"Tersenyum adalah cara sederhana menikmati hidup."
ー𝓰𝓪𝓻𝓲𝓼 𝔀𝓪𝓴𝓽𝓾ー
Lia memaksa tubuhnya untuk naik ke atas ranjang. Kakinya terluka cukup parah dengan beberapa luka mengeluarkan darah segar. Dengan sisa kekuatannya dia membaringkan tubuhnya diatas kasur diikuti rintihan saat betisnya yang terluka parah karena cambukan gesper dari sang Papa beberapa saat yang lalu mengenai sprei.
Matanya kembali berkaca-kaca, diusapnya kasar saat sebuah airmata turun. Ketukan dari luar kamarnya dia hiaraukan sampai sebuah suara lembut menyapa.
"Lia, ini Mama buka pintu ya?" pinta sang Mama dengan suara tersendat dan diakhiri isakan kecil.
Lia berdehem agar suaranya tidak tercekat, "Lia gapapa Ma. Mama gausah khawatir." balas Lia.
"Kamu jangan bohong! Mama obatin ya lukanya." kata sang Mama kali ini diikuti gerakan daun pintu. Tapi pintu tak terbuka karena dikunci.
"Nah kan dikunci! Itu Papa yang kunci, Lia ga pegang kunci cadangan. Udah Ma Lia gapapa, Mama gausah khawatir kalau Mama masuk nanti malah ikut kena marah Papa. Udah ya Lia mau tidur." jelas Lia sembari menahan isakan yang mendesak keluar.
"Maafin Mama ga bisa jagain kamu sayang." lirih sang Mama.
Airmata Lia semakin menderas. Tangisnya terhenti ketika sebuah notifikasi pesan di ponselnya terdengar.
David
| Lia, kamu gapapa kan?
| Seharian aku ga liat kamu
| Tadinya aku mau ngasiin laptop kamu yang ketinggalan di tas akuDengan cepat Lia mengetik beberapa pesan untuk membalas chat dari Junkyu.
Gapapa ko, cuman lagi males kuliah hehe |
Kalau gitu balikin besok aja |
Ketemu di stasiun kereta ya jam 9 |
☁️☁️☁️
Selesai memasakkan sarapan untuk sang Ayah, Junkyu segera bersiap untuk menemui Lia di stasiun.
"Yah, David ketemu temen dulu. Sarapannya udah David siapin di meja makan." pamit Junkyu dari ambang pintu kamar sang Ayah.
Tak ada jawaban, Ayahnya masih tetap tengkurap dengan mata tertutup diatas kasurnya.
Tak mau telat, Junkyu segera keluar, mengunci pintu dan menyimpan kuncinya di atas buven.
"Kemana lo?" Junkyu meghentikan kegiatan memakai sepatunya begitu sebuah suara terdengar.
"Bang Genta!" ucap Junkyu begitu melihat sosok kakanya berdiri di halaman rumah dengan rambut acak-acakan dan sebatang rokok di mulutnya.
"Gue tanya lo mau kemana?" tanya Seunghoon dengan ekpresi datarnya.
"Eh mau ketemu temen ngasiin barangnya yang ketinggalan." jawab Junkyu dengan senyum mengembang.
Seberapa menyebalkan dan bajingan apapun kakaknya, Junkyu selalu ingat pesan mendiang sang Mama. Kalau dia harus selalu jaga sopan santun pada Kakaknya.
"Ayah ada ga?" tanya Seunghoon mendekat kearah Junkyu dan membuang asap rokok tepat di muka Junkyu. Membuatnya terbatuk-batuk karena sesak dan bau.
"Uhukk ada masih tidur." jawab Junkyu sembari menyingkirkan asap didepan wajahnya.
"Bagus deh." katanya sambil berjalan kearah pintu meraih kunci dan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Waktu | Junkyu
Fanfictionー ft. Choi Jisu ❝ Segala hal yang baru bagiku adalah hal terakhir bagimu.❞ ーsandenim