twElvE

502 59 2
                                    

21 December 2019,

Dengan menahan rasa kantuknya, Shane duduk di samping Koeun sembari sesekali memeriksa suhu tubuh perempuan tersebut dengan seksama karena sejak tadi malam Koeun mengalami demam. Sebenarnya ini masih terlalu pagi untuk membuat sarapan, namun perutnya yang keroncongan karena sejak tadi malam tidak makan apapun membuat Shane segera beranjak keluar dari kamar Koeun setelah memastikan kondisi perempuan itu baik-baik saja.

Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, bukankah terlalu pagi untuk seseorang yang baru saja tiba di rumah 12 malam dan tidak tertidur sampai sekarang. Namun lainya halnya dengan Shane yang sudah beranjak menuju dapur namun sebelumnya perempuan ini menghampiri ruang tengah yang di sana terdapat Jeno tertidur di sana. Laki-laki itu memutuskan untuk tidak pulang ke dorm karena keadaan sudah larut malam dan juga melihat kondisi Koeun dan Shane tadi malam membuatnya tidak berniat untuk pulang.

Saat telah sampai di pantry, Shane merasakan kepalanya pusing, dan membuatnya terduduk di lantai dan untungnya hal tersebu tidak menimbulkan suara yang terlalu bising yang dapat membangunkan Jeno dan juga Koeun. Shane terdiam sesaat berusaha menetralkan kepalanya yang pusing, indra penglihatanya yang mengabur, dan juga telinganya yang berdengung.

"Ugh" Dengan bersusah payah Shane berjalan dengan tertatih sembari berpegangangan dengan segala benda yang ada di sekitar menuju sofa tempat Jeno berbaring lalu menjatuhkan tubuhnya di sana berusaha menetralkan tubuhnya.

Shane meringis sakit karena kepalanya semakin sakit, tidak mau mengambil resiko yang lenih berbahaya Shane pun berusaha membangunkan Jeno dengan menggoyangkan kaki laki-laki itu yang dekat dengaya.

Untung saja Jeno merupakan tipe yang mudah di bangunkan, laki-laki itu terbangun dan segara mengambil posisi duduk dekat Shane karena melihat perempuan itu yang kesakitan sembari memegangi kepalanya.

"Shane-ya gwenchana?" Berusaha untuk tidak panik, Jeno memegang pundak Shane.

"Oppa, bisakah kau ambilkan aku air putih?" Tanya Shane langsung diangguki oleh Jeno, laki-laki itu pun segera mengambilkan minum untuk Shane.

Setelah memberikan Shane minum yang untungnya Jeno peka, laki-laki itu memberikan Shane air hangat, Jeno pun menatap Shane yang masih meringis kesakitan sembari menyandarkan kepalanya di pungung sofa dan juga memejamkan kedua matanya.

"Apa yang terjadi Shane?" Tanya Jeno.

Shane hanya diam tidak menjawab petanyaan yang diberikan oleh Jeno. Beberapa menit kemudian Shane merasa baikan membuatnya memperbaiki posisi duduknya "Kau tidak apa-apa?" Tanya Jeno melihat Shane yang tampak sudah baik-baik saja.

"Ah, ini mungkin karena aku tidak makan dari tadi malam" Jawab Shane yang sudah measa baikan.

Jeno menatap khawatir perempuan di sampingnya itu "Apakah kau sering seperti ini?"

"Ani, hanya di saat-saat tertentu saja oppa. Ini hal yang biasa, oppa tidak perlu khawatir, aku hanya butuh istirahat sebentar maka kondisi aku akan membaik lagi" Ujar Shane berusaha agar Jeno tidak khawatir, cukup Koeun saja yang membuat Jeno khawatir, dirinya jangan karena dia tidak ingin menambah beban Jeno.

"Apa sebelumnya kau sudah pernah pergi ke dokter Shane-ya?"

Shane menggeleng lemah "Belum pernah opppa, aku hanya tidak ingin ke dokter. Lagian ini bukan suatu hal yang harus di besar-besarkan. Oh ya oppa, kejadian tadi hanya menjadi rahasia kita berdua saja okay?"

Jeno tidak habis pikir dengan perempuan di sampignya ini, ah bukan hanya perempuan di sampingnya saja malahan perempuan yang sedang di dalam kamar juga. Apakah semua wanita memiliki pikiran rumit seperti ini?

The astériaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang