Part 10

830 75 5
                                    

Jungkook dan si perawat wanita masih memproses apa yang sedang terjadi ketika Taehyung berjalan mendekati mereka. Pria itu menarik kursi di samping tempat tidur Jungkook dan duduk disana. Ia sama sekali tidak mengatakan apapun.

Terlihat Seokjin turut berjalan mendekati mereka. Pria itu terlihat memamerkan senyum lebarnya sambil mendekati Jungkook.

“Kata Hoseok kamu kecapekan. Banyak project ya?” Tanya Seokjin sambil menatap wajah Jungkook yang masih sedikit pucat.

Jungkook mengangguk lemah. “Iya kak. Banyak tawaran iklan dan aku terima semua,” ujarnya. Walaupun ia sendiri yakin bukan itu penyebabnya.

Taehyung masih diam mendengarkan pembicaraan keduanya. Hingga ia menatap pada perawat yang tadi berbincang dengan Jungkook.

“Anda tidak mau pergi dari sini? Atau anda adalah perawat pribadi Jungkook?” Tanyanya dengan nada suara yang sangat ketus dan dingin.

Perawat itu terlihat terkejut menatap Taehyung.”A-Ah, maafkan saya. Saya permisi dulu,” ujarnya sambil bergegas pergi dari sisi Jungkook.

Seokjin melirik dua manusia yang saling acuh itu. Ini tidak baik, mereka harus akur lagi, batinnya.

“Ah, Tae aku pergi sebentar ya. Tadi kayaknya ada sesuatu yang aku lupakan. Kamu disini aja jaga Jungkook,” ujarnya sambil melesat meninggalkan kedua pria itu.

Jungkook masih terlalu lemas untuk mengajak Taehyung bicara. Ia memilih kembali memejamkan matanya hingga suara Taehyung terdengar di telinganya.

“Maaf ya soal semalam,” ujarnya lirih.

Jungkook membuka matanya dan melirik Taehyung yang duduk di sebelahnya. Pria itu tampak luar biasa dengan kemeja yang ia gulung sampai siku. Rambutnya ditata menutupi dahi dan sepasang kacamata yang melindungi mata indahnya.

“Nggak papa,” sahut Jungkook tak kalah lirih.

“Sebelumnya belum pernah ada yang bilang kayak begitu ke aku. Aku, kaget kamu bilang begitu.”

Jungkook menolehkan kepalanya dan menatap Taehyung yang sedang memandang kesibukan di unit gawat darurat itu. Pria itu tidak menatap Jungkook.

“Kak, lihat kesini dong,” rengek Jungkook. Tapi tidak mendapat tanggapan apapun.

Jungkook mencoba untuk bangkit dari baringnya dan berhasil. Taehyung segera menatapnya dan membantu Jungkook untuk duduk. Taehyung merangkul bahunya dan menata bantal di sandaran kasur.

Jungkook menatap Taehyung sambil tersenyum simpul. “Kak, lihat aku dong. Atau kakak masih marah?”

Taehyung segera menatap mata Jungkook. Dilihatnya Jungkook yang tersenyum manis ke arahnya. Ia kembali menundukkan kepalanya; berusaha menyembunyikan senyum yang sejujurnya sangat sulit ditahan.

“Kan bener, kakak masih marah sama aku,” rengek Jungkook lagi yang membuat Taehyung segera mengambil tempat untuk duduk di pinggir kasur Jungkook.

“Kamu mau aku marah terus? Perasaanku dari tadi kamu godain aku terus. Kalau mau aku marah terus nggak papa sih. Atau sekalian sandiwaranya bubar saja?” Tanyanya sambil menatap Jungkook.

Wajah Jungkook berubah panik. Ia segera meraih kedua tangan Taehyung dan menggenggamnya erat. “Jangan kak, aku tadi cuma bercanda. Kakak boleh nggak peduli sama aku. Kakak boleh marah sama aku. Tapi aku mohon jangan batalkan sandiwara ini. Aku mohon.” Suara Jungkook terdengar sangat putus asa.

Taehyung bisa melihat bagaimana bahu itu sempit itu turun dan wajahnya ia tundukkan dalam. Jungkook juga masih menggenggam tangannya erat. Seakan takut bila Taehyung akhirnya berubah pikiran.

My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang