"Hal terbodoh yang pernah kulakukan adalah berharap, sedang yang diharap terlalu tinggi bagai bintang."
_Zikra Venalita_
🌌🌌🌌Seorang pemuda tengah membaca buku di meja perpustakaan, beberapa buku sastra setebal 400 halaman telah dia baca. Si Vampire Harpa julukannya. Bukan karena sifatnya yang dingin, tetapi karena seluruh tubuhnya berwarna putih.
Tiba-tiba angin bertiup kencang, sedikit menggeser gorden di perpustakaan. Dia terganggu, netranya bergeser ke arah gangguan itu. Namun, seorang gadis membentangkan tangan---menghalau pandangannya.
"Awas, silau!" pekik gadis itu berusaha melindungi.
"Tapi ini lagi mendung, Mon. Gak ada matahari."
Dara berasma Mon Adella menatap ke belakang, ia cengengesan sembari mengambil tempat di samping pemuda kutu buku. Menompangkan wajah dengan tangan, terus memandangi tanpa berkedip.
"Nobi Kamikaze, kok bisa berubah jadi Nobi Azuma? Padahal bagus tau nama sebelumnya, kayak idol favorite Mon." Pertanyaan keseribu kali yang bahkan sudah Mon hapal jawabannya.
Namun, Vampir Harpa itu tidak menjawabnya kali ini, ia terpaku pada kedatangan berliannya SMA 02 Harpa ke perpustakaan. Gadis cantik dengan segudang prestasi, segala dari dirinya menjadi panutan siswi lain. Maka dari itu banyak yang memakai poni dan mengikat rambut dengan pita kuning seperti dirinya.
Vanessa Hanata, siswi itu manjadi populer begitu masuk sekolah. Sudah dua tahun, tetapi ia tetap dianggap anak baru dan kepopulerannya tidak menyusut.
Setiap langkahnya mendapatkan sorotan, bahkan ketika di dalam perpustakaan ini. Nobi yang tidak pernah menoleh dari buku kecuali dipanggil pun turut menatapnya.
"Nobi suka sama dia?" tanya Mon membuyarkan lamunan pemuda di sampingnya.
"Iya." Nobi lanjutkan membaca buku tebalnya.
"Apa yang Nobi suka darinya?"
"Semuanya."
Gadis itu menganguk paham. Ia ambil karet gelang nasi goreng yang disimpan, lalu mengikat rambut pendeknya agar seperti Vannesa. Namun, bukannya seperti gadis itu, ia malah seperti bebek dikucir.
Mon terus berusaha agar bagus, hingga ia tidak sadar kalau Nobi telah pergi dari sisinya.
"Mon!" kejut seorang gadis membuat Mon melemparkan karet gelangnya.
Melihat tatapan sinis dari Mon, gadis itu meminta maaf. Dia menyodorkan jus kotak, tetapi Mon masih saja menatapnya marah.
"Katanya mau potong rambut pendek biar samaan! Kok masih panjang?" Suara datar itu membuat gadis dengan tanda pengenal yang tertoreh aksara Zikra Venalita, cengengesan.
"Sayang." Singkatnya jawaban semakin menambah kesal Mon. Ditambah Zikra mengusap rambut hitam panjang dan membenarkan poninya sendiri.
***
Sehabis pelajaran pertama dan kedua berakhir, sebagian murid menyerbu kantin.
Vannesa menatap tempe sambal langsung tidak berselera, padahal ia ingin makan nasi uduk dengan ayam. Tidak ada pilihan lain kecuali memisahkan tempe yang telah tercampur, mencoba cicip sedikit langsung dimuntahkan lagi.
"Anda bisa lihat-lihat sebelum muntah?" Seketika Vannesa mengambil sapu tangannya hendak mengelap sepatu korban.
Namun, seketika terhenti. Suara itu Vannesa ingat, ia menatap ke atas dan menemukan Zikra yang berwajah masam. Ia bangkit dari duduk, menyelaraskan posisi dengan gadis berkulit putih susu itu.
"Maaf, sengaja." Vannesa berbisik, hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya.
Zikra menarik napasnya untuk tetap tenang, tetapi menatap wajah Vannesa sekali lagi saja membuatnya kesal. Tanpa aba-aba ia mendorong gadis itu hingga kehilangan keseimbangan.
Namun, lengannya ditarik Vannesa dengan refleks hingga mereka jatuh bersamaan. Bukan mereka saja yang jatuh, Mon yang bertepatan di belakang Vannesa juga jadi korban.
"Double kill! Eh, triple kill!" teriak salah satu siswa disambut tawa yang lainnya.
Hanya satu orang yang berbaik hati, dia mengulurkan tangan putihnya. Mon menatap pertolongan yang bukan untuknya, dilihat seperti mengarah pada Vannesa dan Zikra.
Namun, Zikra langsung bangkit dengan tenaga sendiri sembari mengibas-ngibaskan rok yang berdebu. Menarik paksa tangan Mon agar pergi dari situ.
"Makasih." Vannesa berhasil bangkit setelah menyambut tangan Nobi.
Ketika Nobi hendak pergi, gadis itu menahannya. Ia menyodorkan tiket nonton dan berbisik agar sang Vampire Harpa mau pergi. Kemudian pergi dengan wajah merah malu.
***
Sementara di sisi lain terlihat Zikra yang menunggu di depan pintu kelas. Sambil menggulir pesan lama dari sang pemberi luka.
Almarhum Papa
[Sayang, besok papa pulang]
[Zikra bakal tungguin di depan pintu selalu!]
Katanya di situ besok, tetapi hingga lima tahun ini belum pulang. He lies! Zikra bahkan menunggunya dalam waktu lama di depan pintu mana pun, tetapi dia belum pulang.
Ingin rasanya ia menangis, tetapi ingat kembali bahwa seorang pembohong tidak pantas ditangisi.
"Uluh-uluh, kasihan yang ditinggal sama ayah kandungnya. Kenapa, sih? Kutebak pasti karena mamanya dah peyot." Attitude Vannesa berbanding 360 derajat jika di sekelilingnya tidak ada orang lain.
"Punya mama pelakor kok bangga? Gimana tuh rasanya miliki ayah hasil rebutan? Palingan juga bakal hilang selamanya. Juga Anda!" Nada bicara Zikra seperti mengancam. Kalau bukan karena ada Mon yang mau ke arah mereka, mungkin Vannesa sudah mencekik saudari tirinya.
Dia pergi sambil menggerutu dalam hati, menuju ruangan paling ujung di lantai dua. Di sana sepi untuk membuatnya menyendiri.
***
"Ck! Aku harap tidak akan pernah bertemu lagi dengannya!" decak Vannesa. "Dia anak pembawa sial! Nyusahin!"
Entah apa salah Zikra, Vannesa menaruh dendam yang dalam padanya. Ia terus berdoa di sini agar bisa berhenti melihat saudari tirinya, yang berarti sempitnya Zikra mati.
Vannesa naik dua palang pembatas sembari merentangkan tangannya. "Aku ingin dia tidak mengikutiku lagi!" teriaknya penuh harap.
"Okey, bakal aku kabulin!" jawab Zikra yang sendari tadi mengikutinya.
Belum sempat Vannesa berbalik badan, Zikra telah mendorongnya kuat hingga terjatuh dan melepaskan catatan. Posisi jatuhnya pun tragis, hingga membuat kaki gadis pita kuning itu berpatahan. Parahnya dia masih sadar dan berteriak merasa kesakitan, dalam beberapa saat Vannesa tidak sadarkan diri.
"Tenang saja, aku tidak ingin mengikutimu ke liang lahat." Zikra berbisik sendiri sambil tertawa, ia merasa tidak ada yang melihatnya. Kembali ke kelas dengan perasaan begitu senang, tetapi tidak melupakan ekspresi berbeda.
Bersamaan perginya Zikra, seseorang dengan kameranya keluar. Dia berhasil merekam semua itu, menatap CCTV yang pastinya juga menjadi bukti kejahatan Zikra.
"Selanjutnya orang akan tahu semua yang tersembunyi."
Bersambung ....
Cast tidak dipakai di sini, karena takut tidak sepemikiran☺🌌
Entah kenapa terbayangnya kalau Mon itu Reina Triendl karena rambut pendeknya, Vannesa itu Dasha Taran karena cantiknya, dan Zikra itu Nano karena itulah:")
Silahkan berimajinasi sendiri💃
Eh, ada yang tahu apa isi catatan yang dilemparkan Zikra?😦
KAMU SEDANG MEMBACA
SO SWEET
Mystère / ThrillerKisah sederhana tentang Mon dan Zikra yang menyukai satu siswa bernama Nobi. Keduanya berteman baik dan mau berjuang bersama juga saling menasehati jika ada kesalahan. Sampai di suatu hari Mon menyadari kalau Zikra selangkah lebih maju dari pada dir...