Part 9 : Konsekuensi

43 9 8
                                    

Jam pelajaran olahraga tiba. Segenap warga kelas XII IPA-1 menyambutnya dengan riang gembira. Mereka segera berhamburan keluar kelas menuju lapangan olahraga.

"Lo yakin nggak salah kostum, Ra?" Nadia memandang Zahara yang baru keluar dari toilet sekolah dengan tatapan keheranan. Netranya tak berkedip memandang seragam olahraga Zahara yang telah berganti potongan. Dari training panjang berpadu kaos berlengan pendek, menjadi sebentuk gamis longgar dengan tetap menunjukkan identitas seragam olahraga khas SMU Pertiwi. Ya, bu Uswa--ibunda Zahara, memang cakap memodifikasi pakaian. Hingga pakaian yang tadinya berupa setelan training olahraga, dipermak menjadi berbentuk potongan gamis yang anggun namun tetap tampak casual.

"Nggak, Nad. Ini udah sesuai dengan apa yang aku pahami," ucap Zahara.
"Ini tuh jilbab namanya, baju lorong yang wajib dikenakan oleh setiap muslimah ketika berada di ranah umum, apa pun kegiatannya."

Nadia tampak menautkan kedua alisnya tanda tak mengerti. Ekspresi yang sama dengan Zahara tempo Hari ketika membahas terkait hijab syar'i dengan Tiara.

Adik tahu perbedaan jilbab dan kerudung?" tanya Tiara.

"Jilbab itu ya kerudung. Emang beda, Kak?" tanya Zahara saat itu.

"Beda, sayang ...," ucap Tiara seraya mencubit lembut pipi Zahara yang merona tanpa blash on itu.

"Apa bedanya?" tanya Zahara lagi.

"Kerudung itu ini," Tiara menunjuk ke kerudung lebarnya. "Atau dalam bahasa arab disebut juga khimar. Kerudung dikatakan syar'i jika menutup dada, tidak menerawang, dan tidak berpunuk unta di bagian belakangnya. Sesuai perintah Allah dalam surat An-Nur ayat 31: ' .... dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya ...' artinya dibiarkan menjuntai, tidak dililit, agar tetap menutup dada."

Zahara tampak manggut-manggut dengan mulut yang membentuk 'o' kecil.

"Terus, kalau jilbab?" tanyanya tampak tak sabar.

"Nah kalau jilbab itu yang ini," Tiara menunjuk gamis dusty pink-nya. "Harus longgar dan menjulur menutupi sekujur tubuh, sesuai perintah Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat 59: 'Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin, hendaklah mereka menjulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh ...' Ibnu Abbas menafsirkan makna jilbab ini adalah sebagai mantel, yakin pakaian yang menutupi sekujur tubuh muslimah dari atas hingga bawah tanpa terputus. Di kita lebih dikenal dengan nama gamis."

Penjelasan Tiara nan panjang lebar membuat Zahara ber'o' ria. Ternyata masih banyak yang belum ia pahami dari ajaran agamanya sendiri. Apalagi, Islam itu teramat sempurna. Pasti masih sangat banyak yang belum ia pahami selain perihal hijab syar'i. Itulah yang membuatnya semangat dan bertekad untuk mempelajari Islam lebih mendalam lagi. Mempelajari untuk kemudian diamalkan, bukan sebatas pengetahuan belaka.

"Kita perlu memahami kehidupan khusus dan kehidupan umum bagi muslimah, agar tahu kapan jilbab ini wajib dipakai. Kehidupan khusus adalah wilayah di mana muslimah menjalani kehidupannya bersama keluarga dan mahramnya. Di kehidupan khusus ini, yakni di lingkungan rumah, muslimah boleh hanya mengenakan mihnah, yakni baju rmyang boleh memperlihatkan anggota wudhunya. Sementara di kehidupan umum, yakni kehidupan di luar kehidupan khusus, di mana muslimah menjalani kehidupannya dengan orang-orang yang bukan mahramnya, maka ia wajib mengenakan jilbab. Baik itu di sekolah, di kampus, dan ranah umum lainnya," papar Tiara menyambung penjelasannya.

Zahara manggut-manggut tanda mengerti. Ia merasa perlu juga membagi apa yang kini mulai dipahaminya kepada Nadia di suatu kesempatan.

"Ra, kok malah bengong? Ayo kita ke lapangan! Ntar kena semprot Pak Anton, lagi, gara-gara kita telat," ujar gadis tomboy itu seraya menggamit lengan Zahara.

Muhasabah Putih Abu (Terbit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang