Part 34

676 68 2
                                    

Mata Hoseok membesar mendengar pertanyaan Jungmin. Ini pertama kalinya Hoseok mendengar secara langsung pernyataan cinta mereka.

Tapi tidak dengan Jungkook. Pemuda itu hanya tersenyum dan mengelus pipi Jungmin lembut. "Kakak sudah tahu apa jawabanku bukan?" Ujarnya lembut yang membuat kepala Jungmin tertunduk seketika.

"Sudah nggak ada kesempatan lagi ya?" Gumam pria itu pelan.

Jungkook tersenyum. "Kalau Jadi sahabatku, kesempatannya masih terbuka sangat lebar."

Jungmin mendekat dan mengecup dahi Jungkook. Lama dan lembut.

"Anggap saja ini kesempatan terakhirku buat cium dan peluk kamu seperti ini. Kedepannya mungkin akan lebih susah dengan pengawalmu yang banyak."

Jungkook tertawa mendengarnya. "Terima kasih atas pujiannya."

Jungmin menoleh dan menatap Hoseok yang masih melihat keduanya yang seperti opera sabun. "Jadwal perilisan foto Jungkook tidak akan ada yang ditunda. Justru saat seperti ini kita harus memanfaatkannya. Karena mata publik sangat tertuju pada dia."

Berusaha mengumpulkan kesadarannya, Hoseok mengangguk paham. "Apakah akan ada acara konferensi pers atau sejenisnya?"

"Untuk detail lebih lengkapnya, sekretarisku akan menghubungi agensi kalian. Kalau memang akan ada konferensi pers, jadwalnya tidak lebih dari dua minggu lagi."

"Terima kasih karena tidak mengundur jadwalnya," ujar Jungkook yang membuat Jungmin dan Hoseok menoleh.

"Aku yakin, karena insiden ini, banyak jadwalku yang dibatalkan. Yang tentu saja membuat agensi menjadi rugi. Jadi, dengan perilisan foto ini, setidaknya aku akan memberi sedikit kontribusi pada agensi."

Hoseok tersenyum mendengarnya. "Kamu bicara apa? Pikirkan saja soal kesehatanmu. Lagipula, siapa yang mau dilukai seperti ini? Tidak ada yang minta kamu terluka. Tidak ada yang mau kamu terluka."

"Terima kasih kak. Tapi sepertinya memang sudah saatnya aku lebih menjaga sikap dengan media. Belakangan terlalu banyak berita yang tidak menyenangkan tentangku."

"Kamu jangan khawatir soal itu. Direktur sudah menyelesaikan semuanya. Semua ujaran kebencian yang ditujukan baik ke kamu atau artis lain di agensi kita, akan ditindak secara hukum," ujar Hoseok.

"Baguslah kalau begitu."

"Ah, sepertinya aku sudah terlalu lama disini. Aku akan pamit dulu."

Jungmin mendekat ke arah Jungkook dan memeluk pemuda itu sekali lagi. "Jaga dirimu. Terlalu banyak orang yang menyayangimu dan tidak sanggup melihatmu terluka seperti ini."

Jungkook balas memeluk Jungmin dan menepuk punggung pria itu pelan. "Kakak juga. Kakak orang penting, jadi kesehatan yang utama."



Setelah Jungmin keluar dari kamar Jungkook, Hoseok segera menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang Jungkook.

"Apa itu tadi? Dia udah sering begitu?"

Jungkook mengalihkan pandangan dari majalah yang sedang dibacanya dan tersenyum menatap Hoseok. "Aku belum cerita ya kalau pernah diajak kabur ke luar negeri?"

"Aku nggak ingat kamu pernah cerita atau tidak, yang jelas ini baru pertama kalinya aku lihat dia merayumu di depan mataku. Sering ya begini?"

Jungkook mengangguk. "Sering. Yang di Jepang kemarin kan juga begitu. Tiba-tiba datang ke ruang make-up dan bikin stylist nya bingung. Tapi begitulah dia, suka dengan afeksi. Suka meluk, suka cium. Lucu nggak sih?"

"Lucu kalau kalian pacaran atau menikah. Nggak lucu karena kalian cuma teman," sahut Hoseok ketus.

"Kenapa sih kak? Kemarin kayaknya kakak dukung aku sama dia. Kenapa sekarang berbalik gini?"

Hoseok menghela nafas panjang. "Hah, lebih baik kamu nggak usah sama siapa-siapa deh. Bermasalah semua ini."

Jungkook tertawa keras sambil memegangi lukanya yang masih sedikit sakit. "Aku jadi bujang lapuk dong kalau gitu? Kakak tega banget!"

"Pokoknya kamu nggak usah pacaran kalau sama mereka berdua! Aneh semua!"

Jungkook hanya tersenyum mendengarnya. Matanya menatap langit biru yang sangat cerah di luar. Tidak ada satu awan pun yang terlihat.

Bisakah aku?



Lima hari berlalu dan Jungkook akhirnya diperbolehkan pulang. Sejak pagi, Seokjin sudah heboh dengan berita pulangnya Jungkook. Ia bahkan terlihat lebih bersemangat daripada Hoseok atau Jungkook sendiri.

"Kalau kakak disini, Taehyung sama siapa? Bukannya dia ada syuting seperti biasa hari ini?" Tanya Hoseok sambil memasukkan baju-baju Jungkook ke dalam tas.

"Kalau masalah Taehyung, kalian tenang saja. Aku sudah menyerahkannya ke sopir kami. Dia pasti akan baik-baik saja."

"Terima kasih ya kak sudah mau bantu persiapan aku pulang. Ingatkan aku untuk traktir kakak kapan-kapan," ujar Jungkook.

Seokjin tersenyum lebar mendengarnya. "Kamu tenang saja, aku memang sudah berniat membantu sejak mendengar kamu akan pulang hari ini "

"Kondisi di luar bagaimana? Katanya banyak wartawan yang menunggu Jungkook untuk pulang," tanya Hoseok.

Seokjin mengambil ponselnya dari atas meja dan membuka ruang pesannya dengan Namjoon. Disana tertulis bila Namjoon sudah mengirim beberapa pengawal untuk mengawal mereka. Juga mereka kan bekerja sama dengan pihak rumah sakit agar memberi jalan khusus bagi Jungkook untuk keluar.

"Ah, jadi kakak kesini juga bisa dianggap sebagai perwakilan direktur. Begitu?" tanya Hoseok yang membuat Seokjin tersenyum malu.

"Apapun itu, terima kasih kepada direktur dan kak Seokjin karena sudah mau bersusah payah untuk aku. Aku tidak akan pernah melupakan jasa kalian," ujar Jungkook sambil membungkukkan badannya sedikit.

Seokjin terkejut dengan reaksi Jungkook. "Astaga Jungkook, kamu apa-apaan sih? Kamu kan artis di bawah naungan Namjoon, jadi memang sudah sewajarnya kalau dia berlaku seperti itu. Tidak usah terlalu formal begitu."

Jungkook tersenyum mendengar jawaban Seokjin. Betapa beruntungnya dia dikelilingi oleh orang-orang baik.



Misi memulangkan Jungkook berjalan sangat lancar. Rumah sakit ternyata memberi mereka jalan yang biasa dilewati untuk mengantar jenazah. Memang sedikit mengerikan, tapi setidaknya ini jalan paling aman yang bisa mereka pikirkan.

Wartawan sendiri sudah bersiaga di segala pintu keluar dan masuk. Bahkan ada yang menunggu di IGD; berjaga bila Jungkook pulang lewat sana.

"Wah, itu tadi seru banget ya. Kayak lagi melakukan misi rahasia," ujar Seokjin bersemangat.

"Iya sih. Tapi aku masih agak trauma dengan kejadian di bandara. Tadi juga masih agak takut," ujar Jungkook lirih.

Hoseok meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya erat. "Kami tenang saja. Kakak janji, kejadian seperti itu tidak akan terjadi lagi. "

Jungkook tersenyum mendengarnya. Ya, tidak ada gunanya ia takut dengan semuanya. Semuanya tetap harus dihadapi, entah ia mau atau tidak.

"Ah, aku mau sekalian mau menyampaikan. Tadi direktur bilang akan mengirim makanan dan vitamin pada kamu. Harus diterima ya! Biar kamu cepat sembuh katanya."

Jungkook mengangguk paham. "Sampaikan terima kasihku pada direktur. Katakan juga kalau aku sudah bisa bekerja lagi."

Seokjin tertawa mendengarnya. "Kalau soal itu, kamu tenang saja. Project untuk kamu mulai dipersiapkan lagi. Yang penting, pulihkan dulu kesehatan kamu. Supaya kamu siap bekerja sangat keras."

My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang