Part 36

862 87 5
                                    


"Jadi … itu semua benar?"

"Apanya?" Tanya Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya dari naskah yang sedang ia baca.

"Headline berita online pagi ini!" Sahut Hoseok kesal.

"Belum baca berita." Sahut Jungkook lagi. Dengan nada yang menurut Hoseok sangat menyebalkan.

"Kamu pasti sudah tahu. Kapan dia kasih tahu kamu?"
Jungkook diam sejenak. Ia menutup naskah yang dibacanya da ke arah Hoseok.

"Dia sudah memutuskan hubungan kami. Masalah kapan ia memberitahuku atau apakah dia memberitahuku atau tidak, aku rasa itu tidak ada hubungannya dengan kakak."
Hoseok terkejut dengan jawaban Jungkook. "Bukan begitu maksudku," sahutnya pelan.

Jungkook tersenyum tipis. “Tenang saja kak. Semua sudah berakhir, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”

Ya, aku dan Kim Taehyung sudah selesai. Setelah semua yang dia lakukan, setelah semua yang dia katakan, rasanya sudah tidak ada yang perlu dilanjutkan lagi.

Sebenarnya, bukan hanya Hoseok yang terkejut dengan keputusan ini; Yoongi selaku teman Taehyung dan produser lagunya juga menanyakan hal yang sama.

“Kapan kau akan berangkat?”

Kalimat itulah yang pertama kali Yoongi lontarkan ketika sambungan teleponnya diterima oleh Taehyung; setelah ia mencoba hampir tiga kali sepanjang pagi.

“Minggu depan,” sahut Taehyung singkat.

“Bagaimana dengan lagunya? Kau tidak mau melanjutkannya?”

Taehyung mengusap wajahnya kasar. Bagaimana ia bisa melanjutkan lagunya bila perasaannya sedang kacau balau seperti ini?

“Lagunya tetap akan dilanjutkan dan dirilis di hari dan jam yang sudah ditentukan sejak awal. Lagunya akan rilis di hari aku berangkat ke New York.”

“Bagaimana dengan rekamannya? Aku tidak yakin kau bisa menyelesaikannya kurang dari seminggu,” sahut Yoongi.

“Kau siap begadang tiga hari? Kalau kau siap, kita akan kerahkan seluruh tenaga dan semangat kita untuk lagu ini."

Di seberang telpon, Yoongi tidak menahan bibirnya untuk memunculkan sebuah senyuman. "Kalau hanya itu syaratmu, sebaiknya kau siap dengan semua yang akan aku lakukan."

Taehyung tertawa kecil mendengarnya. "Mohon bantuannya untuk tiga hari kedepan."

Setelah sambungan telepon terputus, Taehyung kembali merebahkan kepalanya di sandaran sofa. "Hanya ini yang bisa aku berikan sebagai hadiah perpisahan. Semoga kita bisa kembali seperti dulu," gumamnya.

Kim Namjoon sedang menatap Taehyung dan Seokjin dengan pandangan yang sulit diartikan.

Ia memang sudah mendengar tentang Taehyung yang mendapat tawaran di luar negeri, tapi ia sendiri tidak menyangka bila semuanya jadi secepat ini.

"Kenapa kalian tidak berdiskusi dulu denganku? Kenapa langsung mengambil keputusan sepihak?"

Seokjin menghela nafas lelah dan menunjuk ke arah Taehyung. "Jadi, ini semua kamu yang atur? Kamu yang menerima kontraknya dan memutuskan sepihak akan berangkat minggu depan?"

Taehyung mengangguk mantap. Memang ini semua keputusannya dan ia siap menanggung segala resikonya.
"Iya. Ini memang keputusan sepihak dariku. Aku memang sudah memikirkan semua ini matang-matang. Kontrak drama adalah tugas terakhir saya di negara ini. Semua kontrak iklan juga sudah selesai. Jadi, memang sudah tidak ada lagi hutangku disini."

Namjoon menghempaskan tubuhnya ke sandaran empuk kursi kerjanya. Ia memang mendengar bila Taehyung menolak semua kontrak baik drama, film atau iklan beberapa minggu terakhir. Ia juga mendengar bila Taehyung mendapat tawaran di luar negeri, tapi ia tidak menyangka semuanya akan terjadi secepat ini.

My StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang