Kepingan ke-1

22.5K 2.5K 853
                                    

D A N I E L

D A N I E L

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kenapa kamu keras kepala, sih, Put?! Kurang apa lagi aku? Aku udah bilang ke kamu buat titipin si kembar ke aku dulu. Aku nggak sesibuk itu sampai nggak bisa jagain mereka kalau kamu mau seneng-seneng sama pria lain."

Hanya ada jeda beberapa detik sebelum pria jangkung dengan kemeja putih yang sedikit lusuh itu kembali bersuara.

"Kalau aja kamu mau dengerin omonganku dan berhenti egois, mungkin anakku baik-baik aja sekarang dan nggak akan kesakitan di dalam sana." Telunjuk tangan kanannya bergetar saat menunjuk ke arah pintu kamar rawat inap tempat putranya berada.

Kelopak mata pria itu memejam kuat mengingat kembali wajah kesakitan jagoan kecilnya. Ia paling tidak bisa melihat anak-anaknya terluka. Saat anak-anaknya terluka, sejatinya ia lah yang paling terluka.

Usai membasuh wajah frustrasinya dengan telapak tangan kosong, bola matanya menggelap bersamaan dengan jari-jari yang membentuk kepalan kuat dan rahang yang mengeras.

Lagi.

Kejadian serupa beberapa bulan yang lalu terulang kembali. Bahkan kali ini lebih parah. Darah segar mengucur dari pelipis jagoan kecilnya membuatnya kesulitan mengambil napas. Pria itu-Daniel Manuel Regata-menatap ke arah wanita di hadapannya dengan nanar. Daniel merasa ... entahlah, situasi semacam ini membuatnya sulit berpikir jernih. Yang ada hanya gelombang emosi yang meletup ingin mengambil alih kendali diri.

Tangannya yang mengepal memukul dinding putih yang semula menjadi tempat punggungnya bersandar. Satu kali belum cukup, ia kembali memukul untuk memuaskan amarah.

Cukup lama menunggu, tidak ada respons apapun dari lawan bicaranya. Daniel menghela napas berat. Bola matanya bergulir menatap ke arah Putri, mantan istrinya.

"Aku nggak pernah larang kamu buat nyenengin diri sendiri, karena kamu masih sangat berhak buat dapetin itu. Aku juga nggak peduli kamu mau berhubungan sama siapapun, beneran nggak peduli." Daniel memberi jeda untuk mengambil napas sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Tapi, tolong jangan egois. Kalau emang nggak mampu jagain mereka, bilang ke aku. Jangan jadiin anakku sebagai korban. Nggak sekali loh, Put. Apa kamu nggak belajar dari yang udah-udah?"

Daniel mulai kacau menghadapi situasi yang ada. Urusan yang menyangkut anak-anak memang selalu menjadi masalah yang serius untuknya. Kekhawatirannya selalu berlebihan untuk si kembar. Ia benar kehilangan jati diri, emosi pun menjadi tak terkontrol.

Putri memejamkan mata kuat-kuat. Pikirannya tambah kacau setelah mantan suaminya datang dan memarahinya habis-habisan soal Felix-putranya, yang masuk rumah sakit karenanya. Putri tidak mengelak jika dituduh sebagai penyebab rasa sakit untuk Felix. Karena memang itulah yang terjadi. Ia lengah saat menjaga anak kembarnya sampai salah satu dari mereka jatuh dari tangga saat bermain kejar-kejaran. Semua terjadi di luar kuasanya.

DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang