"Bermuka dua itu perlu, karena semakin kamu dewasa hal itu akan berguna untuk melindungimu dari takdir yang terkadang pelik."
ー𝓰𝓪𝓻𝓲𝓼 𝔀𝓪𝓴𝓽𝓾ー
Hujan masih mengguyur, Lia hanya bisa terdiam memperhatikan ribuan tetes air yang kini membasahi kota kelahirannya dengan pandangan kosong.
"Anda mengidap Leukimia akut."
Perkataan dokter satu jam yang lalu masih terputar dikepalanya.
"Apa kurang ya dengan keadaanku sekarang? Tuhan tuh sayang atau benci sama aku?" bisik Lia.
Lengannya merogoh ponsel, tak ada panggilan atau pesan satupun yang dia dapat. Padahal dia sudah keluar rumah dari pagi hingga kini gelap manyapa.
Lia mengehela nafasnya berat berbarengan dengan bis yang menuju ke rumahnya tiba. Dengan tergesa dia naik agar tidak kebasahan begitu keluar dari halte.
☁️☁️☁️
Dengan langkah gontai Junkyu memaksakan dirinya berjalan menuju rumah. Hujan masih setia mengguyur, tanpa payung ataupun jaket Junkyu menerobosnya sudah dari 10 menit yang lalu.
Tubuhnya basah kuyup, dan mulai menggigil. Sedangkan rumahnya masih cukup jauh, malam begini bis sudah berhenti beroperasi dan Junkyu tidak akan rela uangnya dipakai untuk naik taxi. Lebih baik dia simpan.
Pandangnnya mulai kabur dan tubuhnya semakin lemas, "Ga gue bisa sampe rumah." gumamnya menyemangati diri sendiri sembari meremat tali ransel kuliahnya.
Bruk
Tapi badannya berkata lain, akhirnya dia tumbang dengan posisi menyamping. Tak berapa lama sebuah lampu menyorot badannya dan semakin mendakat.
Lalu sebuah motor bebek berhenti disampingnya dan seorang lelaki turun dengan tergesa.
"VID DAVID LO GAPAPA?"
Junkyu tersenyum begitu sahabat karibnya, Jihoon, muncul dihadapannya. Lalu dalam hitungan detik Junkyu kehilangan kesadarannya.
☁️☁️☁️
Dengan lengguhan kecil Junkyu membuka matanya. Yang dia rasakan tubuhnya pegal, kepalanya berat dan terasa sangat panas. Tapi ada sesuatu yang dingin menempel di dahinya.
"Udah bangun? Jangan banyak gerak nanti kompresnya jatuh."
Junkyu melirik kesebelah kanan, Jihoon baru saja masuk dengan semangkuk besar air ditangannya.
"Lo tuh kalau dibilangin dengerin ke Vid. Kalau kerja harus tau waktu, lo masih manusia bukan dewa. Badan lo ga bakal kuat kalau di porsis terus buat kerja, apalagi balik jalan kaki ditambah ujan-ujanan, tidur begadang terus. Nyari mati emang lo!" omel Jihoon sembari mengganti komperesan di dahi Junkyu.
"Yan mau minum boleh?" pinta Junkyu dengan suara seraknya.
Jihoon dengan sigap membantu Junkyu bersandar pada dinding lalu mengambambilkan minum dari atas meja.
"Ga enak kan sakit?" judes Jihoon begitu Junkyu selesai minum.
Klek
"Eh udah bangun ternyata. Makan dulu ya David sambil nungguin Ayah sama Jihan beli obat." kata seorang wanita dengan dress tidur panjang sembari membawa sepiring bubur yang masih mengepulkan asap.
"Eh gausah Bu ngerepotin, David pulang aja nanti Ayah nyariin." tolak Junkyu sehalus mungkin takut Ibu dari sahabat karibnya itu tersinggung.
"Saat lo masih sakit gini masih aja mikirin Ayah lo, sekali-kali egois lah Vid, lo juga harus hidup enak. Ga ada pake balik segala lo nginep sini, besok ke RS bareng Ayah sama Ibu buat periksa, ga ada bantahan. Jadi manusia jangan tolol banget!" gerutu Jihoon sembari melipat tangannya di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Waktu | Junkyu
Fanfictionー ft. Choi Jisu ❝ Segala hal yang baru bagiku adalah hal terakhir bagimu.❞ ーsandenim