikan sesuatu.
Ini berhubungan dengan lelaki misterius yang ia temui di pasar tadi. Ranee sebenarnya sedikit curiga. Ia tidak yakin kapan tepatnya lelaki itu datang. Kemunculannya nyaris tidak Ranee sadari kalau lelaki itu tidak menyapanya duluan. Tidak bisa dibilang menyapa juga sih, tapi Ranee penasaran kenapa orang itu datang menghampirinya. Ia bahkan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.
Mungkin Ranee akan mengabaikan orang itu kalau saja ia tidak berkata seperti ini:
"Aku memiliki penawaran untukmu nona.."
Perkataan dari orang asing itu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Daripada memikirkan tawaran itu, Ranee lebih terpikat dengan suara dan paras menawan orang itu. Lelaki bertubuh tinggi itu adalah orang paling rupawan yang pernah ia temui di sini. Selama hidupnya terombang-ambing di tempat antah-berantah, baru sekali ini melihat manusia dengan paras seperti itu.
Dulu waktu masih di kampung, anak-anak seusianya -yang memiliki nasib lebih baik- sering sesumbar kalau orang luar negeri itu memiliki paras bak putri dan pangeran. Mereka adalah perwujudan dari dewa-dewi masa kini. Untuk pertama kalinya, Ranee percaya itu. Ia telah membuktikan dengan mata kepalanya sendiri.
Sekali lagi, Ranee tidak tahu kenapa orang itu menghampirinya, apalagi secara diam-diam. Setelah mengatakan sesuatu tentang penawaran, bukannya menjelaskan, ia malah meninggalkan sebuah kertas berisi kombinasi angka dan huruf.
"Hubungi aku jika kau berminat." Ia berkata seperti itu sambil meletakkan kertas berwarna putih tulang yang sudah usang.
"Atau kau bisa langsung datang ke sini." Lelaki itu kembali tersenyum tipis, menimbulkan dua cekungan menarik di pipinya.
Ranee membuka lipatan kertas itu, membaca tulisan yang tidak ditulis menggunakan huruf korea. Gadis itu sedikit curiga, apakah ini salah satu tempat pelacuran? Ataukah ini tempat karaoke murahan yang sejenis dengan tempat kerjanya sebelumnya?
"Apa ini?"
Tidak ada jawaban dari si pemilik suara merdu. Saat Ranee mendongak, lelaki itu sudah tidak ada di sana.
"Aneh sekali."
Benar, aneh sekali.
Ranee bingung juga takut, tapi ia lebih penasaran. Ia penasaran tempat apa yang ditulis oleh lelaki berparas rupawan. Bahkan saat rambut panjangnya sedikit menutupi matanya, sama sekali tidak menutupi kesempurnaan yang terpahat di wajahnya.
Ranee bingung juga takut, tapi ia lebih penasaran. Ia penasaran dengan pemuda misterius itu. Ranee ingin melihat sekali lagi wajah rupawan itu. Ia bertanya-tanya, bagaimana pertemuan kedua mereka akan berlangsung?
🍑🍑🍑
ómorfo plásma
KAMU SEDANG MEMBACA
New World
Fanfic"Take my hand! Let's conquer the world!" - Jeffrey Kohl Start 16 April 2021 Highest rank in: #27 nctjaehyun #7 jaehyunff #4 ff2021 ©tenfullsun 2021