"Eh si Aska kemana? Tumben belum dateng? udah setengah tujuh loh!"tanya Alaska kepada Sisil.
"Ya mana aku tau, kan kamu sahabatnya Aska!" jawabnya sarkastis.
"Kamu kan sahabatnya juga," elak Alaska.
Mereka pun menuju kelasku untuk memastikan aku sudah datang atau belum, dan memang aku terlambat hari itu karena kemarin malam mengerjakan tugas hingga larut malam. Saat bel berbunyi, saat itu juga aku menginjakkan kaki di pintu kelas. Napasku tersengal. Semua heran dan melihat ke arahku. Beberapa teman perempuanku bertanya."Kok tumben datang telat?"
"Biasanya datang paling awal, ngapain aja?"
"Kenapa nggk sekalian jam tujuh lebih baru berangkat?"
Dan masih banyak lagi. 5 jam pelajaran terlewati. Saatnya istirahat. Semua siswa berhamburan menyerbu kantin. Entah kenapa hari itu aku ingin menyapa keheningan perpustakaan. Di koridor perpus, Naga menyapaku dengan senyuman mautnya."Aska, mau kemana?" Naga mensejajarkan langkahku. Aku merasa tubuhku seperti lilin yang dibakar, leleh dengan senyumannya. "Tampan sekali," begitu pikirku. Apalagi jika memakai topi seperti sekarang. Rasanya ingin sekali aku memeluknya, dalam tanda kutip "Jika ini bukan di sekolah."
"Hey Aska? Mau kemana? Kok diam?" tanyanya mengulangi.
"Eh itu, aku mau ke perpus. Kamu sendiri?" tanyaku balik.
"Aku juga mau kesitu," jawabnya singkat.
"Tumben banget kamu ke perpus. Kesambet apaan Ga?" Aku terkekeh diikuti tawa renyahnya. Dia kemudian tersenyum manis menatapku. Kurasa itu jawaban terbaiknya.Setelah masuk perpustakaan, kita berpisah. Aku menuju rak buku sastra dan bahasa, dia menuju rak buku sains. Entah dia mencari buku apa disana sampai terlihat bingung sekali.
"Hey, ada yang bisa aku bantu? Kelihatannya bingung." Dia menoleh dan menggeleng, ia pun melanjutkan mencari entah apa itu.
"Nggak ada ya? Yaudah, kalo butuh bantuan aku ada di meja dekat rak buku sejarah," kataku.
Dia hanya mengangguk. Melihat jawaban itu aku duduk di tempat yang aku katakan tadi. Belum lama aku membaca, Alaska dan Sisil tiba-tiba meletakkan buku di samping kanan dan kiriku lalu duduk."Eh.. kamu tadi telat ya? Aku dikasih tau Sisil. Dia dikasih tau teman sekelasmu," tanya Alaska.
"Iya, aku ngerjain tugas fisika sampai larut. Jadi tadi bangun kesiangan," jelasku mulai membuka buku yang aku bawa.
"Yaelah. Aku aja nanti jam terakhir ada tugas kimia dan masih belum ngerjain. Entar aja nyontek teman sebangkuku," sahut Sisil tanpa rasa bersalah.
"Kamu mah emang males, tugas rumah kok dikerjain disekolah." timpal Alaska mengejek Sisil.
"Terserah aku dong!" sentak Sisil.
"Hus! Aku kesini cari keheningan, kalian malah berantem disini. Nggak-boleh rame tuh peraturannya!" Aku menengahi mereka berdua. Tak lama setelah itu Naga menghampiriku meminta tolong."Aska, bantuin nyari buku anatomi manusia dong," pinta Naga. Kami menoleh lalu terdiam.
"Emang gabisa nyari sendiri?" sahut Alaska sinis.
"Nggak bisa," jawab Naga.
"Dasar manja, mentang-mentang pacarnya Aska."
"Bodo," jawab Naga tanpa menoleh. Sepertinya mereka tidak akan pernah akur satu sama lain.
"Buku anatomi kayaknya ada di rak biologi nomor dua dari atas sebelah kanan," jelasku untuk menunjukkan tempatnya. Sepertinya aku telah hafal tempat tempat buku di perpustakaan, karena hampir setiap hari aku mengunjungi perpustakaan. Tak jarang juga aku membantu bu perpustakaan menata buku disini.
"Nggak ada disitu."
"Kan udah dikasih tau. Belum dicari udah bilang gaada," sahut Alaska berpura-pura fokus dengan bukunya.
Aku mulai berdiri dan menunjukkan buku anatominya. Ternyata memang tidak ada. Aku dengan Naga mencari di semua rak sains, tetap tidak ada. Setelah kurang lebih 30 menit mencari, tiba tiba Sisil datang mengembalikan buku anatomi."Buku apaan tuh Sil?" tanyaku heran.
"Ini? Anatomi," jawabnya santai.
"Hewan apa manusia?" tanya Naga.
"Manusia."
"Astaga Sisil, kenapa nggak bilang tadi? Kita nyariin buku itu loh," kataku kesal.
"Ya kamunya nggak tanya, aku kira buku anatomi manusia ada banyak. Lagian buku ada di meja depan kamu tadi masa nggak lihat?" jawabnya.
It's a naughty moment, Aku dan Naga mencari di tiga rak buku sains tidak ada. Ternyata dibaca si bawel. Tanpa sepatah kata lagi aku meminta buku itu dari Sisil dan aku berikan pada Naga. Naga tersenyum lalu mengacak kerudungku. Kurasa itu tanda terima kasih. Naga pun pamit ke kelas.
"Eh bukannya terima kasih udah ditolongin, malah pergi gitu aja" teriak Sisil tidak terima. Aku hanya bisa terkekeh melihatnya. Sifat yang membuatku meleleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story
Romance"Mungkin jika aku tidak melakukannya, aku tidak akan pernah tahu kesalahanku dimana," batinku. "Dengan ini aku mengerti, apa itu cinta dalam definisi pribadiku." Aku tersenyum tulus lantas menyimpan kembali laptopku.